Search + histats

Wednesday 19 January 2011

I'm Straight *bonus* : Taisetsuna Hito 6

title : Taisetsuna Hito
Author : Rukira Matsunori
Rated : M *jaga-jaga*
Genre(s) : Gajeromance/ B.L a.k.a Ox0/ aneh
Fandom(s) : the GazettE, Alicenine, dkk
Pairing(s) : Aoi x Uru x Meev (threesome? bwakakak *gak mungkin*)
Chapter : 6
Warning : ABAL-ABAL, EBEL, BAHASA ANCUR GAK SESUAI EYD, ANEH, ALUR NGASAL, LEBE <-- *perhatikan baik-baik*
Note : XDa ini fic gak jelas, bahasanya suka-suka saia, fic-nya juga suka-suka aye. . . Maap
POV-nya ada yang tiba tiba berubah, jadi orang pertama :)


'Aoi'
Uruha segera menepis tangan Aoi yang menggenggam pergelangan tangannya kuat, matanya mendelik penuh amarah, "gak usah ikut campur lah!!", Uruha kembali mengarahkan tinjuan tangannya lagi ke wajah Meev namun lagi-lagi tangan Aoi segera menahannya, menarik tubuh Uruha untuk berdiri.
"AOI!!!", Uruha membentak tampak kesal
"Sudahlah!", Aoi bicara dengan sedikit meninggikan suaranya.
"LU--"
Meev hanya terduduk, mengernyitkan dahi dengan tingkah kedua makhluk di hadapannya. Dan lagi-lagi ia menyeringai, "Woeee~Awo", Ia bangkit berdiri menepuk-nepuk bokongnya membersihkan debu yang menempel, "Lu datang nyelametin gue", Ujarnya tersenyum sambil merangkul pundak Aoi, "sejak kapan lu di sini?"
"......."
"beberapa menit yang lalu-", Aoi melirik ke arah Uruha, "mungkin"
Mata Uruha membulat, beberapa menit yang lalu? Berarti Aoi melihat Meev mencuri kisu Uruha? Tapi ia tak berusaha menghentikannya?
Uruha menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya mengepal kuat meremat kain celana seragam bagian sampingnya. Setidaknya sebagai teman? Apakah tidak ada rasa peduli ketika melihat Uruha dipaksa begitu oleh orang lain?
"maaf", Ucap Aoi, melihat wajah Uruha yang udah kayak manusia kesurupan, merah padam. Jelas-jelas menahan amarah.
"Untuk apa?"
"Sikap Meev terhadap lu"
Uruha meremas-remas telapak tangan disamping pahanya XDa, seperti berusaha menahan sesuatu yang kapan saja bisa meledak, "Kenapa lu yang minta maaf?"
"Karena dia-"
PLAKKK!!!!!!
Kepala Aoi berputar 90 derajat.
"LU PIKIR CUKUP DENGAN MINTA MAAF??! ayo selesaikan dengan cara laki-laki", Uruha menyingsingkan kedua lengan bajunya tampak sangat emosi, menyadari Aoi ternyata sangat memanjakan banci bernama Meev itu.
"ada bau-bau hati panggang nih", Sindir Meev berlagak ngendus-endus
"Lu terlalu manjain makhluk ini ya", Uruha senyum maksa. Mengarahkan telunjuknya tepat di depan hidung Meev.
"hoho~ lu belum banyak tau hubungan gue sama Aoi ya? Lebih intim dari yang lu kira lho, iya kan Wo?", Meev celoteh yang langsung dapat geplakan dari Aoi. Membuat mereka terlihat amat sangat mesraaaaa sekaliiii dimata Uru.
Uruha menarik seragam bagian depan Aoi, menatapnya tajam. "wah sebegitu memanjakannya ya? Kalau lu mau gantiin perlakuan dia ke gue, ayo selesaikan?"
"hei. . .hei. . .", Meev malah nyengir najong, asik berpangku tangan.
"Selesaikan?", Alis Aoi terangkat sebelah.
"maksudnya berkelahi Wo", Meev ikut dialog lagi sambil guntingin kuku-kukunya(?)
"DIEM LU MEMESHIIIIIII!!!", Uruha merasa terganggu, melemparkan tasnya tepat ke muka Meev yang lagi konsen guntingin kuku. Amarah Uruha kini lebih dominan sama Guramenya.
Aoi menghela nafas, "oke. . .Pukul aja gue", Ucap Aoi yang keliatannya sangat pasrah, membuat niat Uruha yang lagi dibakar amarah bener-bener pengen remukin wajah Aoi jadi gak tega, "pukul aja.."
"......."
"sepuasnya"
"........"
"Uru?"
"AAAAAAAAAAAARGH!!!", Uruha melepaskan gamitan tangannya diseragam Aoi, berjalan ke arah Meev lalu memukulinya dengas tas bertubi-tubi wkwkwk Uruha frustasi...
***
BRAK!
Reita tiba-tiba menggebrak meja Ruki yang lagi beresin buku-bukunya, membuat makhluk mini itu sedikit terlonjak kaget dan spontan nabokin bukunya ke muka Reita, "PESEK LU!! eh pesek lu", Ruki ngedadak latah
Reita ngusap mukanya, "Ruk!!!", Reita natap Ruki dengan pandangan serius
"apa?", Ruki nanya balik, ketus.
"Pulang bareng yuk, hehe", Reita nyengir
T_T
"wohoho~ )^0^("
Dan beberapa saat kemudian, makhluk bernoseband itu langsung dapet tabokan tas dimukanya sesaat sebelum Ruki akhirnya melengos pergi nyeret Kai keluar kelas.
'boncel BEDEBAH!!! Apa salahnya sih jawab 'ayo' sambil tersenyum^^, dan bersikap manis seperti uke kebanyakan? >:(', Reita sungut-sungut sambil menyeret tasnya, berjalan keluar kelas nyusul Ruki dan Kai yang udah ngeloyor duluan.
"pulang Rei?", Sapa dua makhluk berjenis kelamin laki-laki teman sekelas Reita yang kebetulan berpapasan di koridor.
"Yoyoi..", Reita menyempatkan diri moles kedua temannya itu, lalu merangkul mereka, "pinjemin gue uang dong cuy! Buat ongkos hhe"
"jyah! Lu utang yang kemaren aja belum dibayar"
"HEH!!! Dulu-dulu lu kan NGASIH, ya kagak gua bayar lah kunyuk!", Reita nyentrungin kepala salah seorang teman sekelasnya dari belakang.
"Ngasih apaan? Weeeeee..."
"hutang tetep aja hutang!", si temin yang satu lagi nimbrung
"jah pelit ah, kagak demen gue punya konco-konco kayak lu pada", Reita melengos ngerasa gak kan berhasil malak. Gak perduli kedua orang dibelakangnya komat kamit ngatain dengan semua kejelekannya.
Reita bersiul-siul disepanjang koridor, dengan tas gendong nyangkut(?) disebelah kiri bahunya, melangkah dengan keren sambil masukin sebelah tangannya ke saku celana. Sedangkan tangan yang lain sesekali terangkat menjawab sapaan teman-temannya yang kebetulan melintas atau emang lagi nangkring di sana.
Berjalan melewati sebuah lorong kecil, tiba-tiba langkah Reita berhenti, bola matanya memutar ke atas tampak berpikir. Kakinya berjalan mundur mencoba menengok sesuatu yang ia lihat sepintas tadi dengan ujung matanya, untuk memastikan. Dan. . . .
DHUAR!
DHUAR!
DHUAR!
Betapa shocknya Reita melihat boncelnya tengah asik bermesraan(?) dengan laki-laki berpaha di lorong sana.
"NA-NANIIIIIIIIII???"
***
Meev menyeruput kopinya dengan pandangan mata tak henti mengawasi Aoi yang bergeming di kursinya. Sejak pulang dari sekolah sampai Meev membawanya ke cafe ini pun, Aoi anti ngeluarin suara, walau Meev ngecoblak(?) sana sini tetep aja kagak digubris.
Meev melirik kopi milik Aoi yang kelihatan mulai dingin, tak tersentuh tangan Aoi. Padahal Meev udah teraktir dia kopi blue mountain 100% tapi dikacangin gitu aja membuat Meev sedikit jengkel.
"Oii~ Kopinya dingin tuh"
"......."
Tak mendapat respon, Meev memposisikan tangannya di atas meja menjadikannya penyangga dagu. "hmmm~ lu marah?"
"........"
"eh, bibir si Uru panas lho, apa sakit ya?", Meev berlagak menerawang ke langit-langit, "atau emang kayak gitu ya hahahah"
Aoi mulai merespon kata-kata Meev, "lu datang lagi ke kota ini sebenarnya mau ngapain?"
"mau ketemu A-O-I, temen kecil gue^^"
Aoi mendengus, "berhenti bicara kekanak-kanakan! Mau lu apa sih hah?"
"eh minum dulu kopinya tuh", Meev nunjuk-nunjuk kopi Aoi
Pakk
Aoi menepis tangan Meev, "kenapa lu memperlakukan Uruha kayak gitu?"
Meev usap-usapin tangannya yang terasa panas, Aoi menepis tangannya dengan kekuatan penuh. Membuat Meev tau kalau temannya itu benar-benar lagi ngambek, bener-bener ngambwek. "hmm~ kenapa ya... Rasanya lucu aja liat ekspresinya itu haha, lu liat juga kan tadi... Dia--", Meev gantungin kata-katannya melihat Aoi udah masang deathglare sambil megangin cangkir kopi di atas meja kuat-kuat. satu kata lagi meluncur dari mulut Meev maka cangkir mahal itu bakalan remuk ditangan Aoi. Meev menyeringai memutuskan untuk diam.
Kini dua laki-laki itu saling bertatapan sengit selama beberapa waktu, membuat pengunjung cafe yang lain merasa tak nyaman karena merasakan atmosfer aneh dari bangku dua anak laki-laki itu. sampai Meev mutusin buat buka mulut, "gue lakuin demi lu kok", ucapnya enteng lalu kembali nyeruput nyeruput kopinya.
"demi gue?"
"Fifty : fifty", Meev ngacungin dua jarinya
Aoi mengernyitkan dahi, "fifty fifty?"
Meev mengangguk, "atau kalau perlu, gue buat dia 'juga' gak bisa jalan 4 hari 4 malam wkwkwk"
BRAKK!
Semua mata pengunjung mengarah ke bangku Aoi dan Meev mendengar suara gebrakan. Meev hanya tersenyum mengangkat sebelah tangannya meminta maaf pada pengunjung lain, dan mengatakan tidak ada apa-apa. Tapi mana mereka percaya kalau ngeliat Aoi yang udah berdiri dari bangkunya dengan pandangan membunuh begitu XD
"duduk lagi dong Ao.. Gak enak diliat orang"
"gue gak kan maafin lu kalau sampai berani nyentuh Uruha lagi!!", Aoi sedikit menahan suaranya yang ingin berteriak karena menyadari posisinya di tengah-tengah banyak pengunjung.
"lu nahan amarah dari tadi? Hmm~ kenapa gak pukul gue langsung tadi?"
"Miyavi..."
"oh... Gue lupa, lu kan sayang sama gue hahah"
"sinting!"
Meev tersenyum tipis, "tapi sayang gue kan? Nyahahah^o^"
Aoi mendengus lalu beranjak pergi setelah meninggalkan sejumlah uang di atas meja untuk membayar kopi. Meev tetap diam dikursinya sambil menyeruput kopi, "udah gue traktir juga", ia mendengus namun seringaian masih tergambar jelas di wajahnya.
###
"aduh! Pelan pelan dong dasar Gurame!"
Bletak!
Aku men-slap kepalanya pelan, kata-kata yang seenaknya, kelakuan yang sembrono, seringaian nakal. Dia sudah memilikinya sejak dulu.
"siapa suruh pulang kemari? Kenapa gak minta diobati ibumu saja?", dengusku
"Wah parah! Kalau aku pulang dalam keadaan luka luka begini, bukannya diobati, bisa bisa dihajar aku haha", dia tertawa. Tapi menurutku kata katanya tidak membangkitkan minatku untuk melakukan hal yang sama dengannya, sama sekali tidak lucu.
"siapa suruh berkelahi?", aku menempel-nempelkan plester disekitar pipi, lengan dan jidatnya yang lebam.
"pertanyaan macam apa itu? Kau laki-laki bukan sih?", tangannya menyentil jidatku, "aku seorang jagoan, kau sih gak suka berkelahi, pengecut ah Aoi"
Aku hampir saja melayangkan tinjuanku ke mulutnya yang blong itu, sampai ibuku datang, membuatku mengurungkan niat untuk menambahkan luka di wajahnya.
"itu tidak benar, shiro-chan bukan pengecut, anak bibi tidak pengecut", ibu duduk di kursi disampingnya, tersenyum padaku, "lagipula yang namanya jagoan itu bukan berarti menyebabkan masalah untuk berkelahi, tapi berkelahi karena ada yang ingin dilindungi itu baru jagoan. Bibi selalu berpesan agar Shiro-chan berkelahi kalau memang benar benar ia sudah terdesak^^"
"he? Aku pikir bibi melarangnya"
"tidak! Bibi tidak melarang, berkelahi memang ciri khas laki-laki kan?"
". . .", dia menunduk, "aku ingin punya ibu seperti bibi"
"bicara apa sih? Bibi menyayangi Takamasa seperti anak bibi sendiri kok", ibu mengusap usap pangkal kepalanya dan dia tersenyum, bukan seringaian seperti yang sering ia perlihatkan padaku.
"Aoi. . .Kau dengar? Bibi sayang padaku! Kau juga sayang padaku kan?"
"tidak!"
"tuh kan bi, dia tidak pernah mau jujur. Padahal aku sering bilang sayang SAYAAAANG padanya", adunya manja pada ibuku, sampai aku dapat tatapan peringatan dari ibuku sendiri. "aku mau bunuh diri saja kalau Aoi tidak sayang padaku!"
Dasar kekanak-kanakan!!!, aku mengutuknya dalam hati.
"Aoi", ibu mencubit perutku
"iya-iya. . .", aku mendengus
"iya apa?"
"aku sayang padamu!", aku mengembungkan pipiku menahan jengkel padanya yang tersenyum senang mendengar perkataanku.
"Aku juga sayaaaaaaaang Aoi"
"cis"
***
Aoi terlentang di atas tempat tidurnya sembari memejamkan mata, ingatannya tentang masa lalu tiba tiba saja muncul memenuhi pikirannya. Benar, Aoi sayang anak laki-laki itu, Dia yang tak bisa Aoi benci, walaupun sudah mencelakakannya sekalipun, dan membuatnya punya kelemahan sefatal ini. Tapi sekali lagi Aoi tak membencinya. Selama ia tak melibatkan Uruha.
'Uruha'
Kenangannya bersama makhluk itu tak sebanyak kenangannya bersama Meev, tapi entah kenapa bagi Aoi itulah yang terpenting.
Drrt.. Drrt..
Aoi terbangun, membangkitkan tubuhnya dari atas tempat tidur, meraih handphonenya yang tergeletak tak berdosa di sampingnya.
-My Lovely Paha calling...-
Aoi menyempatkan diri mengerutkan dahinya sejenak, kemudian ia buru buru mengangkat panggilan Uruha.
"ya, Hallo?"
'........'
"ha-"
tut...
tut...
tut...
(sambungan terputus)
Aoi kembali mengernyitkan dahi, menjauhkan handphone dari telinganya. Apa hanya salah sambung?
Drrt.. Drrt..
Belum 5 menit dari panggilan sebelumnya, hape Aoi udah bergetar lagi dengan nama 'My Lovely Paha' kembali terpampang di layar hp Aoi. Mr.Gurame itu tak mau membuang-buang waktu, ia pun segera menerima panggilannya. "ya-"
tut...
tut...
tut...
"......."
Apa maksudnya si paha itu menelpon, diputus, menelpon, diputus? Apa hanya ingin mempermainkan sang gurame?
trek.
"Hallo? Uru?"
'he? Apa?'
"lu hubungin gue? Tadi?"
'apa? Kagak!! Ah itu, si noseband kali, utak atik hp gue HUATCHIM!!!'
"Reita? mereka ada sama lu..... sekarang?"
"iya!! Sori gue tutup teleponnya nih"
tut.. tut.. tut..
"......."
BUKH..
Aoi membanting hapenya ke atas tempat tidur, belum sampai hati membantingnya ke lantai atau tembok. Setahu Aoi, Reita dkk-(kucrut-kucrut)nya tidak pernah kelayapan di rumah orang sampai jam selarut ini. Aoi tau Uruha masih marah karena kelakuan Meev? Atau karena kelakuannya? Yang jelas Aoi tau bagaimana perasaannya sekarang, makanya ia masih memaklumi kalau Uruha mempermainkannya, membuatnya Aoi senang kemudian jengkel setelahnya, seperti menelpon, tutup, menelpon, tutup? Mungkin itu bentuk dendam(?) dan pelampiasan Uruha.
