Search + histats

Wednesday 22 September 2010

[Lyrics] Alice Nine - Fantasy

shishiza wa mata matataite kono chi ni namida wo ataeta

ano hi kara kono senaka wa katahane wo nakushita mama
yoru ga ake hoshiboshi kara no kioku wa usurete yuku

kono sora mo kono uta mo naze darou?
iro wo nakushi oto wo nakushi riaru janai
kimi no yume wa boku wo tsutsumi hoshi ni natte naritsuzuketeiru

hoshizora wa mata matataite kono chi wa namida wo tataete
kaketa toki wa hikari wo hanachi kimi no inai kono sekai wa 'gensou'

kimi no sei dayo mune ga itamu no wa

hahen wa ima mo sasatte

kono hana mo, ano tori mo, kaze mo, tsuki mo, toki wo tomete

me wo tojite mane wo shite mo munashikute
hai ni natta kimi wa totemo chiisakatta
wakaranai yo kono sekai wa kurutteita darou? yasuraka ni aa

hoshizora wa mata matataite kono chi wa namida wo tataete
kaketa toki wa hikari wo hanachi kimi no inai kono sekai wa 'gensou'

doredake tatsu darou, hoshi ga nagarete kara...
soshite kokode, kakinarasu darou kimi no kureta kono omoi wa 'eien'

ano hi kara kono senaka wa katahane wo nakushita mama



Credit : Jpopasia.com

Monday 20 September 2010

Forbidden Fruit 5

Author : Ruk~Ruki~Rukiiraa^^a



rated : semi M wueeeeeekk... [bohong besar]



genre : romance/ school/ BL dkk



Fandom(s) : DELUHI... *yang lain numpang nongol doang*



Pairing(s) : AggyXLeda.. *gyaa~*



chapter : 5 (=.=)/ "kapan selesex nie?" *bingung jg saia*



warning : Bayangin Aggynya yang lagi di Revolver Blast!!! yang di Frontier juga boleh, asal jangan yang gimbal aja wkwk.."### -> Flashback""@@@ -> sekarang"



Summary : Forbidden Fruit is sweetest.. Perasaanku padamu adalah sebuah dosa namun terasa begitu manis



note : 0__0 walaaah, what i've done??XDDD





@@@





Kenapa kau menyukai kekerasan?



tidak



Sebenarnya apa alasanmu berkelahi?


tidak



Apa menyenangkan membuat semua orang takut padamu?



tidak

Kau bisa mengajariku berkelahi?



tidak! tidak! tidak! Semua jawabannya adalah tidak



Hha.. Aku hanya bercanda





"Aggy..."



"Le.. da.."



"Apa? Aggy! kau sudah bangun? Aggy..."



dengan perlahan Aggy mengangkat kelopak matanya, ruangan yang serba putih dan tercium bau obat-obatan yang sangat pengap. Aggy menyadari dia berada di tempat dimana orang-orang terbaring sakit sekarang.



"Aggy.. Syukurlah.. Kau bisa bangung?", Mika segera mengambilkan air putih untuk Aggy lalu menyerahkannya. "minumlah!"



Aggy mendudukkan dirinya, "tidak, aku.. sejak kapan-"



Mika menyimpan gelas berisi air putih yang baru saja ditolak Aggy, "kau tidak sadarkan diri sejak kemarin, sepertinya luka-luka pukulan di tubuhmu parah. Apa masih sakit?"



"........."



"oh ya, ayahmu..."



Krek.



Gakuto membuka pintu perlahan. Ditatapnya anak laki-laki satu-satunya yang terduduk di ranjang itu. "Ah, ayah.. Aggy sudah sa-", mika belum sempat menyelesaikan kata-katanya Gakuto sudah berjalan mendekati Aggy dan spontan menamparnya.



PLAK



"A-Aggy...", Mika panik. "ayah, apa yang kau lakukan? Aggy baru saja sadar.."



"ANAK TIDAK BERGUNA!! MAU JADI APA KAU? BISANYA MEMBUAT ORANG TUA MALU, APA KAU PERNAH MEMBUATKU BANGGA HAH?", Gakuto terlihat sangat emosi.



"........"



"ayah.. Jangan marahi Aggy sekarang, dia masih lemah", Mika mendekati Gakuto berusaha menenangkannya namun Gakuto seakan tak menghiraukan setiap perkataan istri yang lebih muda 13th darinya itu.



"MEMBUAT ANAK ORANG HAMPIR SEKARAT!! APA KAU MAU JADI PEMBUNUH?!!"



"ayah!"



"Kalau kau bukan anakku, kau sudah dikeluarkan dari sekolah itu"



"........"



"jadi Aggy tidak dikeluarkan? Hoh Syukurlah~", Mika mengelus-elus dadanya merasa lega.



"ini yang terakhir. kalau kau melakukannya lagi, pihak sekolah tak kan mau lagi menerimamu! Begitupun aku!"



"........"



Gakuto sedikit melonggarkan dasinya lalu pergi meninggalkan ruangan Aggy tanpa berpamitan terlebih dahulu. Suara debaman pintu menunjukkan bahwa Gakuto masih emosi dengan kelakuan anaknya itu.



mika mengambil pisau dan sebuah apel lalu mengupasnya untuk Aggy, "ingat kata-kata ayahmu Aggy"



"sekalipun aku tak berkelahi lagi seumur hidupku, itu bukan karena dia"



"Aggy! Apa susah sekali saja jadi anak penurut?"



"aku bisa jadi penurut, tapi tidak untuk menurutinya"



Mika menghela nafas, sikap keras kepala Aggy ini benar-benar mirip dengan Gakuto. Memang pada dasarnya sikap itu diwariskan darinya. "makan ini..", Mika memasukkan sepotong apel ke mulut Aggy secara paksa. "kau belum makan apa-apa sejak kemarin"



Aggy memegang tangan Mika dan menatap mata wanita itu lekat, "jangan bersikap seolah-olah kau itu ibuku!"



Mika tersenyum mengusap usap pipi Aggy, "aku memang bukan ibumu, aku melakukan semua ini sebagai istri ayahmu", ujar Mika tanpa mengalihkan pandangannya mengupas apel.



Aggy mendengus, "istri ayahku?", Aggy tertunduk sambil tersenyum kecut, "apa dia tau apa yang telah kau lakukan pada anaknya?"



Mika menghentikan sejenak aktifitasnya mengupas apel, ia mulai tersenyum kecut, "Aggy, aku sudah mendapatkan hukumannya sekarang"



"baguslah"



Mika kembali melebarkan senyumnya menyodorkan potongan-potongan apel dalam piring kecil pada Aggy, "Aggy, bukan kau yang memukuli kakak-kakak kelasmu sampai seperti itu kan?", tanya Mika



DEG.



Mendadak tubuh Aggy lemas, bayangan tentang ketua kelasnya yang ia lihat kemarin kembali muncul. Wajah liar itu, matanya... ekspresinya yang seakan tak merasa berdosa memukuli kakak kelasnya, malah Aggy melihat kalau ia menikmati apa yang dilakukannya. Aggy tak mau mengakui itu, Aggy bahkan takut mengingatnya.



"Leda?"



Mika menoleh, "heh? Temanmu itu ya?"



"bagaimana dengannya?", tanya Aggy antusias



Mika mengerutkan dahinya, "dia yang memukuli keempat anak itu kan? Entahlah, bisa saja dia dikeluarkan"



Aggy membulatkan matanya, "APA?!"





@@@



Brak.



Kiyoharu menatap anak yang dengan sengaja menggebrak mejanya. "apa-apaan kau itu, ke sekolah dengan pakaian bebas?", Kiyoharu bangkit dari duduknya, memperhatikan Aggy dari ujung kaki sampai ujung rambutnya. "kau sudah boleh keluar dari Rumah Sakit?"



"dimana dia?"



"hah? dia? Siapa?"



"aku tak menemukan dia di kelas"



"Leda?"



Mendadak semua mata guru guru yang ada di sana menjurus pada Kiyo dan Aggy. Merasa diperhatikan, Kiyo hanya mengangguk anggukan kepala pada setiap rekannya. Masalah Aggy dan Leda itu memang sedang jadi perbincangan hangat para guru sekarang ini.



Kiyoharu segera menarik tangan Aggy, menyeretnya keluar karena merasa tak aman kalau harus membicarakan hal itu di sana.



-



-



-



"fiuh~", Kiyoharu menghela nafas berat.



"Kiyo?"



"dia... Mungkin akan dikeluarkan"



"ha? Kau bilang apa?", Aggy menggenggam lengan Kiyoharu erat. "bagaimana bisa kau melakukan itu padanya?"



"bukan aku! Tapi kami para guru sedang merundingkannya"



"bagaimana denganku? Apa kalian juga merundingkanku?"



"Aggy... Ayahmu sudah bertanggung jawab membiayai semua biaya perawatan Satoshi dan teman temannya.. jadi pihak sekolah tidak perlu pusing tentang kau"



"begitu.. Kalau begitu seharusnya dia juga-"



"tidak! Dia berbeda!"



"berbeda apa maksudmu? Akulah yang cari masalah dengan mereka, dia begitu karena aku! Tidak adil kalau aku tetap di sini sedangkan dia di keluarkan"



"belum tentu seperti itu, kami para guru masih merundingkannya apa dia tetap disini atau dikeluarkan"



"tapi tetap saja kan!"



Kiyoharu menjitak kepala Aggy pelan, "tenanglah! Ada apa denganmu?", tanya Kiyo heran melihat anak didiknya yang tak seperti biasanya. Aggy hanya mendengus berusaha menahan kekesalannya. "ternyata kau setia kawan juga ya"



".........."



"atau jangan jangan karena dia spesial untukmu?", tanya Kiyo iseng



"a.. Ap- ja- bercanda Kau!", mendadak Aggy gelagapan membuang mukanya dari Kiyoharu.



Kiyo menaikan sebelah alisnya tak menyangka akan melihat perubahan wajah Aggy yang tidak diduga duga, "hei?"



"Apa?"



"jangan bilang kau benar benar ada sesuatu dengannya"



"TIDAK! Tentu saja tidak! Apa kau bodoh, mana ada yang seperti itu?!"



"haha benar mana ada yang seperti itu", nada bicara Kiyo sengaja seakan menyindir.



"Apa maksud nada bicaramu itu?", Aggy mencekik laki laki tua yang sudah ia anggap lebih dari sekedar wali kelasnya itu.



Kiyoharu kembali menjitak kepala Aggy, "jaga kelakuanmu! Di sekolah, aku ini wali kelasmu!"



"aku tidak akan memaafkanmu kalau sampai dia dikeluarkan"



"kau mengancamku heh?", geplakan Kiyo mendarat mulus di kepala Aggy. "aku tak bisa mengambil keputusan sendirian, tergantung apakah banyak guru yang mendukungnya tetap di sini"



"kau harus mendukungnya!"



"aku sudah jadi wali kelasnya selama 2 tahun, Aku yang paling tau dia, seperti aku tau kau, jadi kau tidak usah meragukanku"



".........."



"pulanglah! Belum waktunya kau berada di sini?"



Aggy menggaruk garuk kepalanya gatal, "membosankan sekali, seharian berbaring dan duduk. Aku bisa mati bosan"



"rumah sakit memang tak cocok untuk orang sepertimu!", Kiyoharu menendang bokong Aggy, "tapi tetap saja kau tidak boleh di sini, kau masih di skors. Pergi kau dari sini!"



Aggy mendengus, "mana ada guru sepertimu!", ujar Aggy sesaat sebelum ia pergi meninggalkan Kiyoharu.



Senyuman kecil menyungging di bibir Kiyo melihat murid kesayangannya terus menggerutu sepanjang ia berjalan. Kiyoharu melihat ada yang berubah dari diri anak itu, ia tak pernah melihat Aggy begitu perduli akan sesuatu. Yang ia tau Aggy selalu acuh dengan apa yang terjadi disekitarnya. Apa yang telah membuatnya berubah?



"hmm~", Kiyoharu mengangguk anggukan kepalanya.





@@@





kret.



"Aggy?", Mika segera menghampiri Aggy yang baru saja datang memasuki ruangan kamar inapnya, "darimana kau?", tanyanya khawatir, "baru saja kutinggal pulang sebentar, kau hilang"



"aku jalan jalan sebentar"



"bodoh! Kalau ayahmu tau kau keluar, dia bisa mar-"



"ada apa?"



"eh! ayah? Itu Aggy-"



Gackt berjalan menghampiri anak semata wayangnya. Berdiri menatapnya heran, "kenapa kau tidak memakai seragam rumah sakit?", tanyanya datar.



"ah, dia-"



"aku jalan-jalan keluar", jawab Aggy memotong kata kata Mika yang berusaha membelanya.



"Aggy!", Mika sedikit mencubit lengan anak tirinya yang tidak bisa diajak kompromi itu.



Gakuto menatap Aggy tak berekspresi, "jalan-jalan?"



"ya jalan-jalan!", tegas Aggy.



Mika segera menghampiri Gackt yang tampak mulai emosi menahan amarahnya karena sikap Aggy, "Ah Ayah, tumben datang ke sini lebih awal? Sedang tidak ada pekerjaan?", tanyanya berusaha mengalihkan pembicaraan.



"kau tidak betah di sini?"



Aggy mendelik, "siapa yang betah berlama lama di tempat seperti ini? Lagipula aku tidak apa apa", Aggy bicara seadanya. Mika hanya bisa mengedip-ngedipkan matanya, mengisyaratkan Aggy, kalau ayahnya sudah emosi.



"anak tidak tau diri, masih untung aku membawamu ke sini"



"aku tak minta"



"bagus, pergi saja kau!"



"a-ayah!", Mika memegang Lengan Gakuto kuat berusaha menenangkannya. Percakapan yang tak sehat antara ayah dan anak ini memang sudah biasa bagi Mika, sebelum Aggy memutuskan untuk keluar dari rumah, hampir setiap hari Mika mendengarnya.



"bereskan barang barangmu!", suruh Gackt pada Mika, lalu ia melenggang pergi bermaksud meninggalkan ruangan itu.



"tunggu!", suara Aggy itu menghentikan langkah Gackt yang sudah mencapai ambang pintu, lalu ia menoleh ke arah suara yang menghentikannya.



"apa bisa.. Kau meminta pihak sekolah untuk tidak mengeluarkan temanku?"



". . . ."



"temanmu? maksudmu yang kau panggil Leda itu?", tanya Mika



"kalau kau yang melakukannya, pihak sekolah pasti-"



"untuk apa aku melakukan itu?", tanya Gackt tanpa mengubah raut wajahnya menatap Aggy.



"dia seperti itu gara gara aku!"



"lalu?"



"la-lalu?", Aggy mengernyitkan dahinya.



"kau pikir aku dengan senang hati meminta pihak sekolah untuk tidak mengeluarkanmu? Aku terpaksa, dengan mengesampingkan harga diri. Lalu kenapa aku harus melakukan hal itu lagi untuk orang yang bahkan tidak ada hubungannya denganku?", Gackt berujar sinis.



"tapi... Tapi ini ada hubungannya denganku!"



"ada hubungannya denganmu, tidak ada hubungannya denganku!". Lalu Gakuto melangkah pergi lenyap dari ruang itu meninggalkan Aggy yang membatu di tempatnya.





"kau lihat itu", Aggy menggumam. "kau bilang dia sudah berubah?"



"Aggy.. Kau itu sudah lebih dulu membuatnya emosi"



"SAMPAI KAPANPUN ORANG SEPERTI ITU TIDAK AKAN BERUBAH!!!"





To@be@continued..





(_ _) hoeeh... Akhirnya saia publish juga ekekekekekek....

Forbidden Fruit 4

Author : Ruk~Ruki~Rukiiraa^^a



rated : ToT



genre : romance/ school/ BL dkk



fandom(s) : DELUHI... *yang lain cuma numpang nongol doang*



pairing(s) : AggyXLeda.. *gyaa~*



chapter : 4



warning : Bayangin Aggynya yang di Revolver Blast!!!

"### -> Flashback"

"@@@ -> sekarang"



summary : Forbidden Fruit is sweetest.. Perasaanku padamu adalah sebuah dosa, namun terasa begitu manis



note : =.=a there's no note wuekekeke... *dilempar ke zimbabwe*





@@@



"Aggy!!"



Semua mata anak-anak sekelas mengarah pada Aggy. Sedangkan yang diperhatikan hanya mendengus kesal.



"Aggy.. kau-"



..GREK..



Tiba-tiba Aggy berdiri dari bangkunya dengan terpaksa dan berjalan malas ke depan kelas dimana Kiyoharu menunggunya menyodorkan sebuah spidol. Dari sekian banyak anak di kelas, Kiyoharu malah menyuruh Aggy yang mengerjakan soal di papan tulis. Mungkin hari ini adalah hari keberuntungan Kiyoharu karena menemukan anak laki-laki itu masih duduk di bangku saat pelajarannya karena itu ia tak mau melewatkan itu.



Sret..



Sret..



Sret..



"hmm..", Kiyoharu memperhatikan setiap gerakan tangan Aggy di papan tulis. Semua anak-anak di kelas pun hening tak ada yang berkomentar.



"aku boleh kembali ke bangku kan?", tanya Aggy malas sambil menyerahkan spidol pada Kiyoharu yang sedang konsen menelaah jawaban murid kesayangannya itu.



"oke, benar", ujar Kiyoharu sambil mengangguk-anggukan kepalanya.



"HAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!", semua anak-anak melongo. Mereka shock tak bisa menerima kenyataan bahwa LIMIT yang mereka pun belum paham betul dan bahkan mungkin bisa dibilang susah tapi Aggy yang badung dan jarang masuk kelas itu dapat mengerjakannya dengan mudah.



"tepuk tangan anak-anak", Suruh Kiyoharu. mereka pun menurut dan bertepuk tangan masih dengan perasaan tak percaya.



Aggy berjalan kembali ke bangkunya dengan wajah kusut karena tak suka dengan suara berisik tepuk tangan teman-teman sekelasnya.



"kau pantas dapat reward Aggy.. emm~ satu kecupan dari Wakeshima mungkin akan membuatmu ketagihan maju ke depan", Ujar Kiyoharu dibarengi dengan seringaian. Aggy yang belum mencapai bangkunya membatu di tempat.



"apa?"



"apa katanya?"



"apa?"



"gue yang tanya, apa?"



anak-anak sekelas ribut saling bertanya satu sama lain.



"SENSEEEEEIIII??", Wakeshima protes berdiri dari bangkunya.



"khu.. khu.."



..KRIIING..



Kiyoharu membereskan buku-bukunya lalu keluar kelas dengan santai melarikan diri dari rasa penasaran anak-anak sekelasnya.



Aggy merebut pensil dari tangan seorang anak laki-laki dan mematahkannya sebagai bentuk pelampiasan kekesalannya pada Kiyoharu.



"Wakeshima? Bagaimana dengan Leda kun?", anak-anak perempuan serentak mengerumuni Kanon dan bertanya-tanya perihal gosip yang baru saja mereka dengar.



"apa yang terjadi? Kau ada kencan dengan Aggy?"



"sejak kapan?"



"Leda mau kau kemanakan?"



"ada masalah dengan Leda?"



"apa kau tak takut dengan Aggy?"



Kanon hanya bengong menanggapi pertanyaan teman-teman perempuan sekelasnya yang bertubi-tubi. "AAAAAAAAAAAAAAAARRGHH!!"



"Leda boleh untukku gak? wkwk..", ujar seorang siswi bernama Kira di tengah teriak frustasi Kanon.



Semenjak itu muncul gosip cinta segitiga diantara Aggy Kanon dan Leda. Membuat Aggy semakin malas berada di kelas, karena suasana jadi tambah tidak nyaman semenjak isu terkutuk itu muncul.



"Hai Aggy.. haha aku tak tau kalau kau ternyata menyukai Wakeshima"



"grrrr~"



Sujk cepat-cepat kembali ke bangkunya dengan langkah kaku.



"Kiyo brengsek", gumam Aggy sambil mematahkan pensil yang ke 5 milik anak lelaki yang duduk di belakangnya.



@@@



"Jangan membuat masalah lagi di sekolah, Kemarin Kiyo sensei menelponku. kau berkelahi?"



"dia menelponmu?"



"iya, berterimakasihlah padanya karena tidak langsung menelpon ayahmu"



"gah!"



"oh ya...-"



"??"



"ya sudah, jaga kesehatan ya! Sebentar lagi ayahmu pulang. Jaa"



..trek..



Aggy mengerutkan dahinya. Sepertinya istri ayahnya itu hendak menyampaikan sesuatu padanya tapi entah kenapa selalu tak jadi. Hal kecil ini pun sedikit mengganggu pikiran Aggy, walau bagaimanapun wanita itu pernah menjadi orang yang begitu dekat dengannya.



..Drrt.. ..Drrt..



Aggy membuka pesan di hapenya. Setelah itu ia segera mengambil jaket hitamnya dan sebuah helm, lalu beranjak pergi keluar untuk melakukan pekerjaan sekaligus apa yang menjadi kesenangannya.





@@@





"hadir"



"ok", Kiyoharu memain-mainkan balpoin di tangannya tanpa mengalihkan pandangan matanya ke buku absensi. "Suwarno Aggy!"



"......"



"Suwarno-", mata Kiyoharu mulai mencari anak yang ia panggil namanya. "Aggy?"





Hening~





"Aggy, dimana anak itu?"



"ano, tadi Aggy keluar sei. Dia juga membawa tasnya", Sujk angkat bicara



BRAKK.





Semua anak-anak yang ada di kelas 2.D terhenyak kaget.



"se, sensei?"



Kanon dan Leda segera keluar dari bangkunya menghampiri Kiyoharu, "sei, daijoubu ka?"



"i-iya", Kiyoharu bangkit dari lantai sambil memegangi bokongnya, "aduh, bokongku", rintih Kiyoharu.



"apa yang kau lakukan Sei?", tanya Leda sedikit mengolok yang kemudian langsung mendapat slap-an diubun-ubunnya.



Leda memeriksa TKP dimana tiba-tiba senseinya itu jatuh terjengkang. Lalu ia menemukan keganjilan disana dimana salah satu kaki kursi guru patah seakan disengaja ada yang mematahkannya.



kiyoharu memegangi pinggangnya yang tampak mulai encok karena peristiwa mengejutkan tadi, "siapa yang melakukan ini?"



".........."



"siapa-"



"........."



"SIAPA YANG BERANI MERUSAK FASILITAS SEKOLAH??!!!"



-



-



"Huatchiw!"



Aggy mengusap-usap hidungnya yang tiba-tiba saja terasa gatal. Lalu ia kembali melanjutkan acara santainya berjemur di bawah terik matahari di atap sekolah. Di saat seperti ini adalah salah satu keadaan yang membuat Aggy merasa damai. Ia sangat menyukai tempat ini, tempat yang membuatnya nyaman dan tenang, apalagi kalau orang itu datang menemaninya, maka lengkaplah hari menyenangkan bagi Aggy.



"Leda"



"haha benar di sini kan?"



Aggy bangun dari tidurannya lalu menoleh ke arah dimana suara baru saja terdengar.



"kau?"



di sana Aggy melihat Satoshi dan 3 orang laki-laki di belakangnya menyeringai. Aggy mengerutkan dahinya, tampaknya suasana menyenangkan Aggy hari ini cukup sampai disini saja. "ada apa?"



"hahah.. 'Ada apa' kau bilang? Urusan kita belum selesai", ujar Satoshi sambil menunjuk pipinya yang memar.



Aggy bangkit berdiri, memasukan tangan ke saku celananya menghadap ke arah empat kakak kelasnya. "urusan heh?", tanya Aggy tanpa mengubah raut wajahnya yang tenang namun tetap terlihat menyeramkan.



"jangan pura-pura bego kau brengsek! Datang Tiba-tiba saja memukulku"



"....."



"hoo.. Jadi dia ini yang cari masalah dengan kita? Aku sudah sering dengar banyak tentangnya, cecurut yang sok jadi macan", celoteh salah seorang teman Satoshi yang bernama Ryo.



"heh bocah, jangan berlagak ya, kau belum tau siapa kita?"



Aggy memicingkan matanya, "banyak bacot"



"Apa? Brengsek, Kau benar-benar akan menyesali perbuatanmu", Satoshi mulai geram



"kau yang akan menyesalinya. Apa kau tak ingat kata-kata terakhirmu pada kanon sebelum aku memukulmu waktu itu?"