***
"HUATCHIIIWWW!!!", Uruha mengusap-usap(?) hidungnya yang udah merah. Matanya berkunang-kunang, kepalanya pusing. Sepertinya penyakit kehujanan waktu itu tambah parah.
Uruha meraih handphonenya, mencari nama kontak -Anak Gua-. Dia masih merasa tak enak dengan kelakuan dan kata-katanya di sekolah tadi terhadap Ruki. Mengatakan, 'apa lu sadar dulu gue suka banget lu Ruki?', di depan Aoi. Uruha masih ingat jelas wajah Ruki yang kebingungan dan diawal-awal dia malah cengok, dan yang jelas Uruha tau Ruki merasa tak enak dengan Aoi.
Sebenarnya Apa maksudnya Uruha mengatakan hal seperti itu? Apa yang ada dipikirannya waktu itu? Saking emosinya sama Aoi, yang dia pikirkan hanya membuat Gurame itu MENYESAL--lebih tepatnya cemburu--*sisi kecewek-cewekan Uru ini wkwkwk*
trek.
'ya? Hallo?'
Uruha buru-buru menjauhkan hp dari telinganya, apa cuma perasaan Uruha saja? Kok suara Ruki jadi mirip suara si Gurame?
Dan mata Uruha melotot, ngeliat nama kontak yang ia panggil di layar hapenya--plus foto gurame bakar(asli)--terpampang disana, rupanya Uruha salah memanggil orang.
'ha-'
trek.
Uruha cepet-cepet putusin sambungan teleponnya. Pikirannya terlalu dipenuhi si gurame itu, sampai tak sadar salah pencet nomor.
Uruha kembali mencari nama kontak Ruki -Anak Gua- untuk menghubungi ulang.
trek.
'ya?'
Uruha udah mangap mau berkata-kata, dan meminta maaf pada Ruki namun lagi-lagi suara yang terdengar dari seberang sana seperti suara kutukan yang menghantuinya. Buru-buru Uruha putusin lagi sambungannya. Kok bisa salah lagi?
Uruha udah mau banting hapenya sampai lagu jebot -NUMATA - Selingkuh itu indah- mengalun dari handphonenya.
-Awo Gurame dower calling...-
"Heeeeeeeeeee??!", Suara cempreng Uru melengking.
Angkat?
Enggak?
Angkat?
Enggak?
Angkat?
"Kenapa gue jadi deg-degan gini? Argh!!!!", Uruha jedot-jedotin palanya ke bantal. Namun pada akhirnya ia angkat juga.
trek.
'Hallo? Uru?'
Uruha menelan ludahnya paksa, "ya? Apa?", Uruha berusaha bicara dengan nada se'cuek bebek mungkin.
'lu hubungin gue? Tadi?'
"Apa? Kagak!! Ah, itu si noseband kali, utak atik hp gue HUATCHIM!!!"
'Reita? Mereka ada sama lu..... Sekarang?'
"iya!! Sori gue tutup teleponnya ni"
trek.
Jelas saja Uruha bohong, mana mungkin dia bilang salah manggil, sampe dua kali gitu? Kayak niat ngejailin aja. Aoi juga pasti berpikir begitu. Lagipula kalau emang Aoi percaya Uruha bener bener salah pencet nomor, sama saja bilang kalau pikiran Uruha dipenuhi dirinya. Itu sih bunuh diri.
Uruha melirik jam weker di meja samping tempat tidurnya, -jam 10.15 p.m-. Tapi toh berbohongpun Uruha gak mahir, membawa bawa nama si Reitong? Larut malam begini? Mana Aoi percaya.
Uruha membanting hapenya ke atas tempat tidur, memukuli(?)nya dengan bantal, menggencet(?)nya. Uruha maen tinju-tinjuan sama guling, membayangkan kalau itu adalah Aoi. "dasar Gurame sialan!!! Ugh!"
BUK! BAK! BUK!
BUK! BAK! BUK!
.
.
.
.
.
Dan keesokan harinya Uruha bener-bener ambruk, demam tinggi setelah puas smack-down smack-down an sama guling semalaman.
***
"si Uru bener-bener sakit?"
"iya, paman Hizaki menelpon wali kelas"
jam pulang sekolah, Ruki, Reita dan Kai mampir ke kelas Aoi dan Uruha. Namun mereka tak menemukan makhluk berpaha(?) muluse itu di bangkunya di samping Aoi. Malah sosok banci yang mereka temuin di sana.
"gak keren amat, sakit keh keh keh", Reita terkekeh sendiri sambil merangkul Kai
"kita bakalan ke rumah Uruha ni, ikut gak Ao?", tanya Ruki
"......."
Meev menepuk punggung Aoi, "sebagai teman, gak apa-apa dong", ujarnya
Ruki mendelikan matanya ke arah Meev, entah kenapa Ruki kurang menyukai keberadaan teman sejak kecil Aoi itu. "Apa maksudnya sebagai teman?", Ruki menatap Meev curiga
"heh? Haha lupakan saja", Meev mengacak-acak rambut Ruki memperlakukannya seperti balita, membuat Ruki makin mengutuk keberadaannya. Reita buru-buru singkirin tangan Meev dari kepala Ruki, menggantikan dengan tangannya. Hingga akhirnya makhluk bernoseband itulah yang kena imbasnya, sundulan maut Ruki. Naas..
***
"PUTUS????!!!!!" *serempak*
"UWOOOOOOOOOOO!!!!", Kai menekan kedua pipinya dengan telapak tangan, agar membuat pengakuan Uruha terkesan dramatis.
"Lu apaan sih?", jitakan Reita mendarat di ubun-ubun Kai
Sekarang Ruki dan kucrut-kucrutnya udah ada di rumah Uruha, plus Toga yang emang udah nangkring di sana entah sejak kapan. Yang jelas Tora datang bukan dengan niat ngejenguk sepupunya seperti niat mulia Ruki dkk *kecuali Reita* paling mereka mau numpang yaoi-an ( -.(-.- )
"Kenapa putus?", tanya Reita antusias
"kenapa? Yaa--yaa--", Uruha gelagapan, "Karena gue suka Ruki", Uruha nunjuk Ruki
0.0 <- Ruki
"Kai Ambil pisau! Kita kuliti paha si Uru", Reita berlagak bisik bisik ditelinga Kai yang lagi melahap Mayounaisenya.
"HEH!! SIALAN LU PESEK!!"
"disini berisik say, pindah yuk!", Tora bangkit dari kursi sambil merangkul Saga, mengajaknya pindah ke ruang lain.
BLUKH.
"PERGI AJA LU JONTOR!!!Gua kagak ngundang!!", Uruha uring-uringan melempari Tora dengan bantal kursi.
"siapa yang mutusin?", tanya Ruki pada Uruha dan Aoi
Uruha mengangkat tangannya tinggi-tinggi *bangga!*
"LU PAHA?!", Reita sewot. Ruki langsung geplak kepalanya.
"kenapa Uru?", tanya Ruki serius, karena dia sangat perduli.
"aa--itu... itu karena gue bosen", ujar Uruha gugup sambil ngompresin keningnya, yang mendadak tambah panas.
"bosen?", Ruki mengernyitkan dahinya
"iya bosen", Uruha melirik Aoi
"LU PAHA??!", Reita sewot lagi
Rasanya Uruha pengen sembunyi di kolong bumi saat ia melirik ke arah Aoi yang duduk tepat di sofa di hadapannya tengah membaca majalah aksesoris Uruha, dan mata mereka saling bertemu. Jelas saja, Uruha tau betul siapa yang bosan dan dibosani disini. Dan dia baru saja mengatakan kalau dia bosan terhadap Aoi? di depan orangnya langsung. Uwooooo~ ~ (-0-)
"Bosan? Alasan macam apa itu? Aoi, kenapa lu terima gitu aja sih?", Reita angkat bicara lagi
"......."
Aoi menutup majalah yang dibacanya, "gue gak bisa maksa", ujarnya santai sambil menatap Uruha. Membuat Uruha tak tau harus berekspresi seperti apa.
"gak bisa maksa ya? Haha... Lu emang gak niat aja kan", Uruha tersenyum sinis
Aoi melebarkan bibir guramenya, tersenyum. Tak menjawab pertanyaan mengambang Uruha. Wajah Aoi yang kelewat santai itu justru membuat tangan Uruha gatal ingin meninjunya, seperti apa yang ia lakukan pada bantal dan gulingnya semalam.
"GAK BISA!!! LU BERDUA KAGAK BISA PUTUS!!!", Reita bentak bentak
"lu kenapa pesek?", Ruki heran
"Iya kok jadi lu yang ribut sih?", Uruha mendengus
"Dia takut Uruha deketin Ruki lag--HMBPH!!", Reita buru-buru bekap mulut Kai yang asik celoteh. Jelas Reita sewot, selama ini siasatnya buat ngejauhin Uruha dari Ruki dengan menyatukannya dengan Aoi telah berhasil. Mendengar mereka putus tentu saja membuat Reita was was. Uruha pasti akan deket-deketin boncelnya lagi kayak dulu, itulah yang ada dipikiran Reita. Dia benar benar merasa posisinya terancam, Reita harus cepat melakukan sesuatu(?)
"gue gak bisa apa-apa, tapi gue harap hubungan kalian tetap kayak dulu", ucap Ruki tulus
"woah~ tenang aja Ruk, gak ada masalah kalau soal begitu hhe", Uruha nyengir, "ya kan Wo?", cengiran Uruha berubah menjadi senyum maksa saat bertanya pada Aoi. Aoi hanya mengangguk menjawab pertanyaan Uruha tanpa mengalihkan pandangannya dari majalah yang asik dibacanya.
"baguslah", Ruki merasa sedikit lega. Makhluk mini itu tak tau perang apa yang telah berlangsung dalam batin Uruha dan Aoi wkwk
***
3 jam berlalu sudah, Ruki, Reita dan Kai ngubek-ngubek Rumah Uruha, begitupun Tora dan Saga yang udah puas yaoian wkwkwk *ditimpuk gigi mpon* akhirnya mereka mutusin buat pulang, setelah pamitan sama Hizaki-sama.
"Uru, cepet sembuh ya!"
"Thanks Rukichuw~ ~", Uruha terharu menitikan air mata, Ruki sangat mengkhawatirkannya *lebe*
Akhirnya merekapun pulang, dan sepi lah rumah Uruha yang super duper gede itu, balik kayak biasanya. Uruha menghela nafas berat, menutup pintu rumahnya.
"Minum obat"
"iya daddy se--", Uruha refleks mundur dua langkah, mengambil ancang-ancang(?) karate, "Gurame?! Kenapa lu masih disini?"
"khu~ khu~ khu~ daddy yang melarangnya pulang dulu, akhir-akhir ini kan Aoi jarang main ke sini", Hizaki-sama tiba-tiba muncul dari balik tembok. "oh ya, sekarang waktunya minum obat. Kebetulan ada Aoi, jadi disuapinnya sama Aoi saja ya?^^"
"KAGAK MAU!!!!!", Uruha mengecam keras( -.-)
"lho, masa sama daddy terus, kamu sudah besar lho"
"TAU!!! Yang mau nyuapin kan daddy, bukan aku yang mau!!!"
Aoi diam tak berdialog. Dia sudah mengenal keluarga ini sejak awal dia berteman dengan Uruha. Dan beginilah cara Hizaki memanjakan anaknya, namun kadang disaat saat tertentu ia juga bersikap tegas dan bahkan keras terhadap Uruha. Hizaki punya kekuatan hulk dalam topengnya yang cantik. Dan itu belum berubah sampai sekarang.
.
.
.
.
gluk..
gluk..
"........"
Gluk..
Uruha menelan obatnya 3 sekaligus. Lalu meraih remote, menyalakan televisi.
"lu bener-bener sakit?"
"Lu pikir gue akting?", Uruha sibuk gonta ganti channel tv, gak melirik Aoi di sampingnya. Mereka sekarang lagi di ruang nonton rumah Uruha.
Aoi tersenyum, "heran. Terakhir kali lu sakit waktu SMP kan? Kecebur kali, demam", gumamnya.
Uruha menoleh, "lu sengaja dorong gue kan waktu itu?"
"eh? Lu nya aja yang kepeleset"
"cis", Uruha mendengus. Iya, Uruha masih ingat kejadian itu, jelas jelas si Gurame yang mendorongnya. Hari itu tepat ulang tahun Uruha yang ke 14 th XDa akibatnya Uruha demam selama 4 hari 3 malam sebagai kado ultahnya dari Aoi.
Ngomong-ngomong soal ultah......??
"Sori"
"hah?", Uruha kembali menoleh ke arah Aoi
"Soal Meev, gue minta maaf"
Mendadak wajah Uruha memerah, rasa jengkel dan marah kembali menguasainya. "ingat itu, gue jadi pengen bunuh orang", Uruha kembali fokus ke tv, mencet mencet tombol remotenya nafsu, ampe tombolnya kelelep, nyungsep kagak bisa dipencet lagi.
"lu boleh bunuh gue"
"gak ada gunanya bunuh lu aja, gue pengen bunuh banci itu"
"Dia gak separah itu"
Uruha membanting remotenya ke lantai, sampai benda itu pecah berantakan.
Uruha menarik Aoi berdiri, mencengkram kerah baju seragamnya kuat. "dia... bagi lu itu apa?"
"teman sejak kecil"
Uruha semakin mencengkram kerah baju Aoi kuat, "tapi sepertinya lebih dari itu"
"mungkin"
"seperti apa?"
"seperti yang lu liat"
"ooh.. yang gue liat, kalian kayak suami istri ya.."
"........"
"Aoi istri yang sangaaat Memanjakan suaminya, Miyavi"
Aoi menggenggam pergelangan tangan Uruha yang mencengkram bajunya kuat, berusaha melepaskan. "mungkin, terserah lu mau berpikir apa", ucap Aoi dingin, terkesan tak ingin memberikan penjelasan apapun. Uruha terlanjur tak mempercayainya.
BRUK.
Uruha meninju pipi Aoi kuat melampiaskan kekesalannya, membuat Aoi hilang keseimbangan dan ambruk di atas sofa. Pukulan kedua hampir Uruha layangkan, namun melihat sedikit darah segar keluar dari sudut bibir Aoi, Uruha tak tega untuk membuat darah itu keluar lebih banyak lagi.
Tangan Aoi bergerak mencapai sudut bibirnya untuk menyeka darah yang keluar, namun refleks tangan Uruha menyingkirkannya, menggantikan tugas tangan Aoi dengan lidahnya *XDa*, Aoi sedikit tersentak dengan tindakan Uruha, lebih kaget daripada ketika ia memukul wajahnya.
"sakit heh?", Uruha bertanya dengan senyum sangat dipaksakan. Sedikit membungkuk, Mengunci ruang gerak Aoi dengan memposisikan kedua tangannya disamping kiri dan kanan kepala gurame itu pada sandaran sofa. "gue lebih sakit!!", mimik wajah Uruha berubah 360 derajat.
Perlahan tangan Uruha mengangkat dagu Aoi. "Uru, ada maid lu tuh", ucap Aoi saat melihat Yusa tiba-tiba datang membawa tempat sampah, mungkin maksudnya mau bersihin remote yang udah pecah berantakan.
"kenapa?"
"apa lu gak merasa gak enak?", Aoi mengernyitkan dahinya, "dilihat orang dengan posisi begini?"
Uruha menyeringai, bukannya melepaskan dagu Aoi, ataupun membenarkan posisinya. Uruha malah naik ke atas sofa dan duduk di lahunan Aoi. *mereka berhadapan lho! Bayangkan sendiri bagaimana posisinya wkwkwkwk*, "Uru.. pa--", Dan mata Aoi sedikit melebar, merasakan sesuatu yang lembut menyapu permukaan bibirnya. Sang Maid Yusa yang lagi beresin pecahan remotepun melongo, melihat kelakuan majikannya. Tapi ia gak bisa angkat kaki gitu aja, kakinya serasa dipaku ditempat. *bilang aja pengen nonton*
to..be..continued
Gyakakakakakakak XDa *no kumen*
Otanjoubi Omedetou Papi(?) Wowiiiiii~ >0<)9 dower dower dower!!!!! (BESOK)

" Wakaremichi ", lyrics by the GazettE Indonesian translated

Lyrics : Ruki
Arranged : the GazettE
Single : Wakaremichi
Year : 2002


Daisuki datta noni owakare desu
---meskipun aku menyukaimu, kita berpisah

Kenka bakari no mainichi deshita
---setiap hari hanya ada pertengkaran

Korekara wa hitori de ikanakucha, mou nakanai yo
---dari sini aku harus pergi sendiri, jangan menangis lagi..!