Satoshi menaikkan sebelah alisnya, "apa maksudmu brengsek? Haha.. Apa tentang banci itu? Haha.. maksudmu kau memukulku karena itu? Wakakak..", Satoshi tertawa puas memegangi perutnya diikuti dengan ketiga temannya. "hahah.. Best Friendnan dengan banci wakaka", Satoshi memukul-mukul punggung temannya.



"jaga bicaraMU!!!"



BUGH



zrakk.



Satoshi terjerembab ke lantai dengan keras hasil pukulan Aggy yang tanpa komando.



"sialan"



ketiga teman Satoshi segera menyerang Aggy, namun dengan santai Aggy dapat menahan setiap pukulan yang diarahkan padanya. Hal yang seperti ini sudah biasa bagi Aggy, maka ia tak kesulitan. Malah bisa dengan mudah Aggy melayangkan pukulan-pukulannya pada ketiga orang tersebut.



"sekarang siapa yang banci heh?"



"cih"



Satoshi melihat ketiga temannya yang sudah terjatuh di lantai. Ia memberikan sebuah aba-aba. Lalu dengan segera Shuu, Ryo, dan Nii menyergap Aggy dari belakang dan menahan tangannya sampai Aggy tak bisa bergerak.



"argh!"



"hahaha.. Kau yang main api cecurut cuih!"



BUGH



-



-



-



Leda menaiki setiap anak tangga dengan perlahan. Lagi-lagi Kiyoharu menugaskannya untuk mencari Aggy karena diketahui dia yang sengaja mematahkan kaki kursi guru. Leda tak keberatan mendapatkan tugas ini, baginya menemukan Aggy adalah hal yang mudah. hanya saja entah kenapa Leda merasa sesak, semakin dekat ke atap semakin terasa sesak.





-



-



BUGH.



BUAKH



Satoshi mengangkat wajah Aggy yang sudah babak belur penuh dengan memar-memar dan darah dari mulutnya. "sakit hah?", tanyanya tak berperasaan sambil menyeringai.



Aggy menatap mata Satoshi tajam, "geli"



Satoshi kembali geram. Ia paling tak suka dengan pandangan mata Aggy yang terlalu santai walaupun keadaannya sudah seperti itu, mata Aggy selalu seakan menganggap remeh dirinya. "BRENGSEK!"



BUGH



"makan ni geli"



DUK



DUAKH



Satoshi dan teman-temannya terus menendang-nendang Aggy yang meringkuk di lantai. Tak ada suara rintihan ataupun raungan yang terdengar dari mulut Aggy membuat Satoshi dan teman-temannya kesal dan terus melancarkan tendangan dan pukulan berusaha membuat adik kelasnya itu mengeluarkan rintihan dan raungan kesakitannya agar mereka benar-benar merasa puas.



"kalian? apa yang-"



Satoshi dan ketiga temannya menoleh secara bersamaan ke arah Leda yang sudah berdiri mematung melihat teman sekelasnya meringkuk di lantai ditendang dan dipukuli.



Satoshi menyeringai, "hoo ini dia biang keroknya"



"hahahahaha..", teman teman satoshi mendadak tertawa.



"lihat!", Satoshi mengangkat wajah Aggy menekan kedua pipinya dengan satu tangan menghadapkannya pada Leda. "anak itu kan yang kau bela habis-habisan?"



walau remang-remang Aggy dapat melihat sosok anak laki-laki itu berdiri disana. Aggy dapat melihat mata indahnya membulat.



BODOH! apa yang kau lakukan di sini?



"kita lihat, apa yang bisa dia lakukan untukmu. Seperti apa yang telah kau lakukan untuknya", seringaian lebar tersimpul di wajah Satoshi.



"per-"



"Apa?", Satoshi mendekatkan telinganya ke wajah Aggy.



"PERGI DARI SINI KAU BAKA!", Teriak Aggy pada Leda. Satoshi langsung melayangkan tinjuannya lagi ke wajah Aggy karena kesal telah membuat telinganya mendengung.



"KALIAN! TAHAN ANAK ITU!", Perintah Satoshi pada ketiga temannya. Mereka menurut dan langsung menghalangi Leda dari belakang agar ia tak bisa turun dari atap sekolah.



"apa-apaan ini? Apa kalian tidak berpikir ini keterlaluan? Apa kalian tidak takut dikeluarkan dari sekolah?"



"hahaha... diam kau banci, yang takut dengan hal-hal seperti itu hanyalah banci", timpal Satoshi. Lalu ia berjalan ke hadapan Leda dan menyeringai meremehkan. "waktu itu kau sok jagoan di hadapan Wakeshima, dan di hadapan guru juga kau sok pahlawan. sekarang kau bisa apa hah?"



Leda menatap mata Satoshi tajam membuat kakak kelasnya itu menjadi geram. "JANGAN MENATAPKU SEPERTI CECURUT ITU!!"



BUAKH



Tamparan keras Satoshi mendarat dipipi putih Leda. Dengan matanya yang sudah hampir tak bisa terbuka, Aggy dapat melihat Satoshi melayangkan pukulannya pada anak itu. Hati Aggy benar-benar sakit, tak boleh ada orang yang berani menyentuhnya apalagi menyakitinya seperti itu.



"wakakakak.. Banci"



Satoshi mengangkat dagu anak laki-laki yang tertunduk di hadapannya dengan mulut yang berdarah, "ayo, tunjukkan sisi kepahlawanmu cantik hahahk..", Satoshi kembali tertawa puas diikuti dengan ketiga temannya.



Leda mengepal kedua tangannya. Tubuhnya gemetar karena emosi. Namun hatinya selalu berusaha menahan keinginannya, tak mau membuat usahanya selama ini sia-sia.



"ayo! Keluarkan kata-kata pahlawanmu seperti waktu itu!"



BUKH



"AAAAAAARRRRGGHH!!!! CHIKUSO!!", Aggy berusaha bangkit, "SEKALI LAGI KAU MENYENTUHNYA, AKU AKAN MEMBUNUHMU!!", Teriak Aggy. Leda kembali membulatkan matanya. Kata-kata Aggy barusan rupanya benar-benar telah membuat emosi Satoshi memuncak, hingga Satoshi kembali menghampiri Aggy, menendang perutnya, meninju wajahnya, menjambak rambutnya dan terus seperti itu. " lihat dirimu! kau bahkan terlihat seperti cecurut yang tergilas kereta, masih berani kau menancamku?!! dalam keadaan seperti ini memang siapa yang akan lebih cepet mati hah?? haha...", Dua teman Satoshi pun ikut dalam aksi penganiyayaan(?) adik kelasnya itu sedangkan satu orang lagi masih menjaga Leda dari belakang.



Pemandangan yang Leda lihat di hadapannya benar benar membuat Leda sakit. Seluruh tubuhnya terasa dihantam pukulan bertubi-tubi seperti yang dilakukan Satoshi dan teman temannya pada Aggy. Ia seakan dapat merasakan kesakitan Aggy dan Leda benar-benar geram, emosinya telah diambang batas akhir.



"KEPARAT!!", Leda setengah berlari menghampiri Satoshi dan teman-temannya yang tertawa-tawa menendang Aggy.



BUGH



Satoshi jatuh ke lantai dengan darah mengalir dari sudut bibirnya, "apa? Kau-"



BUAKH



BUGH



Leda terus memukuli Satoshi tanpa henti, membuat ketiga teman Satoshi bengong tak percaya dengan apa yang mereka lihat.



Beberapa saat mereka bengong, setelah melihat Satoshi tak berdaya dipukuli Leda barulah mereka sadar dengan apa yang seharusnya mereka lakukan dari tadi.



Nii, Ryo dan Shuu segera menarik Leda yang menduduki Satoshi dan asik memukulinya. Nii dan Ryo menahan dua lengan Leda dan Shuu yang melayangkan pukulan-pukulannya. Namun hanya sekali pukulan yang tepat mengenai wajah Leda. pukulan selanjutnya tak sedikitpun menyentuh anak laki-laki yang sudah kehilangan kontrol emosinya itu. Leda menendang perut Shuu dan membenturkan kepalanya ke kepala Nii hingga tangannya dapat terlepas dari genggaman kakak kelasnya itu. Ryo yang melihat teman-temannya terjatuh segera melayangkan tinjuannya tapi Leda dapat menahannya dengan mudah dan mengarahkan tangan Ryo sendiri ke wajahnya.



Aggy berusaha membuka matanya yang sudah babak belur berusaha melihat apa yang terjadi. Yang matanya tangkap adalah wajah yang sangat ia kenal namun tak pernah ia lihat sebelumnya sedang memukuli ke empat kakak kelasnya yang sudah tak berdaya. Terutama Satoshi, ia seakan tak lelah tanpa henti mengarahkan tinjuan-tinjuannya ke wajah kakak kelasnya yang satu itu. Matanya merah, wajahnya liar tak selembut wajah yang selalu memenuhi pikiran Aggy. Apa yang terjadi pada ketua kelasnya itu? Bahkan Aggy seperti tak mengenali sosoknya, sosok yang diburu nafsu dan seakan tak berperasaan.



Siapa....?





to@be@continued





wekekekekekekekeke..... jangan tanya kenapa karena saia tak punya jawabannya^^a

Forbidden Fruit 3

Author : Ruk~Ruki~Rukiiraa^^



rated : T



genre : Romance/ school/ BL dkk



fandom(s) : Deluhi...*yang lain numpang nongol doank*



pairing(s) : AggyXLeda.. *gyaa~*



chapter : 3



Warning : bayangin Aggynya yang lagi di Revolver Blast!!!

"### -> flashback"

"@@@ -> sekarang"



summary : forbidden fruit is sweetest... Perasaanku padamu adalah sebuah dosa, namun terasa begitu manis



Note : ^^a





@@@



"jaa.."



tak sepatah kata pun keluar dari mulut Aggy untuk menjawab kata perpisahan dari Leda. Ia melangkahkan kakinya berlawanan dengan arah menuju kelas tanpa menghiraukan kata-kata ketua kelasnya.



Leda menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tak gatal agak merengut. Padahal ia sudah tau sikap Aggy yang sok dingin itu, namun Leda pikir sekarang mereka sudah lebih dekat. Jadi setidaknya kalau hanya ucapan perpisahan...



"sudahlah", gumam Leda pelan.



Suara-suara sepatu yang menghentak lantai semakin cepat dan menjauh ditelinga Aggy. Laki-laki berambut agak sembrono itu menghentikan langkahnya lalu menoleh. Matanya memandang lembut anak laki-laki yang tengah berlari memunggunginya.



Jaa...



@@@



..Grek..



Mata Leda menerawang ke setiap sudut ruangan kelasnya. Tak ada suara canda tawa atau cekcokan dari sana seperti saat Leda meninggalkannya tadi.



Sepi.



Mata Leda hanya menangkap sesosok gadis manis tengah duduk di bangkunya di sana. Senyumnya mengembang saat bayangan Leda terpantul di kedua matanya.



"Leda kun? Lama sekali...", ujarnya sambil melangkah menghampiri Leda. "mana si Aggy itu?"



"Ee.. Dia sudah pulang. Mana yang lainnya?", Leda balik bertanya sambil berjalan ke bangku mengambil tasnya yang tergeletak di sana.



"mereka sudah pulang juga. Piketnya juga udah selesai"



Leda menghampiri sekertaris manisnya itu lalu merapatkan kedua telapak tangannya di depan wajah Kanon sambil menundukan kepalanya, "Gomen neeee Wakeshima san, aku lupa waktu"



Kanon terdiam beberapa saat, "hai, tidak apa-apa Leda kun", Kanon tersenyum



Leda mengangkat wajahnya, "kenapa tidak pulang duluan saja?"



Kanon menggeleng-gelengkan kepalanya, "Aku ingin pulang bareng Leda Kun", katanya tersenyum manja.



"oh... Aha..ha.. I-iya", Leda mendadak salah tingkah. Tentu saja, laki-laki mana yang tidak salting kalau dikatai seperti itu oleh gadis manis seperti kanon. (-> Aggy)



"hhe Leda kun lucuu..."



"ah, hha.. benarkah?", Leda menutupi wajahnya dengan sebelah tangan. wajahnya agak terasa panas saat ini. Kanon hanya terkekeh melihat kelakuan ketua kelasnya itu.



Lalu mereka keluar dari kelas bersamaan. Sepanjang koridor sekolah mereka berjalan berdampingan, tak jarang senyuman Kanon mengembang dan kadang tertawa kecil dengan candaan-candaan ketua kelas yang berjalan di sampingnya.



"Leda kun.."



"hm?"



"boleh aku tanya sesuatu?"



"ya"



"apa ada sesuatu yang membuatmu tertarik pada diri Aggy? Aku lihat kau begitu perduli padanya"



Leda menatap Kanon beberapa saat, kemudian ia tertawa kecil, "hha benarkah?"



"bukan hanya aku, tapi mungkin yang lain juga berpikir begitu"



Leda menghentikan langkahnya, "entahlah, aku hanya merasa kalau orang seperti Aggy itu memerlukan perhatian yang lebih. Kalau ada dua atau tiga orang Aggy di kelas, aku akan melakukan hal yang sama pada mereka", terang Leda sambil tersenyum



"apa kau tak merasa takut padanya? anak-anak yang lain bahkan menjaga jarak dengannya"



"Hha kau tidak tau Wakeshima san, wajahnya yang seram itu terlihat amat sangat polos saat sedang tertidur. Dan kadang sikapnya seperti anak kecil di mataku. Wakeshima san pasti akan mengerti kalau sudah mengenalnya, Aggy tidak seburuk itu"



"aku mengenalnya, dan seperti yang aku lihat itulah Aggy yang ku kenal-", Kanon menggantung kata-katanya. Ia menghela nafas mencoba menenangkan dirinya sendiri yang entah kenapa tiba-tiba merasa sedikit kesal. "Leda kun, apa ada orang yang kau sukai?", Kanon mengalihkan pembicaraan. Sejak awal memang itulah yang ingin ia katakan, namun rasanya tak enak kalau harus tiba-tiba bertanya seperti itu.



"he?", Leda tampak memutar otak beberapa saat, "ekhm... Ada", ucapnya sambil menempelkan kepalan tangan ke mulutnya bergaya orang batuk.



"benarkah? Siapa?", Kanon tampak antusias dengan pertanyaannya. Leda yang melihatnya hanya tersenyum kecil.



"Wakeshima san"



Kanon speechless membatu di tempatnya. Darah-darahnya terasa berdesir naik ke kepala dan berkumpul di wajahnya. "LEDA KUUUUUN!!! JANGAN BEGITU!! Aku serius"



Leda tertawa, namun ia juga merasa sedikit bersalah karena telah membuat wajah gadis manis itu semerah tomat sekarang.



Kanon memukulkan pelan tas sekolahnya pada tubuh Leda. "dasar!"



"hha maaf"



Kanon mengembungkan dua pipinya agak kesal dengan wajah masih seperti tomat. Lalu ia menarik lengan ketua kelas yang tengah asik menertawakannya untuk kembali melanjutkan perjalanan pulang mereka. Walau agak kesal karena ia tau Leda hanya berusaha menggodanya, namun ia senang, hati gadis itu sebenarnya tengah berbunga-bunga sekarang.



"woe.. Wakeshima..."



Langkah Kanon dan Leda mendadak terhenti karena tiba-tiba ada dua sosok makhluk asing di hadapan mereka tengah berdiri menghalangi.



"Satoshi senpai?"



"lama tak jumpa ya manis", kata orang bernama Satoshi itu sambil mengangkat dagu Kanon dengan jari telunjuknya. Pandangan matanya kini mengarah pada anak laki-laki yang berdiri di samping Kanon, "siapa kau?", tanyanya sinis



"aku-"



"dia ketua kelas di kelasku!", Kanon memotong kata-kata Leda sambil menghalangi tubuh ketua kelasnya dari pandangan Satoshi.



"haha.. Ada apa denganmu wakeshima? Kau takut aku akan menghajarnya karena dia bersamamu?"



"tolong jangan ganggu aku lagi senpai!"



Satoshi menyeringai lalu menarik paksa pinggang gadis yang selalu ia incar sejak dulu itu untuk mendekat ke tubuhnya.



"Apa yang-"



Greb.



Satoshi memandang geram Leda yang telah menarik tubuh Kanon darinya. Ia benar-benar tak terima dengan apa yang dilakukan Leda, dan merasa amat sangat diremehkan.



"brengsek! Kau main api denganku heh?"



"wakeshima bilang jangan ganggu dia!"



Kanon terbelalak. Tak seharusnya Leda mengatakan hal yang seakan memancing amarah kakak kelasnya itu. Kanon sudah mengenal betul Satoshi sejak ia kelas satu. Kakak kelasnya yang tak segan-segan melayangkan kepalan tangannya pada siapa saja yang berani mengganggu kesenangannya.



"hha.. Anak kecil ini menantang kita Shuu", Satoshi menoleh ke sampingnya dimana temannya yang bernama Shuu berdiri menyeringai memandang remeh Leda.



"aku tidak menantang, aku hanya-"



"HENTIKAN SENPAI!!!", teriak Kanon. Ia benar-benar takut terjadi apa-apa pada ketua kelasnya gara-gara dia. "aku mohon!"



buakh


bukh



"Leda kun!", Kanon cepat-cepat menghampiri Leda yang sudah tersungkur di lantai sambil memegangi perut dengan luka memar di pipinya.



"jangan main-main kau! Tampang aja kaya cewek.. Haha"



"banci wakakak"



Leda mengepal sebelah tangannya emosi. Ingin ia menghajar dua orang kakak kelas yang memandang remeh di hadapannya itu. Namun ia mencoba berpikir dan kembali berpikir. Menuruti hawa nafsunya berarti ia telah gagal selama ini, dan hanya akan mengulangi hal yang sama.



"SENPAI.. LEDA KUN TAK ADA HUBUNGANNYA!! JANGAN GANGGU DIA!!"



Satoshi dan temannya Shuu menyeringai, "oke manis, asal kau menuruti keinginanku, aku tak akan mengganggu anak itu", Satoshi berjongkok menghadap Kanon.



"IYA! PUAS?"



"hha coba seperti itu dari dulu", Satoshi berdiri, "tunggu tanggal mainnya oke! Honey wahaha"



Lalu Satoshi dan seorang temannya itu pergi dengan entengnya seakan tak merasa bersalah sedikitpun telah memukul orang bernama Leda.



Kanon cepat-cepat merogoh tasnya mengambil sapu tangan lalu menempelkannya di sudut bibir Leda yang berdarah. "gomen, gara-gara aku", ucap Kanon menundukkan kepalanya.



"hei haha.. Tidak apa-apa..", ujar Leda sambil tanpa sadar mengusap-usap kepala Kanon lembut. "eh! Maaf", Leda tersadar lalu ia segera menarik tangannya dari kepala Kanon yang ia rasa tak sopan.



Kanon hanya terkekeh, ia sama sekali tak keberatan dengan apa yang dilakukan Leda terhadapnya, justru ia senang. "bisa berdiri Leda kun?"



"ya"



Leda mencoba bangkit dari duduknya untuk berdiri. Tangannya memegangi perutnya yang tadi kena tinjuan orang bernama shuu. Masih agak sakit untuk diberdirikan sehingga Leda hampir terjatuh lagi saat mencoba berdiri, namun tubuhnya ditahan Kanon. "ah, arigatou wakeshima san"



Kanon langsung memeluk tubuh Leda erat-erat. Ia sungguh merasa sangat bersalah, "gomen.. gomen.. gomen.."



@@@



Prang



"argh"



Aggy memungut pecahan gelas kedua yang (tak sengaja) ia pecahkan hari ini sambil menggerutu. Entah kenapa tangannya benar-benar licin hari ini. Dan terasa ada sedikit perasaan menyesakkan dalam hati Aggy.



Drrt.. Drrt..



apa lagi itu?



Aggy melangkahkan kakinya dengan malas mengambil hapenya yang bergetar di atas tempat tidur. Yang Aggy lihat di layar hapenya adalah nomor yang sama seperti nomor yang tadi malam menghubunginya. Aggy malas untuk mengangkatnya namun ia lebih malas lagi kalau terus-terusan diganggu suara getaran hapenya sendiri karena nomor itu.



"halo, siapa nih?"



"apa seperti itu sikapmu pada ayahmu?"



Aggy terdiam, "hmm.. Oh, Gackt Sama"



"AGGY!!!", suara orang di telepon Aggy meninggi.



"apa?", tanggap Aggy dengan malas.



"KAU-", orang di telepon itu seperti sedang mengontrol emosinya, "fuh~ bagaimana keadaanmu?"



"buruk! Karena kau menelponku"



"anak kurang ajar! Mika sudah ketempatmu? Kau sudah menerima uangnya?"



"ya, aku terpaksa menerimanya"



"gunakan uang itu dengan baik! Kalau kau masih perlu, katakan saja!"



"tidak"



"dasar tidak tau diuntung"



"aku capek!"



Aggy memutuskan teleponnya, menonaktifkan kembali hapenya lalu melemparnya lagi ke atas tempat tidur. Aggy kembali melanjutkan pekerjaannya memungut pecahan gelas yang berserakan di lantai.



Ini pertama kalinya Gackt menanyakan kabar pada Aggy. Sebelumnya tak pernah Aggy dengar hal yang seperti itu. Mungkin benar yang dikatakan Mika bahwa ayahnya kini telah berubah. Jauh dalam hati Aggy, ia sedikit senang. Namun kesalahan yang telah laki-laki itu buat tak bisa terbayar hanya dengan itu.



@@@



"kerjakan saja soal-soal di buku paket!! Hari ini Yukie sensei tidak bisa masuk karena tidak enak badan"



Semua anak-anak di kelas tidak ada yang berkomentar. Mereka asik dengan aktifitas mereka masing-masing.



Duk.. Duk..



Leda memukul-mukul meja guru mencoba mendapatkan perhatian teman-teman sekelasnya, "YEEE!!", Leda menepuk-nepuk tangannya sendiri. Melihat Leda, Anak-anak di kelas saling bertanya satu sama lain. "Yukie sensei tak masuk, kita bebas!", Leda mengulangi pengumumannya



"YEEEEEEEEEEEEEE!!!!!!!!"



"HUUUUUU!!!!!"



"wik... wiw!!"



Leda tersenyum melihat kelakuan teman-teman sekelasnya. Ada yang naik ke meja, melempar buku ke atas bahkan ada yang joget-joget. Memang hal seperti ini jarang mereka dapatkan sebelumnya, karena kebanyakan sensei-senseinya rajin-rajin. Terutama Kiyoharu. Saat sakit sekalipun ia memaksakan untuk mengajar karena baginya dapat bertemu murid-muridnya adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupnya sampai membuat murid-muridnya akting-akting muntah.



Aggy tersenyum kecil memandangi ketua kelasnya di depan sana. Dari tadi memang hanya Aggy yang setia memperhatikan Leda. Namun ada hal yang mengganggu perasaan Aggy saat ini.



"ketua kelas! Pipimu kenapa?", tanya seorang anak perempuan dari bangkunya.



Ya, hal itulah yang mengganggu perasaan Aggy. Pipi ketua kelasnya agak bengkak dan memar. Sebenarnya Aggy ingin menanyakan hal itu sejak tadi pagi saat pertama kali melihat Leda hari ini. Namun lagi-lagi si gengsi menghalanginya.



"ah, ahaha ini... Kemarin terjatuh", jawab Leda agak ragu sambil memegangi pipinya.



"jatuh?"



"sudahlah, bukan apa-apa kok", Leda memperliatkan mimik wajah ceria menunjukkan kalau dia memang tidak apa-apa. Kanon berdiri dari bangkunya, lalu menghampiri Leda di depan kelas.



"Leda kun, aku papah ya?", tawar Kanon sambil menggandeng tangan Leda. Otomatis semua anak-anak kelas 2D (Kecuali satu orang) bersorak bersuit-suit membuat seisi kelas benar-benar berisik karena kemesraan(?) ketua kelas dan sekertarisnya itu.



"tidak apa-apa Wakeshima san, aku-", Mata Leda melirik laki-laki yang duduk di pojokan kelas sana. Entahlah apakah cuma perasaan Leda saja, tapi rasanya ada aura-aura gelap yang muncul di sana.



Leda melepaskan tangan Kanon dari lengannya, "arigatou, aku bisa sendiri", Ujar Leda. Ia tak mau Aggy ngamuk lagi gara-gara gadis itu dekat dengannya.



Anak-anak di kelas masih sibuk bersuit-suit saat Kanon Mengikuti ketua kelasnya duduk di bangku. Aggy merasa seakan wanita itu benar-benar sengaja membuat emosinya memuncak. Bokong Aggy benar-benar gatal ingin segera beranjak dari bangkunya. Gadis itu telah merusak kesenangan Aggy.