Hontou wa tsurakute, kurushikute, sabishii yo
---sebenarnya perih, pedih, sepi!!

Dakedo ne kimi ni wa tsuyogatte itai kara
---tapi ini karena aku ingin menjadi kuat untukmu

Gomen ne saigo kurai egao de iyou nante
---maaf terakhir kira-kira kukatakan dengan wajah tersenyum seperti itu

Baka da yo ne hontou wa jibun ga nakitai dake na noni
---aku bodoh! Meskipun sebenarnya aku sendiri hanya ingin menangis

*Iroiro na kao o mitekita kara, sugu ni wakatta yo
---karena aku bisa melihat bermacam macam rupa, aku segera mengerti

Semete iru wake janai n dakedo
---paling tidak, seharusnya kita tidak berpisah tapi

Otagai ni miushinatte ikiteku yori
---kita telah saling kehilangan pandangan dari hidup

"ganbatte ne" tte betsu no michi o arUku hou ga.. ii no kana?
---aku katakan "lakukan yang terbaik", kita akan berjalan melangkah di jalan yang berbeda arah, baik kah?

**Sayounara mata ne genki de ite ne zutto zutto wasurenai kara
---selamat tinggal, sampai jumpa, jaga dirimu karena aku terus dan terus tak kan pernah melupakanmu

Sayounara kitto mata aeru yo ne? Yakusoku da yo! Yubikiri genman
---selamat tinggal, pasti kita bertemu lagi kan? Berjanjilah! menautkan jari

Shichigatsu youka* sankagetsu kinenbi, oboeteru kana?
---8 juli bulan ke tiga peringatan kita, apa kau ingat?

Hajimete atta toki no koto o utsumuku
---kau menunduk saat awal kita bertemu

Kimi wa terekusa sou ni naiteta
---kau malu-malu sambil menangis

Tanoshikute shikata ga nakatta mainichi deshita
---setiap hari tak lepas dari kesenangan

Mijikatta keredo shiawase deshita, shiawase na noni
---singkat namun aku bahagia, sungguhpun bahagia (back to*)

Yubikiri genman tsunagu koyubi ga ato sukoshi dake hodokenai de to
---jari kita bertaut, mengikat jari kelingking. Hanya sebentar saja jangan lepaskan

Itsuka mata waraeru hi ga kitara surechigau koto no nai futari de
---jika datang hari dimana kita bisa tertawa lagi, kita berdua tak saling merindukan

Itsuka mata waraeru hi ga kitara
---jika datang hari dimana kita bisa tertawa lagi (back to **)

Furimukeba namida o kimi ni miseru kana
---aku menoleh padamu memperlihatkan air mata

Sei o muke te o futta zutto wasurenai yo
---membelakangimu dan melambaikan tangan, selalu jangan lupakan!

kawaranai de ite ne daisuki na kimi no mama de
---jangan pernah berubah, aku sangat menyukaimu yang seperti biasanya

Sayounara mata ne genki de ite ne, sayounara kitto mata aeru yo ne?
---selamat tinggal, sampai jumpa, jaga dirimu. Selamat tinggal, pasti kita bisa bertemu lagi ya?

Daisuki ni kimi wa totemo taisetsu na omoide ni kawaru
---aku sangat menyukaimu, kau benar benar pengganti kenangan yang berharga

Sabishikute shi ni sou na, kurai kimi no koe ga atama kara hanarenai
---aku kesepian hampir mati, karena suaramu tak bisa lepas dari kepalaku




~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~0.0

Kurang yakin haha XD

"Shichigatsu youka" -> tampaknya tanggal yang penting buat Ruki, kenangan ama cewek XD *saia* ampe dibuat judul lagu juga

ano~ lirik : "Furimukeba namida o kimi ni miseru kana, sei o muke te o futta zutto wasurenai yo. Kawaranaide ite ne daisuki na kimi no mama de" <<--entah pendengaran saia yang jelek, tapi saia tak mendengar Ruki mengatakan ini XDDD Apakah berbeda antara disingle wakaremichi dan spermargariita? Saia benar benar tidak tau *angkat tangan*
Wakare : berpisah
michi : jalan
Wakaremichi? Saia pikir jalan perpisahan mungkin yak wkwkwk atau jalan bercabang? =.=a

Sunday 9 January 2011

" Dear ", lyrics by ViViD Indonesian translated

Lyrics : Shin
Music : IV
Arranged : ViViD

I'm Straight *bonus* : My Seme is My Uke 1

title : My Seme is My Uke.... [cabang(?) fic I'm Straight *side Story*]
Author : Rukira Matsunori
rated : T / 13+
genre : gajeromance
fandom : the GazettE *dkk*
pairing : ReitUki ♥
chapter : 01
warning : Fic ABAL-ABAL!!! Ancur
note : ide fic ini udah ada sejak lama... Waktu nyelesein im straight, udah niat mau ngelanjutin cerita Reituki yang gantung hhe :D Tapi ini cuma untuk kesenangan semata, jangan anggap serius.
length : 20 page word


Step 1 : Qualify


xxxx



Di jalanan sempit yang sepi, tepatnya di sebuah gang perumahan rada rada elit lah( -.-) tampaklah dua orang anak sekolahan*diliat dari seragamnya* tengah berjalan sepulang sekolah menuju rumah mereka masing-masing.
Si jangkung berjalan di samping si pendek. Si pendek berjalan di samping si jangkung, kita ambil kesimpulan mereka jalan berdampingan*ribet!*.
Si jangkung bernoseband, kita sebut saja Reita. Sejauh kakinya melangkah, ia tak henti-hentinya bersiul sambil sesekali ngelirik si pendek di sampingnya, kita sebut Ruki. Seakan-akan ada sesuatu yang mengganjal pikirannya namun susah untuk diungkapkan. Reita kemudian menghentikan siulannya, memasukan tangannya ke saku celana sambil berdehem-dehem meminta perhatian dari yang akan jadi lawan bicara.
"Ruk-", Reita menarik bahu Ruki menghentikan perjalanannya menuju rumah masing masing.
"hah?"
"ano~", Reita malu malu, gak berani natap lawan bicaranya, "lu kan udah nyuri kisu dari gue.... Masa hubungan kita mau gini aja sih?", terang Reita masih gak berani liat langsung ke mata Ruki.
"hah?"
"yaaaaa~ kaya si paha sama Aoi, atau si jontor sama Saga? Misalnya.."
Tampaknya makhluk bernoseband itu udah gak sabar pengen mastiin hubungan dibalik hubungan(?)nya dengan Ruki. Dia capek digantung terus kayak gitu capeeeekk*plak!* apalagi akhir-akhir ini banyak hal yang bisa jadi ancaman bagi kelangsungan hubungan mereka, kayak si Uru yang ngajakin Ruki jadi selingkuhan lah, bilang suka lagi lah. Hati Reita jadi semakin tak tenang...XD
"hmm... Lu udah lupa ya?"
"apaan?", Reita mengernyitkan dahinya.
Ruki berjalan mendekat ke arah Reita, menarik kerah seragamnya, "kita bisa jadi kayak si Uruha atau Aoi, asalkan--", Ruki menggantung kata-katanya.
"........"
"Lu inget kagak??!", Ruki nyomot idung dibalik noseband Reita
------------>>>>ingatan Reita flashback ke cerita ending i'm straight, mengingat bagaimana cerita itu berakhir dengan tidak elitnya<<<<-------------
".......", Mendadak mimik muka Reita berubah horor
"udah inget? Ya itu dia... Gue ini seme!! Bagi cewek*yaiyalah*, maupun cowok!!"
"HAAAHH?? Lu tuh ya... Masih keras kepala aja!! Apa susahnya sih nerima kalau lu itu diciptain buat jadi uke gueeee!!!"
"gak bisa gitu dong!! Gue ini laki-laki, gue gak mau kepribadian gue jadi berubah kecewek-cewekan kaya si Uru*jotos* sekalipun cuma di depan lu!!"
Reita menggretakan giginya greget, "Liat dong tampang gue??!", Reita meraih wajah Ruki, "terus Lu pikir gue cocok jadi Uke??", Reita menggebu gebu.
Ruki berlagak memperhatikan Reita, menatapnya dari ujung kaki sampai ujung idung, "cocok kok"
"itu kan kata lu boncel!!!", Reita menjitak Ruki, gregetan.
"ya udah, gue kan gak maksa! Lu terima ayo! Lu gak terima juga gak masalah.. Lagian gue straight ya... Gue bisa cari cewek yang udah jelas bakal jadi uke gue, daripada jadi uke lu!", Ruki ngeloyor pergi.


Syuuuuuuuu~~~~ (angin berhembus)



xxxx
Reita berguling guling di atas kasur tengah malam karena gak bisa tidur. Pikirannya terus menerus memikirkan perkataan Ruki, tentang dirinya yang menjadi seorang uke? Reita tau betul bagaimana menderitanya jadi seorang uke *wkwk* tapi bukan itu masalah terbesarnya bagi Reita.... Tapi dia harus jadi ukenya si buntet bin mini binti boncel itu? Mau ditaro dimana muka seorang Reita yang keren gagah perkasa? Dia pasti jadi bahan tertawaan semua orang, apalagi si Uruha yang jelas jelas pasti menyimpan dendam kesum[b]at padanya. Membayangkan si paha itu ngakak, adalah mimpi buruk bagi Reita.
"argh!", Reita menenggelamkan wajahnya di atas bantal empuk yang setiap malam setia menjadi penyangga kepalanya dikala tidur. Reita semakin berpikir keraaaaaasss.... Ia ingin bersama Ruki tapi bukan jadi ukenya. Reita gak mau jadi uke tapi pengen sama Ruki. Reita sedang menimbang-nimbang, lebih dominan manakah :
a. Tidak ingin menjadi uke, dan ditertawakan orang
b. Ingin bersama Ruki dan hatinya bahagia
dan.....
C?? Bersama Ruki, jadi uke tapi gak ditertawakan orang dan hidup bahagia <<-option tambahan dari author




Gubrak!!
Reita menggelindingkan diri dan jatuh dari atas tempat tidur. Ia bangkit dengan muka yang super duper kusut, sambil mengangkat satu jarinya, "AHA!!! Bener juga...", Reita buru buru naik ke atas kasur dan duduk bersila layaknya dukun mau semedi.
"kalau gak dibilang, mana orang tau gue ini jadi uke atau seme... Yang pasti, orang-orang juga kagak buta kalau gua ini tampang seme. Kalau gue ama Ruki pacaran, pastilah gue yang dicap sebagai seme @.@b", *note : penilaian orang itu penting*
------->>>siiiiiiiinnggg~
"wahahahah bener juga XD kenapa kagak kepikiran yak", Reita guling guling gaje sambil meluk guling. Keinginannya untuk bersama Ruki ternyata sangat besar... hho
"RUKIIIIIIIIMIIIINNN I'M COMING....!!!! ♥ "
DHUAR!!!
*Kai ngelempar petasan ke kamar Reita*


xxxx



"eh? Serius?"
Reita mengangguk dengan mantap, "gue serius lah"
Setelah memantapkan hati dengan keputusan super duper gegabahnya, Reita berhasil menyeret Ruki buat mojok di belakang gedung sekolah. Dan sekarang adalah dialog inti dari dialog-dialog gak penting yang terjadi diantara mereka sebelumnya di belakang gedung ini.
"aahh...", Ruki mengangguk dengan agak ragu, ternyata dia yang memenangkan adu kepala batu ini.
Wajah Reita berubah berseri-seri melihat anggukan Ruki, "ja-jadi sekarang kita pacaran nih?", tanyanya nepsong
"e'em 0.0", Ruki ngangguk sadar gak sadar
"Yatta!!!", Reita kegirangan, akhirnya impiannya buat memperlakukan Ruki semena-mena terkabul juga *tabok*, "jadi, gue boleh peluk lu kan?"


"eee-iya 0.0", Ruki ngangguk lagi tanpa sadar.
"Wohoooo!!!", Reita buru buru meluk Ruki erat, eraaaaattt banget gak mau nyianyiain kesempatan . Niat banget dia ngeremukin tubuh kecil nan rapuh itu. "terus terus, gue boleh cium lu kan?", Reita senyam senyum ngehe... Monyong monyongin bibirnya *najoz!*
"STOP!!!", Ruki nahan wajah Reita yang udah siap siap nyosor.
"0.0 he?"
"gue mau nerima lu karena lu mau jadi uke gue!! Meluk sama nyium itu dilakuin sama seme!!! Gue mau lu sadar posisi..."
0.0
"masuk kelas ah", Ruki lari lari meninggalkan Reita dalam keadaan shock berat. Bahkan dalam hal seperti itu pun Ruki memperhitungkannya. Harapan Reita bisa memperlakukan Ruki semena mena pun pupus sudah.
0.0
0.0
0.0
0.0
(membatu)

xxxx


Seperti ketiban durian runtuh, itulah yang ada dipikiran ke-5 orang yang gak tau terima kashi itu. Mereka hampir gak percaya sekarang mereka udah duduk menghadap meja dengan masing masing semangkuk ramen.
"hey ayolah~ ayo makan, makan, makan!", suruh Reita pada teman-teminnya yang cuma cengok natap mangkuk ramen di hadapan mereka. Ya~ Reita neraktir Aoi, Uruha, Saga, Tora dan Kai makan ramen di kantin. Walau gak elit, tetap saja ini kejadian langka. Selama ini Reita cuma nadahin tangan minta traktiran, kirain seumur hidup mereka gak kan ngerasain ditraktir oleh si noseband itu. Hingga hal ini menimbulkan kecurigaan di benak mereka masing-masing, ada apakah gerangan?
"Serius nih?", Uruha nunjuk ramen di hadapannya
Reita buru buru jitak ubun-ubun Uruha, "gak sopan lu ya"
"eh, emang dalam rangka apaan nih lu traktir kita?", tanya mr.Jontor yang udah mulai berani melahap ramennya.
Inilah pertanyaan yang Reita tunggu-tunggu, "hehe...", Reita senyum najong, "nice question...Tor", Reita ngelirik anak laki-laki disampingnya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Taka-chan( -.-), tangan Reita bergerak perlahan merayap ke bahu Ruki dan merangkulnya.
"kita--"
puk.
Ruki menyingkirkan tangan Reita dari bahunya, membuat laki laki bernoseband itu heran dan kecewa. "kita udah jadian", Ujar Ruki setengah nyengir lalu merangkul bahu Reita.
"......."
"......."
"......."
"......."
"......."
"ahahah.. Gue jadi malu kalau diumumin begini", Reita nutupin wajahnya pake sebelah tangan, sok malu-malu.
"sikap lu uke banget ya", sindir Ruki
"akk--", Reita yang lagi malu malu pun, mangap gak bisa nutup mulutnya, kaget mendengar sindiran Ruki.
"APA??"
"SERIUS UDAH JADIAN?!"
Uruha berdiri dari kursinya, "pake pelet apa lu buat gaet anak gue?", tanyanya melotot ampe matanya membrudal(?) mau keluar. "Ruki, lepasin tangannya!", Suruh Uruha sambil mukul-mukul tangan Ruki yang menjuntai(?) indah di bahu Reita.
"apaan sih lu paha? Sirik aje lu", Reita sungut-sungut
"grrrr~"
"wahahah kalian emang cocok! Gue udah yakin.. Kalian bakal jadian", Tora komentar
"oke, selamat ya", ucap Aoi
"selamat buat kalian", Saga ikut memberikan selamat.
"selamat Reita, selamat Ruki..", Kai tersenyum manis menadakan ketulusan atas ucapannya, "eh, tapi kapan kalian jadian?"
"emmm~ kemarin"
"kemarin?0.0"
"haha... Bagus-bagus", Tora angguk angguk, tanpa diketahui tangannya gerayang di bawah sana ngelus ngelus paha Saga.
PLAK!!
"aduuh~ sakit ciii <-[gachii]", Tora merengek megangin pipinya. Saga hanya mendelik sekushiii..
Sementara Kai malah terlihat suram sambil memasukan mie ramen ke dalam mulutnya, Ruki yang melihatnya merasa heran dan bersimpati, "ano~ Kai, lu gak apa-apa?"
"eh? Ehehe~ iya.. Aku gak apa-ap----huweeee"
"heeeeeeee?"
Sepertinya Kai mulai menyadari ketertinggalannya. Cuma dia yang belum punya pasangan diantara teman-temannya. Hubungannya dengan Nao pun semakin renggang aja wkwkwk nasib seorang Kai, naas beuttt X3