"Leda kun, masih sakit?"



"tidak, ini tidak apa-apa sungguh!", Leda ingin agar sekertarisnya itu segera menjauh dari dirinya, tapi ia tak ingin menyakiti gadis manis yang selalu mengkhawatirkannya itu. Karena Leda mengerti, Kanon hanya ingin membebaskan rasa bersalah dalam dirinya. Namun Leda tak ingin yang lainnya salah paham, terutama orang yang Leda anggap paling tidak menyukai kedekatan mereka yang saat ini masih Leda rasakan tatapan tajamnya pada mereka berdua. Aggy...



@@@



Bel istirahat telah berdering sedemikian nyaringnya. Waktunya murid-murid merilekskan jiwa dan raga mereka dari siksaan otak dan pikiran. Anak-anak kelas 2D juga telah lenyap dibawa arus kelaparan menyerbu kantin. Hanya tersisa tiga gelintir makhluk saja dalam kelas, seorang perempuan manis, anak laki-laki cakep dan seorang pengganggu (baca : Aggy).



"anu.. Aku keluar dulu ya Leda kun", Ucap Kanon sesaat setelah membuka pesan di hapenya.



"ah iya"



Kanon segera bergegas keluar kelas setengah berlari, namun wajahnya tidak menyiratkan semangat seperti langkah kakinya. Leda dapat merasakan hal itu dan ia mengkhawatirkannya. Leda berharap perkiraannya salah tentang siapa orang yang mengirim pesan ke hape gadis itu.



Tak seperti biasanya, Aggy masih duduk santai di bangkunya saat istirahat. Matanya menerawang ke luar jendela tapi bukan pemandangan nan indah di luar sana yang matanya tangkap, tapi pantulan bayangan di kaca jendela yang ia perhatikan, Anak laki-laki yang duduk agak bersebrangan dengannya.



Beberapa saat Aggy memandangi pantulan bayangannya yang lebih indah daripada lukisan monalisa itu. Tiba-tiba Aggy merasa makhluk bernilai seni tinggi itu menatap ke arahnya. Walau tak bertatapan secara langsung tapi Aggy dapat melihat mata itu lurus menatap dirinya, yang Aggy lihat di kaca jendela. Seketika itu juga Aggy merasa menjadi orang paling lemah di dunia.



"Aggy... Tidak keluar?"



"harus ya?", Aggy balik bertanya tanpa memalingkan wajahnya menatap sang lawan bicara menyembunyikan sisi lemahnya.



"hha bukan begitu, rasanya aneh. Tapi bagus kalau kau mau bertahan sampai pulang nanti"



"tidak akan", Aggy bangkit dari duduknya menarik tas lalu menggantungkan di sebelah bahunya. Padahal menyenangkan bisa ngobrol berdua di ruang kelas yang sepi bersamanya, tapi lagi-lagi Aggy harus melewatkan itu karena gengsinya.



"mau kemana?"



"ke tempat yang lebih baik dari ruangan ini"



"hha aku tau. Kau benar-benar benci kelas ternyata"



Aggy berjalan menuju pintu keluar dengan mempertahankan langkah khasnya yang bisa dibilang terkesan cara berjalan orang keren. Namun ia harus menghentikan itu saat matanya melihat Leda tengah berdiri di ambang pintu seperti menunggunya.



"aku akan ke ruang guru, kita barengan aja"



Aggy menatapnya datar beberapa saat namun hatinya sedang menari kesana kemari sebenarnya. Dengan langkah agak kaku Aggy menghampiri ketua kelasnya. Matanya kembali menatap Leda lebih tepatnya menatap bagian tubuh yang menarik perhatian Aggy sejak tadi. sudut bibir anak laki-laki itu yang agak memar.



Aggy tak sadar kalau tangan kanannya benar-benar terangkat menuruti kata hatinya yang memang sudah sejak tadi ingin menyentuhnya. Aggy tau memar di wajah anak laki-laki di hadapannya itu bukanlah luka karena jatuh tersandung atau terpleset di toilet, karena Aggy sudah berpengalaman soal luka-luka seperti itu. Yang menyesakkan hati Aggy adalah, siapa yang berani membuat cacat wajah yang tak pernah bosan Aggy lihat itu?



Leda hanya bengong saat tangan itu mengangkat wajahnya. Ibu jari tangan Aggy menyentuh sudut bibirnya yang membiru karena pukulan tangan senpai yang ia temui kemarin.Entah sengaja atau tidak tiba-tiba Aggy menekan sudut bibir Leda sampai ketua kelasnya itu mengaduh.



"cengeng"



"hei.. Kau menekan bagian yang sakit"



Aggy kembali menekankan telunjuknya di sudut bibir Leda membuat Leda protes. Aggy mengulangi dan mengulangi kejailannya itu sampai membuat ketua kelasnya merengut tampak kesal. Aggy hanya ingin memanjakannya, tapi tak buruk juga sedikit membuat dia kesal, Aggy menikmati saat mata Leda menatapnya bingung dengan apa yang ia lakukan.



"hentikan!"



"ok"



Leda mengernyitkan dahinya, "kau marah padaku? Sudah ku bilang aku dan Wakeshima tidak ada apa-apa"



perempuan itu lagi...

"ya"



"he? Kau percaya? Hha, aku pikir kau akan ngamuk lagi seperti waktu itu"



Aggy mendengus mengingat kejadian yang benar-benar ia sesali sampai sekarang. Makanya sejak tadi Aggy berusaha menahan diri melihat gadis itu berkeliaran di sekitar Leda, karena Aggy tak mau melukai-nya lagi untuk yang kedua kali. Sungguh-sungguh tak mau...



"Aggy, Wakeshima perlu seseorang untuk melindunginya. Dan aku tau kau pantas jadi orang itu", Leda menepuk-nepuk bahu Aggy.



cukup, bicara tentang perempuan itu...



"sepertinya Wakeshima.... ..."



cukup!



"dia juga...."



puk.



Aggy menepukkan tangannya pelan ke pipi Leda. Lalu ia pergi begitu saja meninggalkan Leda yang dibuat bingung karenanya.



@@@



"terima kasih Leda, kau sudah sering sekali membantuku, sudah sepantasnya kau dapat nilai plus plus hmm..."



"tidak apa-apa sei, aku ketua kelas berarti wakilmu juga"



"iya iya haha..., kalau semua anak laki-laki di kelas sebaik kau, aku tak akan pusing-pusing mengurusnya"



Leda tersenyum, "aku tak sebaik itu sei"



Kiyoharu menyilangkan kedua tangannya di depan dada, matanya menatap lurus pada mata anak laki-laki yang berdiri di hadapannya, Kiyo menghela nafas sedikit, "setiap orang punya masa lalunya masing-masing kan? Yang penting adalah sekarang, dan seperti yang aku dan yang lainnya lihat kau memang anak yang baik"



"tidak sei, aku masih belum-"



ctik.



Leda memegangi jidatnya yang baru saja disentil Kiyoharu. "sensei?"



Kiyoharu hanya membalas rasa heran murid kesayangannya setelah Aggy itu dengan senyuman maut khasnya sambil sedikit mengacak-acak rambut Leda. Ada rasa yang sama yang Kiyoharu rasakan pada Leda saat ia menyentuhnya, seperti saat ia menyentuh Aggy.



###



Malam yang dingin seperti biasanya, Kiyoharu mengeratkan mantel hitam yang dikenakannya untuk mencegah udara menyelusup menyapa bagian tubuhnya. Ia berjalan terus menuju tempat tinggalnya dimana ia menghabiskan waktunya setelah bekerja, tempatnya beristirahat dari lelahnya bekerja seharian, berceloteh kesana kemari mengurusi siswa siswi yang susah diatur.



Tiba-tiba dari kejauhan mata Kiyoharu menangkap sesosok anak kecil tengah berjongkok di depan pagar tempat ia tinggal. kiyo segera mempercepat langkahnya memburu.



"Aggy?"



anak kecil itu mengangkat wajahnya membiarkan Kiyoharu melihat dengan jelas rupanya, "Kiyo... "



Kiyoharu berjongkok, "apa yang kau lakukan di sini malam-malam? Ayahmu bisa marah kalau dia tau"



"biarkan saja, aku benci ayah!"



Kiyoharu menatap mata yang bening tanpa dosa itu beberapa saat. Ini bukan kali pertama anak laki-laki kecil itu melarikan diri ke rumah Kiyoharu, sama seperti yang sering ibunya lakukan dulu. Kiyoharu sudah terbiasa, bahkan sudah terlalu terbiasa.



"kau tidak boleh bicara begitu tentang ayahmu! kau tidak tau betapa ibumu menyayanginya"



anak laki-laki kecil itu mengembungkan kedua pipinya sambil menundukkan kepala.



"ayo pulang, aku akan mengantarkanmu", Kiyoharu berdiri sembari menarik paksa tangan anak berumur 7 tahun itu. Bukannya Kiyo tak senang atau merasa terganggu dengan kedatangannya, hanya saja Kiyoharu tahu betul sifat ayah sang anak yang tempramental.



"aduuuh"



Kiyoharu menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah anak kecil yang lengannya ia genggam dengan erat. "oh, aku terlalu kuat menggenggam lenganmu?"



"aku tak mau pulang, aku ingin di rumah Kiyo saja..", tukas Aggy kecil setengah berteriak. "aku heran kenapa ibuku bisa begitu menyayangi orang jahat seperti si Gakuto itu"



"JAGA BICARAMU! WALAU BAGAIMANAPUN DIA AYAHMU! Hormatilah dia!"



"maaf"



Kiyoharu benar-benar merasa tersayat melihat Aggy kecilnya tertunduk karena perkataannya. Mungkin Kiyoharu terlalu keras membentaknya tiba-tiba, dan Kiyo cukup menyesali itu. Dia hanyalah anak kecil yang mengucapkan kata-kata sesuai isi hatinya dan sesuai apa yang ia lihat dan rasakan. "aku yang minta maaf"



Kiyoharu melepaskan mantel yang sedari tadi dikenakannya ketika melihat tubuh kecil di hadapannya mulai gemetar. Lalu Kiyoharu menutupi tubuh mungil itu dengan mantel hitamnya. Kiyoharu tak tau, berapa lama anak itu menunggunya di luar sampai ia kedinginan begitu. Karena itu Kiyoharu memutuskan untuk membiarkannya masuk dulu ke rumahnya membiarkan anak itu menghangatkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum ia antar pulang.



"sini ganti dulu pakaianmu, nanti masuk angin...", Kiyoharu sedikit menarik tangan Aggy kecil untuk mendekat padanya, lalu mulai melepaskan baju kaos yang Aggy kenakan satu persatu.



bertambah



Aggy kecil hanya mengembungkan kedua pipinya kedinginan, "Kiyo.. dingin.. Cepat pakaikan aku baju!", perintah Aggy pada Kiyoharu yang mendadak bengong setelah melepas bajunya.



"oh haha.. dasar kau, seharusnya kau sudah bisa pakai baju sendiri", Ujar Kiyoharu menjitak sedikit kepala Aggy.



"aku bisa, tapi kau saja yang mau memakaikan aku baju"



"hmm...", tanggap Kiyoharu sambil memakaikan baju baru pada Aggy. "nah sudah!" kata Kiyoharu tersenyum menepuk-nepuk punggung mungil Aggy.



"aduuh", Ringis Aggy



"eh?", Kiyoharu kaget. Ia lupa, benar-benar lupa. Bahwa ada yang baru lagi tergores di sana. "maaf, sakit?"



"tidak, aku kuat hehe", Aggy mengacungkan jempolnya ke wajah Kiyoharu.



Kiyoharu hanya menatap anak kecil di hadapannya dengan lembut, anak kecil yang selalu ia dorong untuk menjadi anak yang kuat, anak kecil yang selalu berpura-pura tegar padahal dia hanyalah anak kecil.



"Kiyo... malam ini sa-"



grep.



Kiyoharu tiba-tiba memeluk Aggy. Memang Kiyoharu selalu ingin melakukannya, seperti halnya ia ingin memeluk orang yang telah melahirkan anak itu. Kiyoharu ingin melindunginya lebih dari apapun juga... Erat, semakin erat, Kiyoharu memeluk tubuh mungil itu semakin erat meluapkan perasaannya, betapa ia menyayangi anak itu.



"aduuuuh Kiyooo... sakiiit"



"ahahaha.. kau bilang kau kuat he?"



"huh!"



###



"sei?"



"ya? ah sudahlah, kau boleh kembali ke kelas", Kiyoharu mendudukan diri di kursi kerjanya. Tangannya sedikit memijat mijat keningnya yang sudah mulai keriput(?) kebanyakan mikir.



Leda mengerutkan dahinya, "baiklah, aku permisi ya Sei"



"ah iya iya, terimakasih ya", ucap Kiyo tanpa mengangkat wajah masih memijat mijat keningnya.



"SENSEEIIII??"



"ada apa lagiii?", Kiyoharu mengangkat wajahnya memandang sedikit kesal pada Leda yang ternyata masih berdiri menghadapnya.



"bukan aku!"



"memang bukan kau, suaranya seperti anak perempuan"



"Kiyo Senseeiii"



"Oh Wakeshima, ada apa manis?", Tanya Kiyo pada siswi didiknya yang terlihat tergesa-gesa.



"ah itu..."



"pelan-pelan saja sayang"



"AGGY... AGGY BERKELAHI"



@@@



"..........."



"............"



"ada masalah apa diantara kalian?"



"aku juga tak mengerti sei, tiba-tiba dia datang dan memukulku", jawab Satoshi emosi dengan tangan memegangi kedua pipinya yang memar-memar.



"apa pembelaanmu Aggy?"



"cih!"



"minta maaf pada kakak kelasmu!"



Aggy memalingkan wajahnya mendengus.



"atau aku panggil ayahmu"



Aggy menarik tangan Satoshi, bersalaman dengannya lalu cepat-cepat melepaskannya. "apa-apaan itu?", tanya Satoshi geram, "sei, dia sudah membuat wajahku seperti ini? Masa hanya begitu saja, tanggung jawab dong!"



"Aggy tidak mungkin memukul orang tanpa alasan", Leda angkat bicara.



DEG!



Aggy kembali merasa tubuhnya melemah. Ia tak berani menatap wajah ketua kelasnya sekarang. (memang biasanya juga begitu)



"hei, kau jangan ikut campur bocah!", timpal Satoshi



"Walau bagaimanapun Aggy pasti punya alasan memukulmu", tambah Leda.



kau...Alasannya



"i, iya sei...", Kanon ikut angkat bicara.



"arggh! Aku boleh kembali ke kelas kan sei? Aku ini korban!"



"hmm... kembalilah ke kelas"



Satoshi menatap tajam Aggy di sampingnya setelah itu ia melempar tatapan mautnya ke arah Leda. Kemudian ia pergi dari hadapan mereka setelah mendapat ijin dari Kiyoharu.



"aku panggil ayahmu ya Aggy"



"Argh jangan dia!"



"kalau begitu jelaskan, kenapa kau memukul kakak kelasmu tiba-tiba?"



"dia menggangguku Sei, err~ anu... Aggy hanya berusaha menolongku dari Satoshi senpai", jelas Wakeshima.



"hm?", Kiyoharu mengangkat sebelah alisnya, "benarkah?"



"tidak!", tegas Aggy



Leda menepuk-nepuk punggung Aggy, "hm.. sudah kuduga, katakan saja Aggy, tak usah malu", ujarnya sambil tersenyum.



"ada apa ini?", tanya Kiyoharu heran.


"masa sensei gak ngerti sih haha.."



~to be continued~





T.T LEMPENG??????

Forbidden Fruit 2

Author : Ruk~Ruki~Rukiiraa^^



rated : T *bisa berubah kalau Author pengen*



genre : romance/ school/ BL dkk



fandom(s) : Deluhi...*yang lain numpang lewat doank*



pairing(s) : AggyXLeda *gyaa~*



chapter : 2



warning : bayangin Aggynya yang lagi di Revolver blast!!

"### -> flashback"

"@@@ -> sekarang" ^^)v



Summary :forbidden fruit is sweetest... Perasaanku padamu adalah sebuah dosa, namun terasa begitu manis



note : wawawawawawawawawawawa!!! *BUAKH*



@@@



Aggy membuka matanya perlahan. Hamparan langit jingga yang luas adalah pemandangan pertama yang tampak saat Aggy mengangkat tirai-tirai matanya. Begitu indah, kekuasaan Tuhan.



Aggy bangkit dari tidurnya. Tampaknya sekolah mulai sepi. Ia menyempatkan diri menilik benda kecil berdetik yang melingkar di pergelangan tangannya.



Jam 5 sore?



Waktu terasa begitu cepat berputar. Mungkin karena Aggy terlalu nyenyak tertidur. Ia bangkit berdiri lalu sedikit menggeliat untuk merilekskan anggota-anggota tubuhnya. Berjongkok mengambil tas gendong serba hitamnya yang tergeletak tak berdaya di lantai lalu mulai melangkahkan kakinya menuju tangga.



Tiba-tiba langkah Aggy terhenti. Terasa ada sesuatu yang sedikit mengganjal di pikirannya. Jari-jari tangan kanan Aggy menyentuh bagian bawah bibirnya perlahan.



apa ini? Rasanya tadi...

Aggy terdiam beberapa saat dengan pikiran-pikiran kotor berputar-putar di otaknya. Ia menyeringai menggeleng-gelengkan kepala menyangkal semua yang mengganjal dipikirannya.



sialan, aku mulai bermimpi aneh-aneh...



@@@



BRAK!



Semua mata anak-anak yang ada di kelas 2D tertuju ke bangku di pojokan kelas. Aggy berdiri dari bangkunya setelah membuat teman-temannya terperanjat kaget, dengan tiba-tiba menggebrak meja.



Kelas yang sedikit ribut mendadak hening. Tak ada satupun yang berani berkomentar maupun bertanya apa yang terjadi sekarang ini pada Aggy. Mereka tak mau ikut campur ataupun berurusan dengan teman sekelas mereka yang sedikit(?) bermasalah itu. Bisa-bisa akibatnya fatal. Setidaknya itu menurut anggapan mereka.



"Ag-Aggy... Ada apa?"



Aggy melempar tatapan dingin penuh hawa membunuhnya pada Sujk yang telah mengerahkan segenap jiwa raga untuk memberanikan diri angkat bertanya. Membuat keberanian Sujk yang telah ia pupuk selama ini menciut seketika. Sujk tak berani lagi melemparkan pertanyaan ke dua dan ke tiga. Ia lebih memilih merapatkan mulutnya sekarang.



Aggy menatap lekat-lekat dua makhluk yang juga tengah memandangnya dari depan kelas. Perasaan Aggy panas, gelisah dan kacau. Apalagi saat anak-anak sekelas menyoraki mereka dan bersuit-suit gak penting. Membuat Aggy benar-benar terusik. Rasanya ia ingin melempar dan menghancurkan semua barang-barang yang ada di kelasnya. Ia bisa, tapi Aggy masih memikirkan biaya yang harus ia tanggung nanti untuk mengganti rugi.



Kini mata Aggy hanya terfokus pada satu orang saja. Bukan dua orang lagi. Ia menatap lekat-lekat anak laki-laki berparas manis itu. Anak laki-laki yang selama beberapa hari ini seperti menghindarinya. Tak ada senyuman, sapaan, apalagi menjemput Aggy di atap sekolah seperti yang biasa ia lakukan. Aggy kecewa, ia tak tahan kalau sehari saja tak melihat senyuman anak laki-laki itu. Aggy selalu gelisah, apa ia telah berbuat kesalahan? Anak laki-laki itu hanya balas memandang Aggy dengan penuh rasa heran.



cukup! jangan memandangku seperti itu!

Aggy menarik tasnya kasar dari atas meja. Lalu ia melangkahkan kakinya beranjak menuju pintu keluar. Semua mata anak-anak di kelas setia mengikuti setiap gerak dan langkah Aggy. Mereka sedikit tersentak saat Aggy tiba-tiba menendang bangku yang ada di depan kelas dan menatap mereka dengan tatapan dingin satu persatu. Serentak anak-anak di kelas mengalihkan pandangan mereka ke arah lain.



"Aggy san, Kiyoharu sensei sebentar lagi datang. Kembalilah ke bangkumu!", ucap Leda menghalangi, terkesan memerintah Aggy namun secara halus.



Aggy tak menggubris kata-kata ketua kelas kesayangannya itu lalu melanjutkan langkahnya. Saat sedang dilanda amarah seperti sekarang ini, tak akan ada yang bisa menghentikan kehendak Aggy sekalipun orang itu adalah Leda.



"Aggy san!", Leda mencengkram lengan baju Aggy bermaksud menghentikan langkahnya.



"BERISIK!!"



DUK



"haaaaaaaaa??"



semua mata anak-anak di kelas terbelalak. Anak-anak perempuan menutup mulut mereka yang membulat mengantisipi tak ada lalat yang masuk. Selama ini mereka tak pernah melihat Aggy secara langsung memukul orang mereka hanya sering mendengar saja.



Mata Aggy membulat sempurna menatap sang ketua kelas tertunduk di hadapannya. Leda menutupi hidungnya yang berdarah?



a-apa yang....

"Leda kun!", teriak seorang perempuan cantik bangkit berdiri tepat dari bangku di samping bangku Leda. Ia menghampiri Leda dengan tergesa-gesa. "daijoubu ka?", lalu ia menempelkan sapu tangannya membersihkan darah dari hidung Leda.



"cih"



Aggy kembali menendang pintu kelas sebelum keluar. Membuat teman-teman sekelasnya kembali jantungan.



Kelas mendadak berisik dan ribut setelah Aggy lenyap. Mereka saling bertanya dan membicarakan Aggy. Apalagi soal tontonan mereka barusan di depan kelas antara anak badung dan ketua kelasnya.



Leda kembali ke bangkunya dengan seorang perempuan memapah, "apa-apaan dia itu? Kita harus melaporkannya ke wali kelas", gerutu perempuan yang memapah Leda. "Leda kun, tidak apa-apa? Sebaiknya ke UKS saja, aku antar ya?", tanyanya dengan wajah khawatir yang terkesan berlebihan. Namun itulah perasaannya.



"tidak apa, wakeshima san jangan anggap aku selemah itu hha", jawab Leda sambil mendudukan dirinya di bangku. Ia merubah mimik mukanya lebih ceria untuk meyakinkan perempuan itu kalau dia baik-baik saja.



Kanon wakeshima nama lengkapnya. Perempuan manis berambut panjang coklat terang dengan poni cantik menutupi keningnya. Dia adalah sekertaris di kelas 2D.



Akhir-akhir ini Leda memang dekat dengan sekertarisnya itu. Sampai membuat teman-teman sekelas menyimpulkan seenak udelnya kalau mereka sepasang kekasih. Leda sudah terbiasa dan tak menghiraukan setiap suit'an ataupun sindiran dari teman-teman sekelasnya saat ia harus berada dekat dengan sekertaris cantiknya itu. Lagipula hubungan mereka memang hanya sebatas antara ketua kelas dan sekertaris, (kalau bisa lebih dari itu ya Leda bersyukurT.T). Apalagi akhir-akhir ini mereka selalu disibukan mendiskusikan perlombaan antar kelas yang diadakan sekolah untuk festival.



"ah iya ya, aku terlalu berlebihan. Bagi laki-laki ini hal yang kecil ya"



Leda tersenyum, "hmm.. Tidak apa-apa, aku berterimakasih Wakeshima san sudah mengkhawatirkanku", Leda kembali menyimpulkan senyuman di wajahnya membuat sekertaris yang duduk di sampingnya menundukan kepala menutupi rona merah yang menghiasi kedua pipinya.



"suit... suit..."



@@@



Aggy terduduk lesu bersandar di samping tempat tidurnya. Lagi-lagi malam ini keberuntungan enggan menghinggapi hingga menambah catatan kekalahan di list nge-treknya. Hanya luka-luka di tangan dan kaki yang ia dapatkan dari hasil treknya kali ini.



ini hukuman untukku...



Aggy tak bisa berhenti memikirkan kejadian tadi siang saat perasaannya benar-benar kacau dan justru melukai seseorang yang harusnya ia lindungi. Bahkan selama ini Aggy tak pernah berani menyentuh kesucian kulit putih itu, walau hasratnya kadang terasa menggerogoti untuk menjamahnya, tapi Aggy tau diri, ia kotor. sekalinya ia menyentuh, Aggy malah melukainya. Saat dia tertunduk ingin Aggy memeluknya dan meminta maaf. Namun hal seperti itu tak mudah untuk dilakukan Aggy.