xxxx


Hari berikutnya...
"seperti yang bapak bilang sebelumnya bahwa.. bla.. bla..", Sensei tuir tuir menggoda selingkuhan kepala sekolah *cekik!* itu enjoy melakukan pekerjaannya menerangkan pelajaran sejarah.
Sementara di belakang, Reita krasak krusuk nyobekin kertas dari bukunya. Boro-boro merhatiin Gackt cuap-cuap di depan kelas, yang sekuat tenaga *wew* berusaha menjelaskan, agar murid-muridnya mengerti. Tapi yang jadi murid malah asik dengan dunianya sendiri, dasar murid durhaka.. Si Reitong!!!
Pluk.
Ruki kehilangan konsentrasinya memperhatikan Gackt sensei, saat melihat buntelan kertas jatuh tepat di atas meja belajarnya. Karena rasa penasaran menggerogoti *XD* Ruki pun mengambil kertas itu dan membukanya.
---gue boleh panggil lu dengan nama kecil gak? Reita ♥---
WEKZ!!!!
Jidat Ruki kejedot permukaan meja, 'apa sih yang dipikirin nih anak?', Ruki meraih balpoin dan menuliskan sesuatu di atas kertas itu sebagai balasan, lalu melemparkannya ke arah Reita, tepat membentur nosebandnya.
---SABODO!!! KUMAHA MANEH WE!!!! :þ---
"heh?", Noseband Reita mendadak miring, "bahasa apaan neh? Kagak ngarti gua", Reita garuk garuk pantat. Lalu ia kembali menyobek kertas buat nulis lagi sesuatu.
Pluk.
---tu apaan sih? Gak ngerti. Eh boleh gak? Lu boleh kok manggil nama kecil gue >///
Ruki napsu nulis balesan, pengen cepat-cepat menghentikan kelakuan kekanak-kanakan ini. Saat ia hendak melemparkannya kembali ke arah Reita, tiba-tiba ada yang nahan tangannya dan merebut buntelan kertas kecil ditangannya.
"Matsumoto-kun, kau tidak memperhatikan pelajaranku?"
"aaaa---"
Gackt menilik nilik kertas kecil di tangannya, "terserah lu!!! Uke-chaaaaaann~", Gackt membacakan tulisan yang ada dalam buntelan kertas itu dengan suara ngebass. Membuat Reita melongo.
"WAKAKAKAKAKAKAKAKAK.....Uke-chan katanya....."
-
-
-
-

Reita menundukan kepalanya lemah sambil menghadap cermin dengan tetesan tetesan air berjatuhan dari wajahnya. *kesimpulan : Reita lagi di wc abis cuci muka*
"Rei--", Ruki masuk clingukan, "lu di sini? Kok lama banget buang air kecilnya"
Reita menoleh dengan tampang depresi membuat Ruki jantungan, kirain dia kesurupan. "lu... Kenapa lu bilang gue uke-chan? Sekarang semua anak anak sekelas pada ngatain gue UKEEEEEEEE!!", Reita stress megangin kepalanya.
"emang lu uke"
"TAPI GAK USAH PAKE NYEBUT-NYEBUT GUE UKE!!!"
Ruki cemberut, gak enak hati dibentak si noseband, "TERUS LU MAUNYA GIMANA HAH??"
"ssstt!! Jangan bilang pada siapapun><, apalagi si Uruha dan kupret-kupretnya. Lu harus janji ama gue!!"
"......."
"oke?"
"T_T"
"......."
"T_T"
Seperti yang author bilang sebelumnya, penilaian orang itu penting. Dan itu juga yang dipikirkan Ruki. Ia pun ngeloyor dengan wajah tanpa ekspresi, entah setuju atau tidak dengan permohonan Reita.
"ee--Ruki? Ruk-", Reita cepat cepat keluar toilet, menyusul Ruki,
"Ruki... Ooii", *Jengut rambut Ruki dari belakang*
"Errgh"
"kok ngeloyor gitu aja sih?"
"gue gak betah di toilet lama-lama"
"......." (=3=)
"......."
"......."
Reita bersiul-siul seperti kebiasaannya. Matanya melihat tangan Ruki nganggur di bawah sana, gak mau membuang buang kesempatan, tangan Reita bergerak, niat menggenggam tangan Ruki, namun baru aja kesentuh jari manisnya tangan Ruki udah menepis tangan Reita yang kelayapan.
Pakk.
"ugh", Reita meringis meniup niup tangannya yang ditepis kasar Ruki. Saat Reita asik niup-niup, Tiba-tiba Ruki menariknya, menggenggam tangan Reita menariknya masuk kelas. Iyaaa~ dan mereka kembali ke kelas sambil berpegangan tangan. Walau akhirnya di dalam kelas Reita terus menerus dikatain 'Uke-chan' namun kekesalan Reita bisa terobati dengan keberadaan Ruki disampingnya XD

xxxx


Perjalanan pulang...
Setelah sengaja menyingkirkan Kai dengan memberinya uang 50 yen(?) menyuruhnya beli permen. Reita berhasil pulang berdua bareng Ruki seperti apa yang di harapkannya.
"ano~ Ta-Taka-chan", mendadak wajah Reita merah matang, "gyaaa~", Reita menutupi wajahnya dengan tas. padahal udah ketutup noseband
Ruki hanya menoleh sambil mengernyitkan dahi melihat tingkah aneh kekasihnya, "lu apaan sih? Biasa aja dong!"
Reita memukul mukul pipinya, "lu gak tau ya.. coba panggil gue dengan nama kecil gue, lu pasti malu", Ujar Reita percaya diri
"UKE-CHAN!!", Ruki ngomongnya mantap
(o)0(o) <- *Reita shocking*
"Bukan!! Hentikan manggil gue dengan nama itu!!><"
"biarin"
"Ue-chan!! Atau Aki-chan, atau apalah... Jangan itu!", Reita Uring-uringan
"terserah gue dong( =3=) kalau lu mau lu bisa panggil gue Seme-kun =D", Ruki tersenyum blink-blink
"Aaaaaaa----", Reita stress langsung meluk tiang listrik dipinggir jalan, mana mau dia manggil Ruki dengan sebutan macam itu. Sama aja dengan semakin memperjelas posisinya dalam hubungannya dengan Ruki di hadapan semua orang.
"lu kenapa sih? Lepasin tiang listriknyaaaa!!!!", Ruki narik-narik tubuh Reita yang meluk kuat ke tiang listrik. Sampai tangan Reita gak bisa bertahan lagi, tanpa aba-aba lepas dan. . .
BRUK!
"........"
Reita terduduk dengan tampang cengok. Tak merasakan sakit di daerah bokongnya, tangan Reita meraba-raba ke bawah
"WUANJRIIITTT"
Reita buru-buru turun dari tubuh mungil Ruki mendengar raungan kekasihnya itu, "Ruki?"
"tubuh gue... remuk aduuh"
"hah?", Reita panik, "mana, mananya yang sakit?", tangan Reita raba-raba
Ruki segera menepuknya, "seluruh tubuh gue. Lu berat banget si nosebaaaand"
"kok gue? Lu kan---"
"argh...", tulang tubuh Ruki bergemeretak, ia mencoba membangunkan tubuhnya, sampai berhasil duduk. Wajah Reita udah melongo di depan wajah Ruki dengan tampang bejat.
"he?"
"Kisuan yuk Ruuuk", Reita udah nepsong siap nyerang
BUAKk!!
Entah dapat kekuatan dari mana sampai Ruki bisa nabok Reita hingga laki-laki bernoseband itu terjongkeng mengenaskan.
"gue kan udah bilang!! Gue yang nyeraaaanngg><"
*tbc*
aneh beut!