Aggy tak bisa menahan rasa kesalnya saat ia melihat perempuan itu duduk di sampingnya, begitu dekat. Setiap senyuman yang tersimpul di wajah mereka hanya membuat Aggy sesak. Aggy tak tahan kalau harus setiap hari berada dalam ruang kelas yang mempertontonkan penyiksaan batinnya seperti itu. Karena itu, ia panas dan tak bisa lagi menahan emosinya.



Tapi bukan berarti Aggy pantas melukai orang yang telah membuatnya kacau itu. Aggy mengutuk tangannya sendiri. Dan ia telah mendapatkan hukumannya sekarang. Darah yang keluar dari luka-luka itu adalah balasan atas perbuatan yang telah dilakukan tangannya. Walau Aggy merasa itu belumlah cukup.



Drrt... Drrt...



Aggy merogoh saku celananya setelah dia rasa ada sesuatu yang bergetar di sana. Aggy menyempatkan diri untuk menengok layar hapenya memeriksa nomor yang telah membuat hapenya bergetar.



Tak dikenal.



Aggy tak mengenal nomor telepon yang tertera di layar hapenya (ataukah lupa?). Lalu ia melemparkan telepon selular yang dirasa telah mengganggunya ke atas tempat tidur.



Bunyi yang ditimbulkan getaran handphone itu tak kunjung berhenti. Sekalipun berhenti selalu dan selalu bergetar kembali. Aggy mematikan handphonenya lalu merebahkan diri di atas tempat tidur. Mengosongkan pikiran yang selalu dipenuhi beban dan sebentuk wajah yang tak bisa ia hilangkan dari pikirannya. Rasa sakit di tubuhnya tak Aggy rasakan, hal kecil seperti ini bukanlah merupakan sesuatu yang pantas Aggy ringisi dan keluhkan. Sudah terlalu sering tubuhnya di sapa rasa-rasa sakit yang bermacam perihnya. Membuat saraf-saraf rangsangan nyerinya seakan tak berfungsi. Mungkin sudah terlalu kebal.



@@@



"minta maaf!"



Aggy menatap dingin pada wali kelasnya yang sedari tadi memaksanya meminta maaf pada Leda di depan kelas. Tentang apa lagi kalau bukan tentang kemarin.



"sudahlah sei, aku tidak apa-apa. Lagipula sepertinya Aggy san tidak sengaja menyikutku waktu itu. Dia hanya berusaha menepis tanganku tapi kena ke hidungku", terang Leda menjelaskan kejadian kemarin.



bodoh!



"tetap saja dia harus minta maaf!"



benar...



Kiyoharu menggeplakan bukunya ke bagian belakang kepala Aggy, "jangan bengong saja kau, ayo minta maaf!"



Aggy mendengus. Ia tau harus minta maaf tapi bukan di depan teman-teman sekelasnya seperti sekarang ini. Semua mata menatapnya dengan penuh harap. Walau mereka tau seorang Aggy yang itu mana mungkin mau mengucapkan kata maaf seenteng itu dari mulutnya.



"sungguh aku tidak..."



"MAAF!"



Aggy beranjak keluar kelas dengan sedikit langkahnya tertatih setelah mengucapkan kata-kata yang menyimpang dari kamusnya. Ia tak menghiraukan panggilan-panggilan dari wali kelasnya yang menyuruhnya untuk berhenti dan melarangnya keluar kelas karena jam pelajaran belum selesai.



Semua anak-anak di kelas shock dan kembali ribut membincangkan satu kata maaf dari Aggy. Mereka tak mengira akan mendengar kata-kata terlarang bagi Aggy itu secara cuma-cuma.



@@@



Bel pulang telah berbunyi, semua anak-anak kelas 2D berbondong-bondong keluar kelas kecuali anak-anak yang mendapatkan tugas piket hari ini, karena di halangi Kanon. Walau sebagian ada yang terpaksa dan ngedumel dalam hati tapi apa boleh buat, daripada mendapatkan omelan-omelan perempuan cantik nan cerewet itu.



"hei, kami selalu dipaksa untuk piket. Lalu bagaiamana dengan si Aggy itu? Dia belum pernah piket satu kalipun", protes seorang anak laki-laki berambut pirang. Yang kebetulan tak sempat kabur dari cegatan Kanon.



"iya, Aki benar! Bagaiamana itu?", Mao ikut mendukung protes Temannya. Semua anak-anak yang mendapatkan tugas piket hari ini jadi saling mengeluh dan protes.



"kalian! Dia kan jarang di kelas sampai jam pelajaran terakhir. Kalian tau sendirikan? Sekarang juga dia gak ada kan? Mau menyuruhnya bagaimana?", Kanon menegaskan membela kehormatannya sebagai sekertaris.



"ya sudah, suruh dia piket pagi hari saja! Berani tidak?", anak bernama Aki nyerocos tanpa disadari sekertaris kelasnya tengah memelototinya.



Leda hanya mendengarkan protes teman-temannya sambil duduk di bangku guru. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis melihat mereka cekcok seperti anak kecil saja. Apalagi disaat seperti ini, ia bisa melihat sisi lain dari sekertarisnya yang berwajah manis itu, sangat cerewet dan galak. Leda terkekeh lalu ia melihat daftar piket siapa-siapa saja yang piket hari ini.



Aggy.



Leda menghela nafasnya, ternyata memang Aggy piket hari ini.



"sepertinya aku tau dimana Aggy sekarang", kata-kata Leda membuat anak-anak yang sedang cekcok dengan kanon berhenti. "Wakeshima san tolong pantau dulu kelas ini. Aku akan segera kembali"



"he? Tapi apa tidak apa-apa?", tanya Kanon khawatir.



Leda menganggukan kepalanya lalu keluar dari kelas. Ia yakin Kalau saja Aggy belum pulang sudah pasti ia di tempat itu.



Leda memegangi hidungnya yang masih terasa sakit sambil menaiki satu persatu anak-anak tangga menuju atap sekolah. Langkahnya melambat. Ada rasa ragu dalam dirinya, jujur saja Leda masih merasa canggung bahkan mungkin sedikit takut untuk berhadapan dengan Aggy sejak waktu itu. Makanya dia sedikit menghindar, bukan benci tapi canggung. Walaupun Leda kurang yakin orang yang bersangkutan menyadari perbuatan tidak senonohnya.



Mata Leda menangkap sesosok makhluk yang ia cari tengah terduduk di lantai dengan kedua tangan sedikit ke belakang menyangga berat badannya sambil mengangkat wajah melihat langit.



Leda telah sampai di atap namun enggan untuk mendekati Aggy. Ia melihat wajah Aggy memancarkan sedikit cahaya, mungkin karena panas dan cahaya matahari menerpa wajah dan tubuhnya.



Aggy menoleh lsedikit mengedip-ngedipkan kelopak matanya dengan ritme cepat. Lalu ia menggosok-gosokan punggung tangan ke kedua matanya. Leda mengerti, mungkin ia terlalu lama menatap langit yang cerah dan sinar matahari. hingga matanya terasa gelap saat melihat ke sekitarnya.



Leda mendekat ke samping Aggy yang terduduk di lantai lalu ia berjongkok. "Aggy san, kau piket hari ini"



Aggy mengernyitkan dahinya, "piket? Tak ada kata piket dalam kamusku", ujar Aggy santai lalu mengarahkan pandangnya ke sekitar. Tak sanggup memandang mata makhluk manis itu lebih dari satu detik. Sebenarnya Aggy sedikit kaget sekaligus senang karena ketua kelas yang selama ini agak menghindarinya ternyata masih mau datang ke tempat ini menemuinya.



Leda ikut mendudukan dirinya di samping Aggy sambil bersila menghadap teman sekelasnya yang susah diatur itu. Leda sedikit memiringkan wajahnya mencoba mendapat perhatian Aggy agar ia mau menatapnya.



"ada apa?", tanya Aggy ketus karena merasa dirinya diperhatikan.



"kau berkelahi lagi Aggy san?", Leda balik bertanya karena melihat ada luka-luka dan memar di tangan Aggy.



"bukan urusanmu!"



"urusanku!"



"bukan!"



"iya!"



Aggy mengangkat sebelah alisnya. "apa hubungannya denganmu?"



"karena aku ketua kelasmu"



Aggy mendengus. Inilah yang ia sukai dari seorang Leda. Percakapan yang ringan namun membuat Aggy senangnya bukan main, karena beberapa hari kebelakang ia tak mendapatkan pecakapan manis seperti ini. Seandainya ia tak punya malu dan mengabaikan gengsinya yang segede gunung fuji. Ia akan berjingkrak seperti anak kecil mengangkat sebelah tangannya lalu mengangkat ketua kelasnya itu tinggi-tinggi. Tapi ia sadar hal seperti itu tak sepantasnya ia lakukan.



"mau ke UKS?", tawar Leda



"cis, aku tak selembek dirimu! Kena sikut saja meringis"



Aggy menggerutu dalam hati, dan mengutuk lidahnya yang selalu mengucapkan kata-kata yang tak sesuai dengan isi hatinya.



"hha... Jadi kau benar-benar sengaja menyikutku heh?"



baka! aku akan memenggal kepalaku sendiri kalau melakukan itu



"kenapa kau menyukai kekerasan? Sebenarnya apa alasanmu untuk berkelahi?", tanya Leda santai seperti tak ada beban dalam dirinya saat menanyakan itu.



"tak ada!", jawab Aggy singkat.



"apa menyenangkan membuat semua orang takut padamu?"



Aggy terdiam beberapa saat, "itu keren"



"hahaha..."



Aggy hanya melirik Leda dengan ekor matanya saat tiba-tiba tawa ketua kelasnya itu terpecah.



"kau lucu juga Aggy san,hha"



apanya yang lucu?



"kau bisa mengajariku berkelahi?"



"he?"



"hha.. Aku hanya bercanda"



Aggy kembali mendengus. Namun hatinya benar-benar bahagia sekarang ini. Ia berterima kasih pada Tuhan karena diberi kesempatan untuk melewati hari ini. "aku sudah menduganya, orang sepertimu pasti tak pernah mengecap bagaimana nikmatnya memukul orang"



"apa maksudmu orang sepertiku? aku hanya selalu memikirkan akibat sebelum bertindak", Leda ngeles sedikit nyengir.



gila...Aaargh!

Aggy membuang muka, memalingkan wajahnya dari Leda dengan tangan memegangi dadanya. Jantungnya benar-benar berpacu seperti pacuan kuda. Sedikit cengiran darinya saja sudah membuat Aggy goyah. Aggy benar-benar dalam keadaan bahaya kalau ketua kelasnya itu sering-sering memperlihatkan cengiran yang menggoda keteguhannya itu.



"ah aku keenakan!", Leda bicara pada dirinya sendiri setelah melihat jam ditangannya, kemudian ia bangkit berdiri.



keenakan?... Bersamaku, keenakan?



"Aggy san..."



"Aggy!"



Leda mengernyitkan dahinya, "baiklah, Aggy.. Karena sepertinya kau sedang terluka. Aku mengijinkanmu untuk tidak piket hari ini tapi tidak minggu depan!"



Aggy diam tak menghiraukan peringatan ketua kelasnya itu. Ia sedikit kesal karena kebersamaannya bersama makhluk hidup kesayangannya itu begitu singkat.



"oh ya, aku tau kejelekanmu sekarang!"



"hah?", Aggy sedikit mengangkat wajahnya untuk melihat wajah Leda yang kini tengah berdiri, "semua orang juga tau kejelekanku"



"tidak! Kebejadan Ini, hanya aku yang tau. Mungkin....", Leda tampak sedikit berpikir.



"kebejadan apa maksudmu?"



"kau benar-benar tidak ingat?", Leda tak menggubris pertanyaan Aggy malah balik bertanya dengan mimik wajah senang.



"apa-apaan kau itu?", Aggy sedikit bingung dengan pernyataan ketua kelasnya. Leda menghela nafas lega karena sepertinya ia tidak perlu lagi mengkhawatirkan hal yang sedikit mengganggu pikirannya akhir-akhir ini. aggy hanya memperhatikannya tanpa berkomentar.



"aku kembali ke kelas", ucap Leda sesaat sebelum meninggalkan Aggy.



jangan...



Leda menghentikan langkahnya lalu menoleh, "kau bilang sesuatu?"