I'm Straight *bonus* : Taisetsuna hito 5

Author : Rukira si tepung rumput laut
rated : M *jaga-jaga*
genre : gajeromance/ school/ aneh/ B.L
fandom(s) : the GazettE, alicenine dkk
pairing(s) : Aoi x Uru x Meev
chapter : 5
warning : INI FIC ABAL, EBEL, dan GAJE!!!! Bahasa ancur, gak sesuai EYD
note : gomen~ aneh =..=
length : 21 page word *kuro minta panjang* hha
Aoi terduduk di tepi tempat tidur sembari menundukan kepalanya. "putus?"
BRUK.
Ia menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur dengan kedua kaki menjuntai ke lantai. Matanya menerawang ke langit langit kamar, pikirannya kabur entah kemana. Pertengkarannya dengan Uruha tadi sungguh tidak ia inginkan, dan lagi... "putus?", Bagaimana bisa Uruha mengucapkan kata seperti itu dengan entengnya... Ia tidak tau bagaimana perasaan Aoi selama ini terhadapnya, memendam perasaannya selama bertahun tahun karena merasa diri tak normal. Menyembunyikan rasa cemburunya saat Uruha celoteh sana celoteh sini soal Ruki.
Uruha gak tau betapa bahagianya Aoi--sampai rasanya pengen bunuh diri--saat Uruha tiba-tiba mengatakan 'suka' padanya. Dan setelah beberapa bulan saja akhirnya ia mendapatkan pemuda yang disukainya itu, dengan entengnya Uruha mengatakan "PUTUS?!"
"Aaaaaaaaaaaaaarrrrgh!!"
BRUASH.
"habwahuwahh", Aoi buru buru bangun dari tempat tidur berkat semburan segayung air maut Meev.
"yosho~ udah dingin kepala lo gurame?^-^", Ujar Meev tanpa dosa
"MEEV!!!", Aoi berdiri dengan menggebu gebu, kepalanya basah tapi entah kenapa dalemnya malah bergejolak kayak gunung merapi mau meletus, "LU TUH APA-APAAN SIH HAH??"
"santai~", Meev menekan bahu Aoi untuk menurunkan tubuhnya dan duduk di kasur. Aoi menepisnya kesal, sambil merengut.
"hmm.. Oke! Jadi kalian putus?", Meev berlagak menelaah. Tak ada jawaban dari sang lawan bicara. "kenapa lu gak ngejar dia? lu bener-bener mau putus ya?"
"........"
"yaaah~ gue ngerti perasaan si paha sekushi e.."
Aoi mendelik.
Meev menyeringai penuh arti. Perlahan tangannya bergerak mengusap pipi putih Aoi, lalu mengangkat dagu laki laki berbibir gurame itu *tabok* agar mata mereka dapat saling bertemu.
"gue tau lu sampai ke hal terjelek sekalipun"
"......."
"pantas dia cemburu, karena gue lebih tau lu daripada dia"
"lu sengaja kan?"
Meev lagi-lagi menyeringai, "ayolah Aoi~ jangan melemparkan kesalahan pada orang lain... Lu jelas-jelas tau maksud gue"
".......", Aoi hanya diam memandang datar teman di hadapannya. Tentu saja ia mengerti apa yang meev katakan, "lu gak ngerti"
"gue ngerti"
"nggak!"
"hei, lu berdua itu sepasang kekasih kan? Bukankah sudah seharusnya dia tau semua tentang lu"
"gue bilang lu gak ngerti"
"Pengecut! Aoi pe-nge-cuuut", Meev ngerucut-rucutin bibirnya kayak gurita bences
"MEEV!!", Aoi tampak mulai emosi dengan sikap Meev yang selalu seenaknya, "jangan bikin gue nonjok lu ya"
"heee? Emang lu bisa nonjok gue?"
"Grrrrr~", Aoi hanya meremas sprei di permukaan kasurnya dengan kuat, merasa tak bisa melampiaskan perasaan kesal, marah dan kecewa yang bercampur aduk. Aoi tak kan berani sampai memukul Meev, teman sejak kecil sekaligus ban-- itu. Hanya karena dia bicara sesuai kenyataan.
Meev untuk kesekian kalinya menyeringai, wajah Aoi yang tampak serius dan kesal, membuatnya tergelitik. Sejak dulu ia memang suka sekali membuat temannya ini marah, hmm baginya Aoi adalah boneka... Boneka lucu kesayangannya. Meev sedikit merendahkan kepalanya dan..
cuup.
"........"
"hehe... dapet ^^v"
BUAGH!
Aoi tidak perduli dia teman sejak kecilnya, Aoi tak perduli dia itu becong dan sebesar apa ia menyayanginya. Tapi saat ini tinjuan telak di pipinya adalah sikap yang pantas.
***
Pagi yang indah, bagi mereka semua yang mendapatkan keberuntungan dalam hidupnya pagi ini, mereka mereka yang sedang jatuh cinta... mereka mereka yang lagi tebel kantongnya, dan berbagai jenis alasan lain yang dinamakan keberuntungan hidup yang didapat manusia( =.=)
Dan ini adalah pagi yang buruk, bagi orang orang yang kurang beruntung... Misalnya dengan alasan putus dari pacar, ditolak melakukan 'itu'( -.-), pulangnya mobil mogok ditengah jalan, kena flu karena ujan-ujanan, gak bisa tidur semaleman karena sakit tenggorokan sebagai gejala awal terkena flu dan berbagai jenis alasan lain yang dinamakan ketidak beruntungan.
"ohayou", Sapa Uruha pada sekumpulan(?) 3 orang temannya yang lagi asik pada ngerumpi di depan kelas.
"ohaaa....", Reita mangap gak nyelesein kata katanya ngeliat Uruha yang gak sedap dipandang mata, "mata lu kenapa paha? Dikencingin kecoak?"
"sialan, idung lu tuh keinjek gajah"
"eeeh? Gue kan cuma nanya! Bibir lu tuh, rebonding sonoh!"
"Najoz lu pe--"
Ruki ngacungin telunjuknya, tanda menyuruh Uruha diam dan tak melanjutkan perdebatannya dengan Reita, "lu kenapa Uru? Mata lu bengkak begitu"
"ee--"
"liat idungnya merah Ruk", Kai pencet pencet idung Uruha
"HUATCHIMM!!!" *bersin?*
Dan Kai mengusap mukanya dengan perasaan sabar. "eh, sori Kai...", Uruha ikut ngegecek muka Kai
"lu nangis ya Uru?", tebak Ruki
"HEEEEEEE????" *shocking*, "e-enggaklah!!! Gue cuma gak bisa tidur semalem... uhuk uhuk", Uruha bergaya orang batuk. Uruha menata mimik mukanya seperti orang yang sakit separah mungkin.
"sakit?"
"ehehe.. begi-"
BLETUK.
Reita mukul ubun ubun Uruha pake badan sapu. "BRENGSEEEEKK!!", amuk uruha
Reita pasang kuda kuda, bergaya orang mau kendo dengan sapu sebagai pedangnya, "ayo maju, lawan gue! Dasar makhluk berpaha dua... Eh salah ding, bermuka dua!"
"Grrrr~", muka Uruha udah merah nahan amarah karena sikap kekanak kanakan Reita. Uruha udah kayak banteng yang liat kain merah dikibar kibarin dengan Reita sebagai matadornya.
Dan detik detik terakhir Uruha hendak menerjang Reita, rasa kedewasaannya(?) muncul kepermukaan. 'buat apa ngelayanin makhluk kebocah bocahan?' dan akhirnya Uruha berhasil mengurungkan niatnya buat cakar cakar noseband Reita. Ia kembali menghadap Ruki, meraih tangan makhluk mini itu, dan memegangnya erat( -.-)
"Ruk--"
DAG DIG DUG....
DAG DIG DUG....
"ano~"
PRAT PRET PROT...
PRAT PRET PROT...
Bletak!,
Uruha nabok Kai yang asik nge-backsound-in suasana. "yang bener dong? Masa gitu bekson-nya?"
"ah iya iya...-.-)v lanjutin lanjutin", ujar Kai sesaat sebelum diseret Reita karena makhluk bernoseband itu merasa dikhianati teman terbaiknya(?), dengan membeksonin seakan akan Kai mendukung sikap Uruha yang memanas manasi hatinya.
"Ruki.... Lu mau gak?", Uruha garuk garuk dagunya
"mau apa?", Ruki garuk garuk idungnya penasaran
"Mau jadi--"
Siing~
Reita berhenti nyiksa(?) Kai, tiba tiba telinga Reita seperti dapat menangkap gelagat aneh Uruha dari pembicaraannya dengan Ruki
"jadi anak lu lagi?", tanya Ruki watado masih garuk garuk idung
"SELINGKUHAN!!!><"
JLEGUR!!
*kai nyulut petasan segede gigi mpon*
"HIYAAAAAAAAAAHHH!!!", Reita ngangkat sapu setinggi tingginya niat getok *ngehancurin* kepala Uruha dari belakang. Namun berhasil di tahan Kai, sebagai pecinta kedamaian, ia tak mau ada pertumpahan darah di sekolah ini.
"selingkuhan anak lo?Hah?"@.@a
"SELINGKUHAN GUE!!><"
"........"
siiiiiiing~
DAG DIG DUG..
DIG DUG DAG..
DUG DAG DIG..
masih sempet-sempetnya Kai ngebeksonin, padahal lagi nahan Reita.
"AAAAAAARGH! Awas lu pahaaaa!!", Reita makin ngamuk kayak sapi gila.
"selingkuhan itu--- Maksudnya selingkuh?", Ruki masih cengok
"ano~ itu.. Maksud gue,,,", Uruha gelagapan
Ruki menundukan kepalanya sejenak sambil geleng-geleng kepala, ia kembali menatap Uruha dengan senyum termanisnya, "LU PIKIR GUE COWOK APAKAH??", dan beberapa detik kemudian senyumnya berubah.
"tu-tunggu lu denger dulu-", Belum sempat Uruha menyelesaikan kalimatnya, kepalan tangan Ruki udah melayang mendarat di perutnya yang ramping krempeng kayak papan penggilesan kegencet tronton.
BUAGH!!
Dan lengkap sudah ketidak beruntungan Uruha( -.-), Sementara Reita tertawa tergelak melihat Uruha menderita sambil pegangin perutnya yang mendadak mules kena tinjuan tangan Ruki.
"ohayou"
Uruha bereaksi, mendengar suara yang tak asing ditelinganya menyapa.
"Ohayou, Aoi", Ruki balik nyapa
"Weeeehh Aoi lu datang juga... Apa aja sih yang lu lakuin? Jaga bini lu tuh!", Reita sewot, "masa dia ngajak Ruki selingkuh, di depan gue lagi!!", udah napsu aja kayaknya si Reitong ngadu ke Aoi
Mata Aoi melirik sedikit ke arah Uruha, membuat Uruha kayak dipaku ditempatnya.
"oh"
"......."
"gue ke kelas ya, jaa~", Aoi melengos dengan indahnya, gak sadar atau emang pura pura gak sadar ke empat orang yang ia tinggalkan udah membatu kayak patung dadakan.
"heh? 'oh' itu maksudnya apa?", Reita cengok.
"itu artinya gak apa-apa, Aoi bilang 'silahkan Uruha selingkuh' begitu", Kai sotoy, bikin Uruha yang mendengarnya pengen gantung diri di tempat itu juga.
"oh gitu ya? Nyahahah..", Reita merangkul Kai sambil mendelik Uruha yang udah masang tampang pra-sekarat.
Ruki segera menjitak kepala Kai dan nabok idung Reita, "jangan seenaknya menyimpulkan!", ia kembali menghampiri Uruha, "beneran kan lu ada masalah sama Aoi?", tanyanya polos
Uruha memaksakan diri buat senyum, bikin tampangnya campur aduk, gak bisa dideskripsikan dengan kata-kata, pokoknya ancur lebih dari tampangnya tanpa make-up. *author nafsu ngehujat Uru*
"gak ada kok, hehe~", Uruha acak acak rambut Ruki
"gue tau, lu gak usah pura pura lah Uru. Keliatan banget dari tampang lu"
"Wahahahah.. Ruk! Dia mah lagi hepi atau sedih juga tampangnya gitu, tampang bermasalah", Reita ngakak sendiri, merasa gak asik ngakak sendiri ia pun menggelitik Kai maksa buat ikut ngakak.
'awas lu noseband kutil, gua babad abis tuh idung', Uruha ngebatin ditengah tengah hatinya yang lagi teriris XDa
***
Bel masuk udah berbunyi... Semua murid buru buru masuk kelasnya masing masing. Dilain sisi, seorang laki laki jangkung berjalan mendekati pintu masuk kelasnya takut takut. Beberapa langkah hampir mencapai pintu, ia berhenti. Menepuk nepuk dadanya sambil komat kamit *untung gak nabur kemenyan* sedang memantapkan hatinya untuk bertatap muka dengan sang--mungkin--mantan kekasih, orang yang saat ini paling tak ingin ia temui. Tadinya Uru niat gak masuk sekolah hari ini, tapi Hizaki-sama menendangnya ke luar rumah, sebagai ayah yang baik dan cantik... Hizaki gak kan biarin gitu aja anak semata wayangnya ketinggalan pelajaran walau cuma 1 hari, karena itu bisa membuat Uruha keenakan dan menjadi buwodooh( -.-) begitu katanya.
'entar gue pindah bangku aja ah', Uruha ngebatin
'Aaaaaarrgh!! Kenapa jadi gue yang takut? Gue kan gak salah!', Uruha jedot-jedotin pahanya ke tembok.
"waaahh sayang sekali"
mendadak bulu kuduk *dkk* Uruha berdiri. dari suaranya yang agak berat namun menggoda iman, Uruha udah bisa membayangkan tampang seperti apa yang kini telah menunggunya berpaling dari belakang sana. Tapi, bukankah seharusnya sekarang tak ada jadwal dia mengajar di kelas Uru? *cuma mau lewat!*
Perlahan Uru memutar kepalanya kaku, kayak robot rusak kekurangan oli(?), "o-ohayou sen-sensei"
"ohayou... Kenapa aset berharga seperti itu dijedotin? Sayangkan...", *Menyeringai*, "Uru-sama"
"e-enggak! Itu,,, ahahah", Uruha buru buru ngacir masuk kelas menghindari sensei bejat itu a.k.a Kamijong-chan, mengingat apa yang pernah ia lakukan terhadap sensei itu waktu terakhir kali dia mau menghukumnya. uruha agak takut juga. Kamijo hanya tersenyum tipis melihat tingkah murid kesayangan(?)nya itu, lalu ia melanjutkan perjalanannya ke kelas lain.
***
Uruha ngos-ngosan berusaha mengatur nafasnya. Mengambil langkah seribu adalah keputusan tepat yang Uruha ambil untuk menghindari Kamijo. Ia mengangkat wajahnya dan tanpa sadar berpuluh puluh mata udah natap dia mes--eh curiga. Uruha baru sadar kalau ia lagi berdiri di depan kelas, menjadi bahan perhatian teman teman sekelasnya. Termasuk... 'Aoi'
'Wuaaaaaaaaaa!!!' <- *jeritan hati Uruha*
Sedangkan yang bersangkutan a.k.a Mr.Gurame, kelihatan santai santai saja. Uruha berjalan ke bangkunya yang itu juga berarti ia semakin mempersempit jaraknya dengan Aoi, "ohayou-ohayou-ohayou!!", sapa Uruha sumringah pada teman-teman sekelasnya, berusaha bersikap seperti biasanya.
"Ohayou!"
"Ohayou!"
"Ohayou Uru-chan!"
Brak!
Uruha tiba-tiba menggebrak meja salah seorang teman sekelasnya yang cengar-cengir gak mutu, "lu manggil gua apa hah?"
"Uru-chaaan @w@"
BUAKH!!!
Dan satu anak aneh udah berhasil dibereskan, dibuat nyuksruk(?) oleh Uruha sebagai bahan pelampiasan kesemrawutan hatinya.
Grek.
Uruha duduk di kursi, menggantungkan tasnya di hanger samping meja. Matanya melirik Aoi yang tampak tak acuh membaca buku, "ohayou!", Sapa Uruha memukul punggung Aoi kuat. Nafsu bangen pengen buat gurame itu kejedot meja.
"ugh", Aoi tampak sedikit kesal tiba-tiba dipukul begitu, "ohayou--paha"
'sialan, masih sempat juga manggil gue kayak gitu', umpat Uruha
"......."
"......."
Diantara berisiknya suara-suara teman-teman sekelas mereka yang pada asik ngerumpi dan ngobrolin hal-hal yang gak penting. Uruha dan Aoi malah asik dengan pikiran mereka masing-masing, tidak saling bicara.
Mata Uruha mendelik ke arah Aoi yang asik dengan bukunya, tidak ada kata maaf ataupun pembicaraan yang menyinggung nyinggung soal kemarin, seakan kejadian diantara mereka itu hanyalah angin lalu bagi Aoi. 'beneran pengen putus rupanya', Uruha merasa kecewa, corat coret gaje di buku sambil ngerucut-rucutin bibir keriting sekushinya.
"nyuuuuuuu~~~>3<"
0__0 *shock berat*
PLAK!!!
Uruha merasa kaget tiba-tiba ada bibir dimonyong-monyongin tepat di depan matanya, "SIALAN!! APA-APAAN SIH?!", Uruha berdiri dari bangkunya, emosi. "PERGI GAK LU?!", Bentaknya pada anak aneh yang tampak masih belum puas dibuat nyuksruk oleh Uru tadi. Anak itu kembali berjalan ke bangkunya sambil menggerutu, "ngapain juga ngerucut-rucutin bibir", umpatnya
"Sialan tu anak, kecil-kecil maunya apa sih? Gue belum pernah liat, apa anak baru ya?", gumam Uruha sambil kembali duduk di bangkunya, melipat kedua tangan di depan dada.
"dia nafsu liat lu kali"
'eh?', Uruha menoleh kearah Aoi. Suara tadi? Akhirnya Aoi mengajak Uru bicara?
"hah? Ee--"
"keliatannya lu gak apa-apa?"
"hah? Kenapa? Emang lu mau gue depresi? Stress? Begitu? Jiakh!"
"hmm~ bagus... Gue juga gak mau lu depresi", Ucap Aoi tanpa mengalihkan pandangan dari bukunya.
"tenang aja, gue gak selemah itu"
"iya, gue tau", Aoi menoleh ke arah Uruha dan tersenyum tipis.
Percakapan yang biasa, Uruha tidak tau apakah ia harus senang karena aoi tampak masih seperti biasanya, tidak menjaga jarak dengannya. Ataukah ia harus sedih karena sikap Aoi, senyuman dan perhatiannya yang ia tunjukan sekarang tidak lebih hanya sikapnya sebagai seorang teman, kembali seperti dulu. Tapi toh mau bagaimana lagi, yang mengatakan putus adalah Uruha, gengsi bangeeeetttt kalau ia juga yang ngajak balikan lagi XD *Uru : siapa juga yang mau?!*
'iya, lebih baik kayak gini'
"gurunya mana sih? Lama ahh!!", Uruha mendengus
Aoi hanya tersenyum sambil membaca buku, padahal tak ada yang lucu dalam buku yang dibacanya. Hmm~ Uruha lah yang membuatnya tersenyum....
***
Bel pulang telah dibunyikan...
Semua murid ngeburudul(?) keluar kelas dengan riang...*berasa anak SD*, begitupun dengan Aoi dan Uruha. Dua orang manusia yang masih irit saling ngeluarin suara. Uruha yang sok jaga imej gak mau ngajak ngomong duluan, begitupun dengan lawannya, sama aja( -.-)
"jaa~"
langkah Uruha seperti direm ngedadak. Dia yang mau ngeloyor pulang gitu aja tanpa basa basi dulu sama orang yang ditinggalkan, harus menghentikan langkahnya beberapa detik saat mendengar suara Aoi mengucapkan kata tanda perpisahan padanya.
"j-jaaaa~", balas Uruha dengan nada males-malesan sambil melanjutkan perjalanannya pulang.
Aoi hanya menatap sosoknya yang menghilang di balik pintu dengan sedikit senyum tipis menyungging di kedua sudut bibirnya. Ia meletakan kembali tasnya di atas meja, mendudukan dirinya di atas kursi dengan sedikit kasar, hingga membuat kursi sedikit tergeser dan menimbulkan bunyi 'grek'
Aoi tampak malas keluar kelas. Memilih untuk merenung di kelas yang sepi, mendinginkan kepalanya yang semakin panas aja dipenuhi Uruha.
Drrt.. Drrt..
Aoi merogoh saku celananya mengambil handphone yang bergetar, alisnya sedikit terangkat melihat nama yang terpampang dilayar hapenya, "ya, apaan?!"
***
Uruha menggerak-gerakan kepalanya menikmati musik yang mengalun(?) dari headset yang menyumpal kedua lubang telinga di sepanjang koridor. 'pulang bareng Ruki ah', batinnya. Ia terus melangkahkan kakinya tanpa memperdulikan sekitar. Sampai tiba-tiba saja tubuhnya seperti hilang keseimbangan, ditarik oleh sesuatu yang kuat ke sebuah lorong yang sepi.
Bruk.
"Argh! SIAL!!!", amuk Uruha saat merasakan tulang punggungnya berbenturan keras dengan dinding. "hmmmbph!!", Uruha hampir mengeluarkan suara cemprengnya saat melihat orang di hadapannya, sampai telapak tangan yang besar menempel kuat membekap mulut Uruha membuatnya tak bisa memaki orang yang berani melakukan hal seperti ini padanya.
"hello cocan*, lanjutin yang kemaren yo!", ucapnya dengan suara aneh bin bikin merinding, dengan tangannya gerayangan ngelus aset berharga Uruha *PAHA!!*, siapa lagi orang se-pervert dengan nada bencong*duak* seperti ini selain MIYAVI.
DUAGH!!!
"ugh"
tanpa sadar Uruha meninju dagu Meev membuatnya mundur berlangkah-langkah(?)
"HEH!! LU GAK ADA KERJAAN YA... BANCIBANCIBANCIBANCIBANCIBANCIBANCIIII..!!!!", Uruha meneriakan kata 'banci' tanpa spasi tepat di telinga Meev. "cuih!", Uruha meludah sebelum akhirnya memutuskan meninggalkan Meev dengan wajah super duper kesal.
Baru dua langkah saja Uruha berjalan, telapak tangan besar itu menarik pergelangan tangan Uruha, mendorongnya ke dinding.
"heee---hmpph"
Uruha bergeming, saat bibir selain Aoi menempel di bibirnya. Seakan ditarik ke dunia lain, selama beberapa waktu Uruha masih tak sadar bibirnya telah dijamah makhluk bernama Meev itu. Sampai suatu hisapan kuat membuatnya berjengit dan sadar akan apa yang terjadi.
Uruha membulatkan matanya, dan mulai berontak, menginjak kaki Meev dan mendorong tubuhnya kuat sampai Meev sedikit terjengkang. "BRENGSEK!! APA YANG LU LAKUIN HAH??", Teriak Uru sambil mengusap bibirnya kasar dengan punggung tangan.
Meev menyeringai, "cuma main-main kok,toh, bukan milik Aoi lagi.. Udah putus kan?" , ujarnya enteng tanpa beban, membuat Uruha kalap dan mengepal tangannya kuat untuk menghancurkan wajah nyeleneh Meev dari pandangannya. Namun sebuah tangan menahan gerakan tangan Uru yang hampir mengenai wajah Meev.
"hentikan!"
to..be..continued
Pas terakhir jadi serius ye wkwkwk *gak konsisten* (gaplok)

ruki`s note

Aku minta maaf untuk penundaan tour yang tiba-tiba. Aku tidak pernah membayangkan sekecil bom bisa berakhir seperti ini. Oh ya, aku akan melakukan yang terbaik untuk benar benar kembali sembuh dari ini sekarang. Aku telah membuat kalian semua khawatir dan dalam masalah kan?
Aku seharusnya sehat dan nge-rock bersama kalian semua, memberi kalian semua kekuatan tapi sekarang lain lagi ceritanya. Obat terbaik untukku sekarang adalah ketika kalian semua bernyanyi di tempatku dan mengatakan bahwa konser malam itu menyenangkan. Dan kepada semua orang yang akan menghadiri konser kami di Hiroshima, Okayama, Fukuoka , Chiba dan Atsugi. Aku benar benar sangat minta maaf. Semua yang telah kalian rencanakan untuk hari konser tiba tiba rusak dengan penundaan ini. Semua kerja kalian sia sia.
Aku tidak bisa melakukan banyak sekarang tapi aku akan benar benar sembuh dan menemukan cara untuk mengembalikan semua konser itu pada kalian. Aku tau bahwa ada beberapa diantara kalian yang benar benar tidak puas dengan bagaimana hal ini terjadi.
Aku akan berpikir keras untuk kedepannya dengan semua kekecewaan yang ada dalam pikiran kalian. Itu berarti banyak untukku. Event manajemen telah mengkonfirmasi pembayaran kembali tiket, jadi silahkan cek itu secepatnya.
Dan terakhir, kepada semua orang yang telah mengikutiku; member2 band, tour staff dan yang paling penting adalah fans. Aku benar benar minta maaf telah membuat kalian semua khawatir, aku akan melakukan yang terbaik dan sembuh, lebih dari sebelumnya. Aku akan penuh enerji, suaraku akan lebih baik dari sebelumnya dan aku akan menjadi lebih cute lagi kemudian... Ah, tidak. Tidak akan LOL.
Oh ya, aku tidak sabar untuk kembali perform diatas panggung. Jadi tolong tunggu aku, dan pada siapapun yang bisa mengunjungi blogku mohon sebarkan kata kata ini. Terima kasih
Ruki... ♥ *muach!*
hho..........