"tidak"



Leda tampak bingung, ia sedikit mengaruk-garuk belakang kepalanya. Lalu kembali meneruskan langkahnya untuk menuruni tangga dengan agak ragu.



Aggy menatap punggung ketua kelasnya semakin menjauh dan menghilang menuruni tangga. Aggy selalu dikagetkan karena sepertinya anak laki-laki itu seakan mengetahui dan dapat mendengar isi hatinya.



Leda



Aggy menerawang ke langit luas. Setiap hatinya menyebut nama itu maka dapat dipastikan jantungnya berdetak tak beraturan. Terasa ada perasaan menyesakan dan wajahnya serasa terbakar.



"Leda... Leda.. Leda.. Leda.. Leda.. Leda.. Leda..", Aggy menggumamkan nama kesayangannya sambil memejamkan mata. Membiarkannya meresap ke setiap rongga hatinya. Hati Aggy begitu meninggikan anak laki-laki itu. Ia terlalu menyayanginya. Tapi Aggy tak bisa menghentikan perasaan sekaligus dosa yang terlanjur membawanya mengecap manisnya hidup. "Leda.. leda.. leda.."



"ya?"



Aggy membuka matanya. Ia terperanjat kaget Leda tiba-tiba kembali berdiri di hadapannya.



"ke-.... a-apa yang kau lakukan disini?", Tanya Aggy sedikit gugup sambil bangkit berdiri.



"ada apa dengan namaku?", tanya Leda cengok.



@@@



"ya, dia masuk sekolah hari ini"



"aku menelponnya tadi malam, tapi anak itu malah menon aktifkan handphonenya"



"kau tenang saja, aku akan selalu menjaga dan memantaunya"



"yah, aku berterimakasih padamu kiyoharu. Untung kau guru di sekolahnya. Laporkan saja padaku kalau anak itu berbuat macam-macam"



"ya"



Kiyoharu menutup telepon selularnya lalu memasukannya ke saku celana. Ia membereskan barang-barang yang berantakan di atas meja kerjanya sebelum pulang.



"Kiyo sensei, duluan ya!", ucap seorang wanita cantik berambut hitam lurus yang juga seorang guru.



Kiyoharu menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. "hati-hati ada yang menggodamu di jalan yukie sensei", ujarnya setengah menggoda guru perempuan yang lebih muda darinya itu.



Guru yang dipanggil Yukie itu hanya menganggukan kepalanya tersenyum. Kelihatannya guru perempuan itu memang sedikit menaruh hati pada Kiyoharu dan Kiyoharu menyadari hal itu, makanya ia suka sekali menggodanya. Tapi tak ada rasa sedikitpun dalam diri Kiyoharu untuk menjadikannya wanita yang spesial. Ia hanya senang saat guru itu tersipu malu karena godaannya.



Di Usianya yang beberapa bulan lagi mencapai kepala empat. Kiyoharu masih memilih untuk sendiri. Tak ada keinginan untuk mempersunting seorang wanita dan membentuk keluarga yang bahagia. Karena wanita yang ingin ia jadikan sebagai teman hidupnya selama ini telah tiada.



###



Kiyoharu beranjak dari kamarnya menuju pintu rumah yang sudah ia tempati selama tiga tahun. Dengan ragu ia mulai membuka kunci pintunya. Siapa orang yang dengan berani mengganggu tidur nyenyaknya malam ini? Apalagi diluar hujan badai. Orang yang normal, saat seperti ini pastilah memilih memeluk guling di tempat tidur dengan selimut membuntel(?) daripada mengganggu tidur orang dan membuatnya ngedumel dalam hati.



"Ayumi?", Kiyoharu tertegun melihat sesosok wanita dengan basah kuyup berdiri di luar pintu. "masuklah!", Kiyoharu mempersilahkan wanita yang pernah jadi bagian dalam hatinya itu masuk. Dengan segera ia mengambil handuk lalu menyerahkannya pada wanita yang dipanggil Ayumi tadi.



Kiyoharu melihat matanya sembab. Wanita itu menangis. "ada apa? Apa yang terjadi?"



"aku melihatnya Kiyo"



"hah?", Kiyoharu mengangkat sebelah alisnya mencoba mencerna maksud sepenggal kata-kata dari wanita itu, sebenarnya Kiyoharu sudah dapat menebaknya karena ini bukan pertama kalinya wanita ini datang ke rumahnya sambil menangis. "melihat apa?"



Tubuh wanita itu bergetar, entah karena dingin setelah tubuhnya diguyur hujan ataukah karena menangis. Kiyoharu ingin memeluknya, ia sangat sangat ingin memeluk dan menenangkannya. Rasanya menyakitkan sekali karena ia tak bisa melakukan semua itu.



"aku sangat mencintainya Kiyo, sangat sangat mencintainya", Tangan wanita itu mencengkram kerah baju Kiyoharu erat. Wajahnya menyiratkan kalau dia begitu tersiksa saat ini. "aku mencintainya, begitu men... hiks.."



Kiyoharu hanya menatapnya, perkiraannya tentang masalah wanita di hadapannya itu benar. Walau tangannya terasa begitu gatal ingin sekali menyentuhnya, menghapus air mata yang mengalir dengan derasnya. Tapi ia tak bisa.



"tentang Gakuto lagi?"



Wanita itu menundukan kepalanya menenggelamkannya di dada Kiyoharu. Bahunya turun naik karena menangis tersedu-sedu. "a...hiks... Ap-apa yang harus aku lakukan hiks..."



Kiyoharu memberanikan diri mengusap rambut wanita yang basah kuyup di hadapannya. Ia tak bisa mengatakan apapun untuk menghiburnya, tak bisa mengatakan kalau dirinya akan selalu ada untuknya, tak bisa mengatakan untuk berpisahlah dengannya. Ia tau betul wanita ini begitu mencintai sahabatnya walaupun ia harus tersiksa. Mengatakan hal itu hanya akan membuat dia membenci dirinya.



Kiyoharu memegang kedua bahunya yang bergetar lalu sedikit menjauhkan wanita itu darinya. "tenangkan dirimu!, malam ini kau bisa menginap di sini kalau mau"



Wanita bernama Ayumi itu menggeleng pelan, "dia pasti akan marah kalau aku tak pulang"



Kiyoharu mengerti lalu ia menyuruh wanita itu untuk duduk di sofa. Memberinya secangkir teh hangat dan baju ganti karena khawatir kalau berlama-lama memakai bajunya yang basah kuyup dia akan sakit.



"Kiyo.. sampai kapan aku akan mampu bertahan?", gumam wanita itu.


Kiyoharu berjongkok berhadapan dengan wanita yang terduduk di sofanya. "sampai kau memutuskan ingin menyerah. alasanmu bertahan selama ini?"



"aku mencintainya"



Kiyoharu tersenyum kecut. "sekalipun dia menghianati dan menyakitimu?"



Wanita itu kembali mengucurkan air mata di pipinya lebih deras, "demi Aggy. Aku bertahan demi Aggy kecilku"



@@@



"sei"



Kiyoharu sedikit tersentak. "i-iya, eh a-ada apa Hyde sensei?", tanyanya sedikit tergagap.



"kau melamun Kiyo sensei?"



"hha, tidak. Aku hanya melamun saja"



"ooh kirain melamun"



"......"



Seketika itu juga tawa mereka terpecah. Lalu kembali bersikap tenang seperti biasa. "hei, bukankah itu muridmu yang bandel itu?", Ujar Hyde sensei sambil menunjuk keluar jendela ruang guru. Kiyoharu melihat dua murid kesayangannya di luar sana. "penampilannya saja seperti itu. Dasar anak jaman sekarang. Bisa-bisanya anak seperti itu masih dipertahankan sekolah di sini. Pasti pengaruh kekuasaan orang tuanya. Zaman sekarang memang begitu kan?"



Kiyoharu hanya menanggapi kata-kata teman sepekerjaannya dengan senyuman. Mereka semua tak tahu Aggy, makanya bicara seenaknya. Tapi Kiyoharu... Dia begitu mengenal anak itu. Anak yang terlahir dari rahim wanita pujaannya.



@@@



"sudahlah! Ini bukan apa-apa untukku!"



"tapi ini harus mendapatkan perawatan lho. Kalau tidak, bisa infeksi. Berterimakasihlah pada ketua kelasmu itu, karena membawamu kesini", Ujar Saga sang dokter sekolah yang cuantik sambil mengobati luka-luka di tangan Aggy. Leda duduk di kursi di belakang Saga sambil melihat Aggy diobati. Aggy jadi canggung dibuatnya. "kau sering bergadang ya?", tanyanya Saga tiba-tiba.



"kenapa memangnya?"



"matamu merah, tapi tubuhmu tak bau minuman atau obat-obatan. Itu tandanya kau kurang tidur. Dan lukamu ini... Seperti luka jatuh dari kendaraan. Kau nge-trek malam-malam ya?"



Aggy menepis tangan Saga yang tengah mengobati luka-lukanya. "BUKAN URUSANMU!!



"ckckck... Ok, bukan urusanku! Aku juga tak memaksamu untuk menajawabnya. Santai saja~ rileks.. Rileks.."



Aggy mendengus. Sensei di hadapannya ini benar-benar sok tahu. Walau apa yang dikatakannya memang benar tapi tetap saja menyebalkan.



"gawat!", Ujar Saga tiba-tiba berdiri.



"ada apa sei?", tanya Leda heran. Aggy hanya menatap sensei cantik itu dengan sinis.



"kebelet hhe... Ditinggal dulu ya. Darurat! Kalian tunggu saja disini!" Lalu Saga ngibrit keluar ruangan dengan tergesa-gesa. Leda dan Aggy sweatdrop.



Kini tinggal mereka berdua yang berada di ruangan UKS itu. Aggy sedikit canggung tak tau harus membicarakan apa dengan Leda. Padahal selama ini ia sudah sering berduaan dengan ketua kelasnya itu di atap sekolah. Mungkin karena kali ini keadaannya sedikit berbeda ya? Atap sekolah adalah tempat terbuka sedangkan UKS ini? Ruangan yang sempit dan tertutup. Membuat Aggy gugup.



"aku kembali ke kelas", Leda berdiri dari duduknya.



ah, sial...



"tadi aku meninggalkan anak-anak yang lain dan Wakeshima di kelas untuk piket, sepertinya aku kelamaan pergi", Ujarnya kembali nyengir seakan sengaja menggoyahkan keteguhan Aggy.



Wakeshima...



"ada hubungan apa kau dengan gadis itu?", tak terasa lidah Aggy mengucapkan pertanyaan apa yang ada dalam hatinya.



"apa?"



"eu.. Maksudku...", Aggy gelagapan



"haha tidak ada apa-apa kok! Kami tak lebih dari ketua kelas dan sekertarisnya", jawab Leda enteng sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya. "kenapa? Sepertinya kau cemburu setiap melihat kami dekat. Bahkan kemarin pun..."



a-apa? Dia...



keringat dingin mengucur di pelipis Aggy. "tapi kami sungguh tidak ada apa-apa kok!", Leda berusaha meyakinkan Aggy.



Aggy serasa melambung tinggi. Harus bahagiakah ia karena Leda bersikeras meyakinkannya kalau dia tidak ada apa-apa dengan gadis itu. Dan itu sudah cukup bagi Aggy untuk tidak mengkhawatirkannya lagi.



"kau menyukai Wakeshima?"



Dan saat itu juga Aggy merasa serasa terjatuh dari puncak Tokyo Tower. GUBRAK!



Aggy sadar ia terlalu berharap banyak. Saat seorang laki-laki merasa cemburu melihat dua makhluk hidup laki-laki dan perempuan begitu dekat. Orang normal pastilah menebak dengan yakin bahwa laki-laki itu menyukai anak perempuannya. Dan itu juga yang dilakukan Leda, bahkan mungkin semua orang juga akan beranggapan seperti itu. Jadi Aggy tak bisa menyebut ketua kelasnya itu lemot atau tak peka karena memang seperti itulah seharusnya. Namun dunia Aggy berbeda, ia telah memasuki dunianya yang tak normal dan Aggy selalu sadar akan hal itu.



"sejak kapan kau menyukainya?", tanya Leda polos



Aggy menatapnya dingin, "diam!"



Leda tersenyum. Ia menyadari pertanyaan yang ia ajukan adalah pertanyaan pribadi. Tak semua orang mau membagi masalah mereka dengan orang lain. Apalagi kalau orang itu adalah orang jauh seperti dirinya dan Aggy.



to@be@continued...