" Memeshikute " lyrics by Golden Bomber [indonesian translated]

Memeshikute (3x) Tsurai yo~
---banci (3x) menyakitkan!

Boku no koto o karakatta no? Annani suki to itta noni
---apa kau bergurau denganku? Meskipun aku katakan suka

I'm Straight *bonus* : Taisetsuna hito 4

Author : Ru'kira Matsu[menunggu] nori[rumput laut?]
rated : M XDa
genre : gajeromance/ B.L [yaoi]/ aneh
fandom(s) : the GazettE, Alicenine dkk
pairing(s) : Aoi x Uru x Meev [slight : Reituki, Tosa]
chapter : 4!!!! ==_==
WARNING : ABAL!!! ANEH!!! bahasa ancur!!! Rated M!!! XD *jaga jaga*
note : hmmm~ T_T
***
cklek.
Aoi memasuki ruangan kamarnya dengan handuk kecil di tangan, "nih", ia melemparkan handuk kecil itu ke arah Uru yang tengah lebih dulu berada di sana duduk di tepi tempat tidur Aoi, "beneran gak mau mandi?"
"gak", jawab Uru ketus sambil mengeringkan rambut basahnya dengan handuk.
Aoi membuka lemari pakaiannya lalu mencarikan pakaian yang kira kira pas untuk dipakai pemuda yang tampak kedinginan dengan baju basahnya habis kehujanan.
Uruha masih agak merengut karena mengetahui Aoi lebih suka mengajak si 'banci' *plak! XD* itu untuk menemaninya daripada dia yang berstatus 'kekasih' nya. Tadinya Uru berniat langsung pulang saat mengetahui Meev ternyata ada di sini,--bisa dibilang Uru kecewa dan cemburu mungkin--namun Aoi menahannya, selain karena Uruha baru tiba--masa udah balik lagi?--dan lagi di luar hujan semakin lebat, mana tega Aoi membiarkannya? Ternyata Aoi masih punya perasaan juga(-.-sadis)
Uru mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamar Aoi yang hanya berukuran kira kira seperempatnya dari kamar miliknya. Walaupun Aoi sudah sering keluar masuk kamar Uru, namun ini pengalaman pertama bagi Uru masuk kamar Aoi. Sejak dulu memang mereka lebih banyak menghabiskan waktu main di rumah Uruha yang super besar itu. "berantakan", gumam Uruha
Aoi menoleh, "ha? Sori deh. Kalo lu bilang mau datang, pasti gue beresin dulu tadi. Nih!", Aoi kembali melemparkan sesuatu ke arah Uruha, sebuah sweater. "coba pake dulu itu"
Uruha hanya terdiam sambil memandangi sweater Aoi di tangannya, membuat sang pemilik mengernyitkan dahinya, "ada apa? Mau aku gantikan pakaiannya?"
Uruha mendelikan matanya tajam, dan berhasil membuat Aoi berpikir kalau dia 'sekushi' walau untuk sejenak, karena tiba tiba saja sebuah bantal membentur wajahnya. "thanks! Gue bisa sendiri", ucap Uru sambil menanggalkan jaketnya
Aoi hanya menyunggingkan senyum tipis, "oke, gue ambilkan mocca", Aoi mulai beranjak membuka pintu meninggalkan kamarnya dan Uruha yang tengah berganti pakaian.
Uru mengganti pakaiannya dengan sweater milik Aoi, 'hangat'. Uruha dapat merasakan harum khas Aoi menempel di tubuhnya, seakan ia dipeluk tubuh berbau khas itu. Iya, Aoi memeluknya. Ah~ Uruha baru menyadarinya, semenjak mereka jadi sepasang 'kekasih' selalu Uru yang berinisiatif memeluknya lebih dulu, Sang gurame itu benar benar punya rasa gengsi yang tinggi.
"haaa~", Uru menghela nafas panjang, 'sebenarnya gue ke sini ngapain?T_T'
***
Uruha asik metik metik senar gitar tua yang tak sengaja ia temukan di bawah tempat tidur Aoi. cuma sekedar metik metik gak jelas aja, gak maenin lagu dia, itu hanya sebagai pelampiasan Uru yang bosen nunggu sang gurame kagak balik balik, "buatin moccanya di arab apa ya?", Uru ngedumel. Ia melihat jam tangannya Hampir setengah jam berlalu, sang gurame kagak nongol nongol juga.
Uruha meletakan gitar yang semula berada dalam lahunannya di atas tempat tidur, memutuskan untuk melihat sendiri apa yang sebenarnya dilakukan gurame dower itu di luar kamar sana.
Perlahan Uru membuka pintu kamar Aoi celingukan melihat keadaan sekitar. Ia mulai melangkahkan kakinya menuruni tangga menuju dapur yang terletak di ruang bawah. Melewati ruang tamu yang sepi, Uruha tak melihat ada orang di sana, tapi terdengar suara dua orang laki laki berisik dari tempat lain.
"buatin gue juga donk!"
"ogah! Buat aja sendiri sana"
"halah~ mentang mentang ada bini lu, sikap lu mau gitu aja ke gue hah?"
"berisik lu ah! Penampilan lu itu? Lu pake baju yang bener sana! Gak dingin apa?"
"ngh~ tadi kan gue mau tidur, lu juga kan tadi? Nyiah~ kekasih datang langsung rapi begini", Meev sok-sok'an ngerapihin kerah baju Aoi, Aoi langsung menepisnya.
"........"
"........"
Meev menyeringai, "hmm~ Aoi, lu sejak dulu gak berubah ya? Sensi banget ama gue"
Aoi membawa cangkir berisi mocca ditangannya, menatap Meev datar tak berekspresi, "sori", Aoi melangkahkan kakinya beranjak untuk meninggalkan Meev, namun tiba tiba langkahnya terhenti saat tiba tiba ada lengan yang mengapit lehernya dari belakang.
"ini kan yang sering lu lakuin ke gue dulu?"
Aoi sedikit kaget, apitan tangan Meev di lehernya benar benar kuat, "ohok.. Oi, lu gila apa?! Lepasin gue!!"
"hahaha.. Kita nostalgia dikit lha"
PRANG!!
Tangan Aoi tak sadar melepaskan cangkir berisi mocca di tangannya, ia meronta memaksa tangan meev untuk melepaskan apitannya, "GILA! BANCI! Akh!!"
"Ayolah Aoi~ lu sering gini'in gue dulu"
"Akh! Bre-"
"hah?"
BUGH!!!
Aoi menyikut keras bagian perut Meev, sampai lehernya terlepas dari apitan nista tangan temannya itu, "ugh! Lu serius ya? Sakit nih", protes Meev sambil memegangi perutnya.
"cih! gue jadi harus buat mocca yang baru nih", gerutu Aoi sambil memungut pecahan pecahan cangkir di lantai.
"huh! Kasar ya~", Meev melipat dua tangannya di depan dada sambil menyeringai memperhatikan Aoi yang berjongkok mungutin pecahan pecahan cangkir. "waktu itu juga, lu kasar banget! Masih ada lho bekas cakarannya di perut gue"
mendadak Aoi masang tampang horor, melototin Meev, "LU--"
"HAHAHAHAHAHAH~ takuuut, gak deh gak ngomong lagi wkwkwk"
Aoi mendengus, "brengsek!"
"hoho peace!^^v"
"sana pergi lu! Mati sekalian", Aoi menendang bokong Meev
"Waduuuuhh! Hati Gue terluka nih!"
"bodo amat!!"
"dingin banget, jadi pengen ngerape lagi gue"
"BANGSAAAAAAAT!!!!!"
"wkwkwkwkwkwk", Meev ngacir Aoi ngangkat wajan buat getok palanya.
"siapa ngerape siapa? Sialan!", gerutu Aoi kembali berjongkok nyelesein mungutin pecahan pecahan cangkir
***
Meev berlari ke arah ruang tamu menghindari serangan wajan dari Aoi, tiba tiba ia berhenti mendengar suara langkah seperti terburu buru naik tangga. Meev memiringkan kepalanya melihat tangga menuju ke ruang atas, Seperti sedang berpikir. Mendadak sudut sudut bibirnya melebar, Meev bersiul siul sambil perlahan menaiki tangga.
***
tok... tok... tok...
"gue masuuuuk!", Meev nyelonong, "hallo paha sekushi e!! weeeeh megang gitar? Emangnya bisa maen gitar?"
Uruha gak ngerespon, pura pura kencengin senar senar gitar, "wew~ gue dikacangin", Meev duduk di tepi tempat tidur di samping Uru. Uru sedikit beringsut menggeser tempat duduknya agak menjauhi Meev, Meev hanya menyeringai melihat ekspresi wajah Uru. "weeeeeh!!", Meev tiba tiba ngerebut gitar dilahunan Uru, "waaaah gitar ini? Masih bagus ternyata"
"Lu apaan?", Uru ngerebut lagi gitar Aoi dari Meev
"ahay~ gitar dari gue itu. Si Awo ngejaganya dengan baik selama gue gak ada, wah wah gak kerasa udah 6 taon lalu", Meev geleng geleng kepala.
"........"
"eh, coba lu maenin. Lagu apa kek"
"........"
"oi, serius bisa maen gitar? Haha~ mau gue ajarin gak?"
Uruha bergeming.
"jah, kacang!"
Uruha mendelikan matanya sekushi, "hari gini cowok gak bisa maen gitar? PARAH!!!"
"he? Woooh~ haha gitu dong!", Meev nepuk nepuk punggung Uru, "Eh, lu cowok ya?", *cengok*
"........"
"........"
Grep!
Uru menarik kerah kaos tipis yang dipake Meev kasar, "lu hati hati kalo ngebacot ya!", ancam Uru
"eeeee~ wah wah sabar bro sabar!! Cantik cantik kok ganas wkwkwk", Meev berwekwek-ria. Wajah Uru semakin memerah menahan kekesalan. Ia mengeratkan cengkraman tangannya di kerah kaos Meev, mendadak tangannya mendorong tubuh laki laki berpearcing itu terlentang di atas tempat tidur, "He~", Mata Meev membulat, "HEEEEEEEEEEEE?????"
tangan Uruha memaksa menyingkap kaos putih tipis yang dipake Meev, "tu-tunggu paha sekushi eeeeee!! Suami lu di bawah lho! WUAAAAAAA~ GUA MAU DIRAPEEEEE!!!"
Uruha terdiam setelah berhasil melihat apa yang ingin ia lihat, yang semenjak tadi mengganggu pikirannya, Meev menurunkan singkapan kaosnya yang membuat perutnya terekspos, "Wueeh~ gue berdosa", Meev memeluk dirinya sendiri
"........"
"sori kalo penampilan gue buat lu tergoda, tapi gue-"
"perut lu"
"Heeeeeeeeeee?! Perut gue? Perut gue emang ramping, tapi si Awo ju--hueeeek!!!"
Uruha menekan rahang Meev dengan maksud menghentikan bacotannya yang kayak rem blong, "di perut lu? Apa itu bekas cakaran si gurame?"
"......." *meev cengok*
"Sebenarnya gimana hubungan lu berdua dulu?"
"........"
"GUA TANYA!!!!", Uru esmosi. Meev hanya menyeringai tipis, "lu tadi mampir ke bawah kan? Nguping ya?"
Uru geram seperti diremehkan, ia semakin menekankan tangannya di rahang Meev, "apa yang lu berdua lakuin tanpa sepengetahuan gue?!"
'menarik', meev ngebatin. "hmm~ Hehe~ emang perlu ya ngomong ke lu?"
"Lu--", Uru mengepal tangannya kuat, "gue bener bener nyadar, kalo gue bener bener benci lu!"
"woah~ gue terkejut! Gue pikir lu udah nyadar dari dulu wkwkwkwk"
BUKH!
Uru memukulkan kepalan tangannya ke kasur tepat di samping kepala Meev, "GUE GAK MAIN MAIN!!! Lu tuh ganggu pemandangan!"
"hem hem lu lagi dibakar api cemburu paha sekushi e! Tenanglah cantik"
"GRRRRRR~"
"Santai^^"
Uru merasa semakin diremehkan dan dipecundangi *alah dipecundangi?* seorang banci, Uruha bersumpah akan mengutuk laki laki? di bawahnya ini seumur hidup, "lu benar benar brengsek", Uru mengarahkan kepalan tangannya ke wajah meev yang masang tampang innocent, membuat Uru semakin bernafsu mendaratkan pukulannya di wajah bejad itu. Namun dengan sigap tangan Meev menahan tangan Uru, "wah wah serius nih?", Ucap Meev sambil tersenyum, tangannya memelintir pelan tangan Uru yang di pegannya.
"AAAAAAAARGH!!!!"
Meev menangkap leher Uru, dan mendorong tubuhnya ke samping membuat posisi mereka berbalik, "hmm~ lu gak bisa dikasih tau sih, jangan salah. Gue udah berpengalaman dalam hal kayak gini jauh sebelum lu", Meev menyeringai.
"arkh~~ sialaaan", tangan Uru berusaha melepaskan cekikan tangan Meev di lehernya, "Argh!"
Meev merendahkan kepalanya ke wajah Uruha yang sedang berjuang mendapatkan haknya mengambil nafas, sekuat tenaga berusaha melepaskan cekikannya, "hmm~ lu beneran cowok? Kok cantik begini ya? Salah dilahirin apa? wkwkwk"
"BAN--hmph", Uruha belum sempat nyelesein kata katanya, keburu dibekep Meev
"Banci? Hehe~ gak boleh lho! Cuma suami lu yang boleh nyebut gue kayak gitu^^ "
"Hmmmmmmmmmpph"
"mau gue ajarin gak?^^"
"Hmmmmmmmpph"
"gimana ngadepin si Aoi di atas ranjang heuheu ^0^"
DEG!!!! <- jantung paha
kret.
"sor--"
"........" <-- Aoi membatu
'gurame!!!!', Uruha membelalakan matanya, menyadari posisinya lagi gak enak di pandang.
"woh Awo--", Miyavi tanpa dosa turun dari tubuh Uru, nyamperin Aoi yang membatu depan pintu, "eh, lu buatin mocca buat gue juga? Hehe anak pinter", Meev usap usap kepala Aoi sambil ngambil cangkir mocca yang disodorin Aoi dari tangan satunya.
"cih!", Aoi menepis tangan Meev lalu menjitaknya pelan. Aoi segera nyamperin Uru duduk di sampingnya sambil nyodorin secangkir mocca. Uruha hanya menatapnya curiga gak buru buru nerima mocca yang disodorin sang gurame, apa cuma segitu responnya setelah melihat kekasihnya digencet *XD* cowok lain?
"kenapa?", Aoi tampak mengernyitkan dahi
Uruha mengambil cangkir moccanya, sambil memalingkan wajah, "kagak!"
"BWAAAAHH cuih cuih", Meev heboh sendiri setelah menyeruput moccanya, "ASIN GILA!! AWO!! LU PAKE GARAM YA!?", protesnya.
Aoi terkekeh, "sori, salah masukin kali"
"alah, sengaja lu"
"hehe~", Aoi melirik Uruha di sampingnya yang entah kenapa kayak bengong mandangin cangkir moccanya, Aoi mendengus, "tenang aja, gue gak salah masukin gula kok kesitu"
"......."
"CUIH!! tetep aja asin", Meev menggerutu lagi
Aoi masang deathglarenya, "udah asin, kenapa diseruput lagi? Pergi lu ah!"
"emang sengaja lu ya!"
"iya iya, pergi sana!"
"cis, ya udahlah.. moga berhasil ya paha sekushi e! Ingat apa yang gue ajarin tadi kikikikik"
cklek.
"hah? Semoga berhasil apa? Ajarin apa?", Aoi menatap Uruha penuh curiga
"be- apa? Gue juga gak tau! Ngarang tu orang", Uruha menyeruput moccanya merasa gugup, "BWAAAAAAAHH HANAASH!!", Uruha muntahin lagi moccanya lalu ngipas-ngipasin mulutnya pake tangan.
"eeeh? Hati hati dong!", Aoi ngambil cangkir di tangan Uru, ikut ngipas-ngipasin mulut makhluk berpaha sekushi itu. Menyadari wajah mereka saling berhadapan, dekat. Kedua makhluk itu berhenti kipas mengipas mulut, dan akhirnya saling bertatapan gak jelas. "eee... Ada jerawat di jidat lo tuh", Aoi buka mulut
Uruha refleks nutup jidatnya pake tangan, "lu apaan sih hah? gak penting amat", Uruha mendengus lalu memalingkan wajah setelah merebut cangkir di tangan Aoi, niup-niupin mocca buat diseruput lagi.
"........"
"........"
"........"
"........"
~krik..
~krik..
~krik..
---25 menit kemudian---
"Arrrrrrrgh! Gua boseeeeeeennn!!", Uruha nyekik nyekik Aoi
"ohok.. Gue juga bosen"
"kenapa lu gak ngomong? Sunyi senyap kayak kecoak keinjek lu!"
"lhaaa lu sendiri kenapa mingkem?"
"EMANG HARUS SELALU GUE YANG BUKA PEMBICARAAN?!", uru naek darah
"argh~", Aoi garuk garuk tengkuknya.
"......."
"......."
"oke", Aoi mulai menarik nafas, "mau ngapain lu ke sini?"
CLEB!!!
Seperti ada panah tajam yang nusuk pantat Uru eh paha Uru (-.-hati!!!) diberi pertanyaan seperti itu, Uruha segera bangkit dari duduknya, "oke, gue balik!"
"hah?0.0"
"emang gue gak diundang sih ya", sindir Uruha
"eh? Tunggu! Bukan gitu maksud gue", Aoi narik sweaternya yang dipake Uruha, "ahk~gue gak tau mau ngomong apa", Aoi tampak frustasi menggaruk garuk kepalanya yang gak gatal.
"fiuh", Uruha menghela nafas berat. "yang bener aja dong, udah berapa lama kita hubungan?"
Aoi hanya menatap kekasihnya datar, "hmm~", Aoi berdiri, menyamai tinggi Uru hingga mereka berhadapan, "gue ke toilet ya", ucapnya lesu sambil melengos dari hadapan Uruha.
"ya-yang benar aja!", Uruha buru buru mendahului Aoi yang hendak pergi keluar, menutup pintu kamar dan menghalangi sang gurame untuk melarikan diri.
"eh? Gue mau ke toilet nih 0.0"
"Udahlah! Lu risih karena ada gue?"
"........", Aoi memasang tampang khas andalannya, wajah datar. "kalo lu ngomong kayak gitu, gue jadi bener bener risih"
"ck!", Uruha menarik wajah Aoi mendekatkan ke wajahnya, sampai bibir mereka saling bertemu, membuat Aoi sedikit membelalakan matanya agak terkejut dengan tindakan tiba tiba dari kekasihnya itu.
Uruha melingkarkan ke dua tangannya di leher Aoi, mencoba menikmati kelembutan bibir dower sang guramenya itu. Memiringkan kepalanya berharap mendapatkan kenikmatan lebih, namun seakan tak ada respon sama sekali dari lawannya membuat Uruha agak kecewa, entah karena Aoi terlalu syok atau apa?0.0
Uruha melepaskan kecupannya, memandang Aoi dengan penuh tanda tanya atas perlakuan gurame itu terhadapnya, "ada apa?"
"ah, nggak", Aoi lagi lagi menggaruk garuk tengkuknya kelihatan gugup, "rasanya udah lama kita gak---"
"iya, lalu?"
"hah?0.0"
Bruk!
Uruha menarik Aoi, membawanya bersandar ke dinding, "eee~", tanpa memberi kesempatan Aoi bicara, Uruha kembali mengecupnya kali ini lebih dalam dan dalam. Uruha berusaha membangkitkan minat si Mr.gengsi itu dengan berlaku sedikit nakal, menggerak-gerakan lidahnya memaksa Aoi untuk membuka mulut dan membiarkan lidahnya bermain main disana.
"hmmmp~", Aoi tampak mulai menerima perlakuan Uruha dan ikut menemani lidah Uru yang bermain main di dalam mulutnya. Uruha agak tersentak menerima serangan balik Aoi diluar perkiraannya. Selama mereka menjadi sepasang kekasih sejauh ini, tak pernah Aoi mengecupnya sampai seperti ini.
Uruha sedikit menyeringai dalam serbuan ciuman Aoi karena tujuannya telah berhasil. Uruha membiarkan tangannya menggerayangi setiap inci leher jenjang Aoi, perlahan lahan turun ke daerah dada mencari kancing atau resleting yang bisa ia buka, karena merasa baju Aoi sangat mengganggunya. Namun kecewa Uru tak menemukannya karena Aoi pake t-shirt gitu, kagak ada kancing maupun resleting *kesalahan Author!* Uru gak putus asa, tangannya merangkak semakin ke bawah, perlahan menaikan t-shirt Aoi sampai tangan Uru dapat bersentuhan langsung dengan kulit perut sang gurame.
Aoi menghentikan aktifitas lidahnya, merasa ada sesuatu yang dingin menggerayangi perutnya sampai ke dada. Aoi bermaksud melepaskan ciumannya namun satu tangan Uru tak mengizinkan hal demikian, ia menekan tengkuk Aoi untuk kembali menciumnya lebih dalam dan memberinya kenikmatan lagi sampai membuatnya seakan hanyut.
Uruha semakin menaikan singkapan baju Aoi, membuat perut dan dada kekasihnya terekspos lebih banyak? XD
Uruha memeluk pinggang Aoi, menarik tubuhnya untuk lebih mendekat padanya. Aoi seperti memperoleh kesempatan untuk melepaskan ciumannya saat tangan Uru menjauh dari lehernya, "akh~ Uru--"
Uruha mentulikan telinganya berusaha tak mendengarkan apapun, menempelkan bibirnya di leher Aoi, menghisap tonjolan di sekitar sana membuat Aoi menggigit bibir bawahnya, "Uru--"
"gue gak denger!", ucap Uru sambil terus mengecup leher Aoi
"lu kena-nghhh...aaaaakh"
Uruha tak merespon atas pertanyaan Aoi yang belum diselesaikannya karena tindakan Uruha yang mewajibkan untuk mengerang nikmat(?)0.0
punggung telanjang Aoi yang berkeringat bersentuhan erat dengan permukaan dinding yang dingin, membuatnya sedikit bergidik. Apalagi cuaca dingin, di luar hujan lebat. Tapi dua pemuda itu malah berkeringat hebat wkwkwk
Uru kembali membiarkan tangannya bekerja, menggerayangi tubuh Aoi sampai akhirnya ia sampai di daerah itu(?), perlahan Uruha menurunkan resleting celana Aoi membuat pemiliknya membelalakan mata dan sontak mendorong tubuh Uruha menjauhkan darinya.
BRUK.
"Argh!"
"........", Aoi segera menutupi tubuhnya kembali dengan menurunkan kaosnya yang dinaikan Uru. Dan kembali menaikan resleting celananya yang juga diturunkan Uru.
"SAKIT GURAME!!!", protes Uru sambil usap usap bokongnya
"kenapa tiba-tiba?"
"apaan?"
"lu gak biasanya kayak gitu!"
"kenapa?! Lu keberatan?"
"gue cuma kaget"
"kaget? Bukankah wajar saja? Kita ini pacaran bukan?"
"iya Tapi--"
"mereka semua melakukannya, kenapa kita nggak?", Uruha berdiri
"Uruha! Gue gak--"
"cukuplah! lu gak menginginkan gue!!"
"Apa?! Kenapa lu selalu kayak gitu sih?!"
"emang gue kayak gini, lu tau gue sejak lama kan? Kenapa? Gak suka? Berubah pikiran?"
"HENTIKAN PEMBICARAAN KAYAK GINI"
"........"
"URUHA?! Apa penting hal kayak gitu?"
"menurut gue iya, menolak berarti gak ada harapan!"
"TAKASHIMA KOUYOU!!! Dengar ya... Siapa yang ngajarin lu kayak gini?"
"lu pikir gue bocah ingusan? Udahlah gue udah tau isi hati Shiroyama Yuu!"
"jangan bercanda!"
"Entah kenapa gue merasa lebih nyaman kayak dulu, waktu sebelum gue bilang suka sama lu. Jadi gue gak akan berharap lebih"
"hei~~ gak usah ngomong gak enak gitu lah"
Uruha melepaskan sweater yang dipakainya, melemparkannya ke arah Aoi. "lu acuhin gue! Lu ninggalin gue! Nolak gue! Gue cukup merasa gak dianggap, jadi udahlah", Uruha memakai baju dan jaketnya yang basah
"apa maksudnya 'udahlah'?"
"Gue nyerah. Manusia itu punya sifat bosan kan? Yah, masih untung itu. Gue gak tau, mungkin aja sejak awal lu emang gak suka gue! Pernah nolak sih, apa karena kasihan aja?", kecerewetan Uru kambuh gak memberikan kesempatan Aoi buat ngomong, "Mungkin si banci itu lebih menarik minat lu daripada gue, selamat bersenang-senang", Uruha berjalan melewati Aoi untuk keluar kamar
Grep
Aoi menggenggam erat lengan Uru menghentikan langkahnya, "gue baru sadar, lu gak pernah percaya gue sama sekali"
"kepercayaan itu datangnya dari tindakan, apa sikap lu pantes gue percaya?"
Aoi menarik lengan Uru kasar menyeretnya ke tempat tidur.
BRUK
"kalau kepercayaan lu bisa muncul karena hal kayak gini, ayo lakukan!"
tangan Uruha mencengkram sprei tempat tidur kuat, wajahnya tampak menahan amarah yang siap meledak kapan saja. "sialan!", Uruha berdiri dengan guling ditangannya, dan saat itu juga sang guling melayang nabok wajah Aoi. "wah wah, pikiran lu dangkal ya Aoi"
Aoi mengepal tangannya kuat, "GUE GAK NGERTI LU TUH MAUNYA APA SIH HAH???!!"
"........", Uruha spontan menampar Aoi meluapkan kekesalannya, "sampai jumpa besok Aoi-sama... sebagai teman"
Uruha beranjak dari tempatnya berdiri menuju keluar. Di luar pintu Uru nemu Meev lagi asik nguping, Uruha gak memperdulikannya ia segera menuju lantai bawah untuk menuju pintu keluar. Meev hanya mengernyitkan dahinya, merasa ada aneh... Dengan dua pasang sejoli itu...
"brengsek, pengen gue tarik bibir gurame dowernya itu! Eugh~", Uruha misuh misuh sambil jalan keluar rumah
tobeCONTINUED
gaje bener yak

I'm Straight *bonus* : Taisetsuna hito 3

Title : Taisetsuna hito
Author : Rukira M
rated : M *bledug* 17+
genre : gajeromance/ school/ friendship/ boysLove [YAOI XD]
fandom(s) : the GazettE, Alicenine dll
pairing(s) : Meev x Aoi x Uru, [slight : Reituki, Tosa]
chapter : 3 *baru 3? udah lewat setengah taun baru chap 3?-GUBRAKK-*
Warning : Y-A-O-I... yang tidak suka, silahkan sukai XDDD kecuali anak di bawah umur 17!!!!! saia usir anda dengan terhormat^^buat jaga2!!!! ABAL!!!!!
note : MAAF LAMA!!! toloong jangan dianggap serius fic ini
***
aku ingat malam itu, malam untuk pertama kalinya seseorang 'menyentuhku'...
Aku tau, dia mengajariku banyak hal -dan semuanya hal negatif- menggoda cewek, bolos sekolah, merokok, pake piercing, dan yang paling parah adalah 'itu'....
Diusiaku yang baru beranjak 11 tahun, aku sudah mengalami banyak hal-yang seharusnya belum waktunya kualami- semua karena 'sibrengsek' itu...
Tapi entah kenapa.. Aku tidak bisa membencinya.
***
"rumah gue?"
"e'em"
"gak ada siapa siapa, ibu gue kebetulan pulang ke kampung halaman jenguk nenek"
"ah, syukurlah~!"
"he?"
"eh! Maksud gue haha kasian lu sendiri di rumah"
Aku hanya menatapnya datar. Aku tidak mengerti dengan orang di hadapanku ini, kemarin dia marah marah dan semudah membalikan telapak tangannya sekarang dia terlihat begitu ceria dan berbinar, aku tidak tau apa yang membuatnya terlihat begitu bersemangat hari ini? bahkan aku melihat seperti ada bunga-bunga yang tumbuh di atas kepalanya.
Eh? Apa aku berhalusinasi?
Tidak! Dia memang memakai err~ bando bermotif bunga di kepalanya. Tunggu!! Bando? Apa aku berpikir itu bando? Bagaimana bisa aku berpikir itu bando, tapi pada kenyataannya itu memang bando. Hei~ apa dia mulai tidak waras? Apa dia tidak sadar kalau dirinya seorang--laki laki?*setengah*
"Awo? Hallooo~"
"eh, he?"
"lu melamun? Apa karena ini?", dia menunjuk benda bermotif bunga bunga di atas kepalanya, "ehehe bagus ya? Apakah cocok?"
sekalipun itu untuk membuatnya terlihat manis di depanku, aku tidak suka ke'manisan yang dibuat buat seperti itu. Tanpa itu pun dia sudah terlihat manis bagiku, justru aku merasa aneh melihatnya memakai benda ke'cewek cewean begitu.
"lepaskan!"
"Eeeeehh!!"
"sudah lepaskan saja!", aku mengambil bando itu dari atas kepalanya, "Apa lu mau disebut bencong he?"
PLAK!
sesaat aku seakan tak sadar, tau tau kepalaku sudah berputar 90 derajat dan pipiku panas. Kalau saja sekarang ada cermin di hadapanku, aku pasti bisa melihat bekas telapak tangannya terpahat merah di sebelah pipiku. Apa dia mengenakan seluruh kekuatannya untuk menamparku? Sampai begini berdenyut... Apakah kata kataku telah menyinggung perasaannya? Aku pikir aku sudah terbiasa memanggilnya dengan sebutan yang menggambarkan dirinya--maksud?-- kenapa sekarang dia marah? Benar benar seperti pemanas air saja.
"gimana lu bisa ngomong hal begitu dengan entengnya?"
" 'hal begitu'? Maksudnya Bencong?"
"Arrrrrrrrrrgghh!! Malah diulang!!"
aku menyipitkan mataku melihatnya misuh misuh kayak cacing kepanasan, "emang kenapa dengan BENCONG?", Tanyaku lagi setengah menggodanya. Matanya berkilat sambil menggembungkan kedua pipinya.
"DASAR GURAME DOWER!!!"
teriaknya sebelum akhirnya beranjak pergi meninggalkanku. Lihatlah itu! Dia mengataiku, tapi aku tak marah. Itu malah membuatku mengatupkan bibirku karena menahan ketawa. Iya, dia manis saat sedang marah, apalagi jika marahnya itu karena aku berhasil menggodanya. Membuatku selalu ingin menggodanya dan menggodanya sampai bibirnya mengerucut membuatku tak tahan untuk mengecupnya... Hm.. mengecupnya? Bahkan aku tak ingat kapan terakhir kali kami berciuman.
"huft~Payah!"
***
"BRENGSEKBRENGSEKBRENGSEKBRENGSEEEEEEEEEEEKKKKK!!! Gurame sialan! Bikin mood gue jadi buruk! Sebenarnya siapa yang kurang peka sekarang? Aku akan menuntutnya karena mengataiku begitu dulu!! Grrr~", Uruha misuh misuh di depan cermin.
Sejenak ia memejamkan matanya, menarik nafas perlahan..., "suasananya jadi kagak enak dah!! padahal kesempatan bagus", Uruha bergumam pada dirinya sendiri menundukan kepalanya dengan kedua tangan menekan wastafel. "si gurame dower itu~~~"
***
Kriiing~~~
KRIIIIIIINGG~~~
"AaAAAAAAAAAAARGHH!!!"
"hehe"
Brak.
"AWOWIIIIIIIIIIIIIII", Uruha ngamuk jengut jengut rambut Aoi karena udah mengganggunya dalam project pembuatan pulau instant. "lu masih bawa jam weker ginian?", Uruha sewot merebut dengan kasar jam weker yang dipegang Aoi
"tentu, kan buat nyadarin lu tiap kali mati suri", ucap Aoi kelewat santai sambil melepaskan tarikan tangan kekasihnya itu di rambutnya lalu mengambil kembali jam weker kesayangannya dengan lembut dari tangan sang kekasih. Uruha mendengus setengah memajukan bibirnya kembali duduk di bangkunya sambil melipat kedua tangan di depan dada.
"eh, mana si Kamijong?"
"udah keluar dari tadiii~", jawab Aoi sambil membereskan buku buku Uru yang masih betah di atas meja dalam keadaan sangat tidak tertata lalu memasukannya ke dalam tas. Aoi tidak akan selapang dada ini Kalau saja ia tidak diberi "rasa" itu terhadap teman sebangkunya yang satu ini sejak dulu. Kebiasaannya tidur di kelas, gampang ngamuk, "agak" aneh, cerewet dan manja --mungkin yang terakhir itu satu satunya sifat buruk Uru yang hanya ia lakukan terhadap Aoi-- satu kelebihannya, PAHA! dan demi 1 kelebihan itu Aoi bertahan, setidaknya dia masih bisa terhibur hanya dengan mengingat kemulusan paha kekasihnya itu*jotos!*
"ikou!", Aoi berdiri menarik Uruha untuk ikut pulang bersamanya.
"eh tunggu!", Uruha menepis genggaman tangan Aoi, "eee-"
"hm?", Aoi berdiri agak memiringkan kepalanya menunggu apa yang hendak dikatakan Uruha.
"ano~~~"
"........."
"err~~~", Uruha menggaruk garuk belakang kepalanya. Sepertinya apa yang hendak ia katakan cukup sulit sampai membuatnya harus memutar otak memikirkan cara yang tepat untuk menyampaikannya. Wajar saja, bahkan Uruha tidak tidur semalaman memikirkan hal ini, kadang tiba-tiba menjerit sendiri memikirkan hal yang tidak tidak tidak, sampai membuat Hizaki-sama --sang ayahanda-- pun ikut menderita, terjaga sampai pagi tiba karena suara cempreng sang paha terus terusan mengalun di sepanjang waktu tidurnya.
"gak mau pulang bareng? Oke", Aoi melengos dengan indahnya tak menunggu respon Uruha yang masih asik dengan pikiran pikiran rumitnya. Sang gurame tidak punya banyak waktu untuk hal yang bahkan tidak jelas, dan lagi menunggu itu meletihkan*weks!*
Uruha kembali kedunia nyata--pikirannya--. Ia menyadari lawan bicaranya telah hilang--lebih tepatnya kabur--, Uruha masih terdiam di tempatnya berdiri mencerna apa maksudnya ini?
"NANIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII!!!!!!"
***
Uruha duduk selonjoran di sofa sambil mencet mencet remote. Wajahnya kusut merasa tak nyaman dengan keadaannya. Padahal Ruki, Reita dan Kai lagi pada enjoy enjoynya dengan hidup mereka. Numpang berantakin rumah Uru tanpa permisi, numpang berisik tereak tereak gak jelas, dan dengan senang hati minta makan tanpa bilang dulu pada pemiliknya.
Sesekali Uruha mendelik teman teman spe'sial'nya agak sinis, kecuali pada Ruki... Ia tak kan sampai berani melakukannya, walau bagaimana pun boncel itu pernah menjadi pujaan hatinya XD
"lu kenapa uru?", tanya Ruki sambil duduk di sofa di samping Uruha sambil ngemil makanan ringan. "kok dari tadi kayaknya BT mulu sih, ada masalah ma si Awo ya?", tanya Ruki sok tau
"heee? Kagak! Perasaan lu aja kali Ruk"
"masa? Insting gue tajem lho!! Ngaku aja lah"
Uruha mengernyitkan dahinya, setahuanya Ruki memang punya rasa kepedulian yang tinggi terhadap teman temannya. Dan lagi mungkin memang benar instingnya kuat. Tapi apakah tidak apa apa Uru menceritakan masalah yang mengganjalnya itu pada anak kecil? Heh? Sialan! Maksudnya pada Ruki, secara dulu kan Uruha pernah ngebet banget sama bocah satu ini, gak enak aja kalo harus cerita 'begituan'(?) sama orang yang pernah disuka. "err~ gak ada apa apa, sumpah!", Uru ngacungin 2 jarinya setengah nyengir
Ruki sedikit mengembungkan pipinya agak kecewa Uruha tidak terbuka padanya, sebab Ruki yakin betul mengenai kelebihannya 'insting yang kuat' XD
"ya sudahlah", Ruki mendesah beranjak dari sofa hendak meninggalkan Uruha dan kembali bergabung dengan Kai dan Reita.
"eeehh! Ruki!", Uruha menarik tangan Ruki kuat membuat bocah itu kembali terduduk di sofa, "lu marah?!", tanya Uru panik, paling takut kalau bocah kawaii itu membencinya.
"hah?"
"beneran gue gak apa-apa! Lu jangan marah dong!", Uruha udah masang tampang khawatir
Ruki mengerutkan dahinya, "gue gak marah kok"
"serius? Hehe syukur deh... Lu imut banget si jadi makhluk", Uruha cubit cubit pipi Ruki gemes, bocah itu adalah hiburan buat Uruha di saat kayak gini. Ruki segera menepis tangan Uru dari pipinya lalu menggeplak kepala makhluk berpaha mulus itu jengkel, namun Uruha tak jera menggoda teman mininya satu itu gak sadar sepasang mata udah berkilat kilat mengawasi kelakuan mereka semenjak tadi.
Pletak.
Sebuah pensil melayang tepat mengenai jidat Uru, "duh apaan ni-"
Puk!
Sebuah Buku.
"WOI LU-"
BRUAK!
Uruha agak terjengkang(?) karena sebuah tas beserta isi isinya mendarat tepat di mukanya, "BRENGSEK! APAAN NIH?", Uruha membanting tas sialan itu ke sembarang tempat. "Reita? Lu ya!?"
Reita mendelikan matanya, "cuih!"
Tonjolan tonjolan urat saraf Uru bermunculan dijidatnya jengkel, memaksa untuk tersenyum, "dasar bocah!"
"Hah? Apa lu bilang?", Reita nyamperin Uru menggebu gebu
"BOCAH lu!!"
"BENCONG!!"
"ANJRIT!!!! Cari mati, lu demek!"
"Lu lekong"
"GRRRRRRAAAAAAWWWW", Uruha naik darah dikatai lekong. Dan akhirnya seperti biasa, saling jambak, saling cekik dan mereka bergumul layaknya kucing dan anjing.
Entah berapa waktu berlalu Ruki dan Kai ngebiarin Uruha dan Reita maen smack down smack down-an, ampe idung Reita mendadak pesek, nosebandnya nyengsol(?), jambulnya amburadul. Baju Uruha berantakan, rambutnya kusut dijambak jambak Reita, pahanya? Tetep mulus. Kagak ngaruh ke situ.
Kai asik melongo nonton gulat gratis sambil sesekali mamerin lesung pipitnya. Ruki mulai bosan, kesel liat kelakuan 2 makhluk bernoseband dan berpaha itu, ia bangkit dari sofa lalu menarik jambul Reita, "lepasin gak?", ancam Ruki pada Reita yang lagi cekek-cekek-an ama Uru.
"auh! Ruk! Ruk! Ruk! Adududududududuh!"
"LEPASIN KAGAK?!"
"yayayayayay~ lepasin rambut gue! Lepasin! Aduuh", Reita meronta ronta minta dilepasin. Ruki mendengus lalu kembali duduk di sofa.
"huh! Kok gue aja sih? Pilih kasih!", Reita ngedumel sambil rapiin jambul ma nosebandnya, "dasar bekel sialan!"
"bekel?" -tring!-
"ck! Eheheheheheh", Reita buru buru duduk di samping Ruki, pura pura pijitin pundaknya.
Uruha bangkit dari lantai nepuk nepukin pahanya, "huh! Dashor lu kekanak kanakan!", Uruha ngelempar bantal sofa ke wajah Reita
"Bwuah! Paha sialan, awas lu!", Reita sok sok ngacungin jari tengahnya. Uruha kembali melemparinya dengan bantal sofa. "Ruk, tar gue mau bicara", ujar Uru sambil ngedipin sebelah matanya sedikit menggoda Ruki.
Reita refleks meluk Ruki, "MILIK GUE!!!! Jangan ganggu!!!", tegas Reita sambil melototin Uru.
"jiahahah bener kan, lu kayak bocah tau"
"bodo! Lu urus aja gurame lu tuh! Hus hus pegi"
"ini rumah gue kunyuk! Lu yang pegi sana!"
"EKHM!!!"
Ruki melirik Reita nista, matanya mengarah ke bawah ke arah tangan Reita yang dengan erat meluk tubuhnya mengisyaratkan untuk ngelepasin. "hheu~ pissu Ruk!"
"berani meluk gue lagi, gue gundulin lu"
Reita ngangkat tangannya buru buru lari ke dekat Kai, pundung ceritanya.
"Mau ngomong apaan Uru? Sekarang aja"
"err~ gimana ngomongnya ya?"
"alah ngehe, mau ngomong aja susah", Reita mencibir yang buru buru dilempar sendal ama Uru.
"AH! Uru, Ao ngajak kamu gak?", Kai akhirnya buka mulut ngikut nimbrung
"he? Nga-ngajak apaan?", wajah Uru tiba tiba merona *tampol!* menyalah artikan pertanyaan si kempyot Kai yang masih polos suci.
"katanya dia di rumah sendiri hari ini, tadi dia ngajak aku sama Reita sama Ruki buat nginep di rumahnya"
"........."
jtik! Reita menjentikan jarinya, "wohoo bener juga, gue lupa tuh. Lu pada mau nginep kagak?"
"pengen sih, tapi aku gak akan diizinin mama kayaknya"
"halah! Hari gini gak diizinin mama?", Reita slap kepala Kai, "Lu mau Ruk?"
"gak ah, Kita kan ada PR... gak kan bener kalau nginep kita ngumpul, gak kan bisa ngerjain"
"jah! Lu Paha?"
"ha? Dia kagak ngajak gue. Ngapain?"
"heeeeeee?! Masa bininya sendiri malah kagak diajak? Bukannya kesempatan tuh?", Reita shock berat, menyayangkan keadaan XD
"Kesempatan kesempatan apa hah?", Uru udah ngangkat sebelah lagi sandalnya siap siap buat ngelempar muka Reita.
"eh mau pulang hujan tuh, sayang banget", gumam Kai
"hujan ya? Sejak kapan? Wah gak bisa pulang niiih, udah sore ini", Ruki panik
"tenang aja, biar sopir gue yang anterin*ceileh*", ujar Uru
"woahahah lu baik juga paha"
"kecuali si noseband, biar dia pulang jalan kaki aja", Uruha melengos
"ANJRIT!!", reita gebrak meja
***
Ruki, Reita dan Kai udah kumpul di depan rumah Uru siap-siap mau nebeng mobil Uru, "thanks Uru, tar gue bayar ongkosnya deh hehe"
"hehe~ bayar pake senyum lu aja Ruk", Uruha niat goda Ruki malah dia yang malu malu nepuk nepuk punggung Ruki. Ruki hanya menatapnya datar, baginya tingkah Uru gak lucu sama sekali.
"najoz lu", Reita nyentrungin kepala Uru dari belakang
"lu apaan sih? Belum puas gulat ama gue?"
"Urus suami lo tuh! Kasian dia kedinginan di rumah sendiri xixixixi", Reita terkikik dengan kata katanya sendiri.
"........."
"kesempatan lho! KE-SEM-PA-TAN", Reita bisik bisik gaje
Uruha mengernyitkan dahinya, "lu-lu ngemeng ape sih pesek!!"
"alah, gue juga tau fufufu"
Uruha membatu.
"woi, buruan dong! Mau naik gak? Udah sore nih", Ruki misuh misuh udah PW ma Kai dalem mobil
"oke cin, capcus!", Reita siap siap naik mobil dengan pikiran bisa duduk di sebelah Ruki, namun Uru menarik jambulnya.
"gue kan udah bilang, lu jalan kaki aja pesek!"
"HAH? GILA", Reita buru buru naik mobil dan sesuai harapannya ia berhasil duduk di sebelah Ruki hasil nyingkirin Kai.
"brengsek! Turun lu! Apa maksud lu tadi haaah?", Uruha maksa tarik tarik kaki Reita. Entah kenapa si noseband satu itu selalu tau apa yang ada dipikirannya. Uru benar benar punya teman teman yang unik hmm...(-.-)
***
Uruha mondar mandir di kamarnya, sok gelisah pontang sana panting sini XD Sambil liatin hapenya berharap ada panggilan atau pesan yang masuk dari sang gurame. Namun setengah jam ia bolak balik malah sms dari si noseband yang ngebrudul dengan isi sms yang sama.
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
--KE-SEM-PA-TAN LHO!!--
"grrr~ gak ada kerjaan banget nih makhluk"
Uruha tampak berpikir sejenak, memang benar apa yang dikatakan si noseband itu, karena ia juga berpikiran hal yang sama. Namun setelah perlakuan Aoi yang meninggalkannya tadi, dan lagi tak ada ajakan untuk datang ke rumahnya seperti apa yang ditawarkannya pada Ruki dkk oleh Aoi padanya. Uruha jadi bimbang, mungkin Aoi tak menginginkannya untuk berada di dekatnya sekarang *cieeeh!*
Uruha mengambil jaket membuka pintu kamarnya dengan agak ragu, 'euh!', Uru mengacak acak rambutnya sendiri. --Tapi kalau tidak sekarang, kapan lagi kan?-- pikirannya terus menerus mengulang ulang kalimat yang sama karena terpengaruh kata kata di sms dari si noseband Reita, hmm~ berjuanglah Uru!! (-.-)
Di tempat lain, orang bernoseband yang terjebak macet ditengah hujan senyam senyum nista sendiri dengan kelakuannya, membuat 2 teman di sebelahnya mengernyitkan dahi.
'sinting'
***
Ckit! *walah*
Uruha memarkir mobilnya di depan rumah minimalis. Ia segera turun dari mobil lalu berlari menghindari hujan setelah mengunci pintu mobilnya.
Uruha diam sejenak sebelum akhirnya ia memberanikan diri menekan bel. Hanya satu kali tekanan saja, setelah itu Uruha menunggu respon orang rumah untuk menyambut kedatangannya sebagai tamu yang tak diundang, entah kenapa Uruha merasa berdebar debar. Beberapa lama ia menunggu, namun sang tuan rumah kagak nongol nongol juga.
'budeg apa ya?', Uruha ngebatin
Sekali lagi Uruha bermaksud untuk kembali menekan bel, namun tiba tiba pintu rumah minimalis itu seperti ada yang membuka dari dalam. Jantung Uru entah kenapa tiba tiba semakin berdebar saat seorang laki laki berbibir gurame muncul dari balik pintu walau dengan muka kusut seperti habis tidur.
"weh! PAHA?!"
"........"
Aoi buru-buru keluar dari rumah menuju gerbang dimana Uru menunggunya, gak perduli dengan keadaan penampilannya yang hanya memakai boxer dan kaos oblong XD berlari ditengah hujan. "heh? Ngapain lu ujan ujanan gitu?", tanya Aoi sambil membukakan gerbang rumahnya, "cepet masuk!", Aoi menarik tangan Uru untuk masuk ke rumahnya.
"kok lu gak bilang mau datang?!", tanya Aoi sambil berlari menuju teras rumahnya.
"gak boleh hah?"
"jah! Tumben aja, Setidaknya kalau lu bilang gue gak kan berpenampilan kayak gini"
Aoi dan Uruha udah nyampe di teras rumah. Uruha tak bisa mengalihkan pandangannya memperhatikan Aoi yang lagi nepuk nepuk rambut dan bajunya basah karena air hujan.
'emang kenapa kalau berpenampilan kayak gitu?', batin Uru, "eh pahanya keekspos'
"hee? Liat apa lu?", Aoi pura pura nutupin pahanya merasa diperhatiin Uru dibagian situ.
"HAH? KAGAK!! Apa apaan sih?"
"becanda^^", Aoi ngusap usap rambut Uru. Diperlakukan begitu tentu saja bikin Uru jadi salting. "ayo masuk! Baju lu basah tuh, biar ganti pake baju gue"
"i-iya... Ano~ gue-"
"hem hem hemmm~"
tiba tiba bulu kuduk Uruha merinding mendengar sebuah suara yang amat sangat dikenalnya, dan yang pasti suara yang sangat tidak Uru inginkan berada di sini sekarang.
"yuhuu~", Meev bergaya nyender(?) di ambang pintu dengan cuma pake boxer pink ama kaos daleman XDDD sambil ngemut permen mengedipi Uru, "hallo paha sekushi e, apel ke rumah pacar ni ye~ mentang mentang ortunya kagak ada wikikikik"
"BANCIII!!!!"
tobeCONTINUED
T_T gak ada?