Search + histats

Thursday 28 February 2013

Natural Sense ★18


Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 18
Warning : bahasa sakarep, ancur! Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 12 pages (3.472 words)
Note : aa (._.)a mungkin banyak typo karena gak baca ulang!! *masuk karung* eee!! Gomen untuk update-an yg tiap hari, mumpung saia sedang semangat 69 sebelum ng-stag lagi (mungkin) saia harap minna gak mual-mual karena keseringan update ini DX gomen!~ bzzzztt *kestrum*



Chap 18 : ~Acceptance~

Natural Sense ~♪
ナチュラルセンス

“tadaima”, Ruki kembali menutup pintu apato Saga.

Pukul 10:25 pm.

Waktu pulang kerja Ruki adalah pukul 10, sedangkan perjalanan dari sana ke apartemen Saga memakan waktu sekitar 15 sampai 20 menit. Jadi kira-kira pada jam seperti saat ini lah Ruki akan berada di rumah untuk seterusnya.

“kau belum tidur?”, tanya Ruki melihat Saga masih asik duduk di sofa sambil memainkan netbooknya.

“aku bukan anak mami yang harus berada di atas tempat tidur saat jam manunjukan pukul 9”

Ruki menyimpan tasnya di atas sofa, lalu beranjak ke kamar mandi dengan membawa baju ganti.

“oi !”

Ruki kembali menengok ke ruang utama mendengar Saga memanggilnya. “jangan memberikan nomor ponsel orang tanpa seizin orangnya!”, ujar Saga sambil berdiri dari sofa lalu beranjak dari sana dengan membawa netbooknya, masuk ke kamar dengan diakhiri sebuah debaman keras pintu yang membuat Ruki menutup sebelah matanya.

Ruki memajukan bibir bawahnya karena tingkah Saga. “jangan suka fitnah orang tanpa seizin orangnya dong”, Ruki mencibir sambil ngeloyor ke kamar mandi. Tapi Ruki tahu Saga bertingkah pake banting pintu kamarnya itu bukan karena alasan yang ia katakan barusan, tentang nomor ponsel?
Ruki tahu Saga tidak akan sampai emosi begitu hanya karena dia memberikan nomor ponselnya pada Tora? hal itu bukan apa-apa dibandingkan dengan kejailan laki-laki kerempeng itu terhadapnya bukan? Ruki tahu teman serumahnya itu sedang dalam mood yang sangat tidak baik sekarang.
ya Ruki tahu, karena dia melihatnya, melihat se-mu-a-nya!

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

“kau betah?”

Ruki menganggukan kepalanya sembari menyeruput jus yang baru di pesankan kakak kelas bernoseband di hadapannya. Meski dia memang belum merasakan benar-benar betah di tempat kerja barunya itu, dia belum benar-benar akrab dengan teman-teman kerja lainnya dan banyak hal yang tidak dia mengerti dan kesalahan-kesalahan banyak ia lakukan di hari pertama kerjanya kemarin, namun ia tidak akan berani mengatakan tidak betah pada orang yang sudah dengan baik hatinya membantunya mendapatkan pekerjaan. Dan Ruki tahu, itu baru hari pertamanya jadi wajar saja ia belum merasakan betah, tapi untuk ke depannya ia akan berusaha membetahkan diri apalagi jika ia sudah mendapatkan gaji pertamanya.

“syukurlah”

“terimakasih Reita-senpai”, Ruki tersenyum.

“kau sudah mengucapkan itu sebelumnya”

“aku rasa satu atau dua kali ucapan terimakasih untukmu belum cukup, kau terlalu baik, sangat baik! Terimakasih terimakasih terimakasih terimakasih terimakasih terimkasih terimakasih—“, Ruki menunduk-nundukan kepalanya.

Reita tertawa menutupi mulutnya dengan punggung tangan, “benarkah aku sebaik itu? apa kau mulai jatuh cinta padaku?”

“terimaka—“, Ruki mengangkat wajahnya, “apa?”

Reita menggeleng pelan, tersenyum mengaduk-aduk sedotan di dalam gelas jusnya, “jangan jatuh cinta padaku ya! nanti masalahnya rumit hehe”, ujar Reita setengah iseng.

Ruki segera menarik jus di atas mejanya lebih mendekat ke arahnya dan mulai kembali menyeruputnya terlihat agak gugup, “tidak, aku tidak akan jatuh cinta pada Reita-senpai, mana mungkin haha”, Ruki tertawa maksa.

“mana mungkin…..”, Reita menyangga dagunya menatap Ruki dengan mata sipitnya itu, “mana mungkin ya haha”, Laki-laki bernoseband itu kembali mengaduk-adukan sedotan dalam gelasnya. Ruki hanya menatap kakak kelasnya itu dengan tatapan bingung sambil menyeruput jusnya, “soal kata-katamu waktu itu…..kau benar-benar membenci Uruha? ah maksudku, ya kau sering mengatakan kau membencinya tapi nadamu waktu itu membuat perasaanku sedikit tidak enak, apa Uruha melakukan sesuatu lagi padamu? Menyuruh orang mengerjaimu misalnya? Atau—“

“Reita senpai…”

“dan aku juga sering mengatakan padamu bukan, kalau Uruha itu… sebenarnya dia orang yang baik meski kadang dia kekanak-kanakan dia—“

“Reita senpai?”

“dia tidak membencimu”

“darimana kau tahu?”

“aku hanya merasa seperti itu”, Laki-laki bernoseband itu kembali tersenyum membuat mata sipitnya semakin tertutup.

Ruki tersenyum tipis agak menundukan wajahnya, “aku tahu kau teman baiknya, aku tahu kau…….”, Ruki menahan kata-katanya, “aku tahu kau tidak suka teman baikmu dijelek-jelekan, mungkin semua yang kau katakan tentang Uruha adalah benar, kau mengenalnya seperti itu, tapi aku mengenal Uruha seperti ini. kita orang yang berbeda senpai, kau dan aku punya sifat yang berbeda pula, bukan tidak mungkin juga Uruha memandang kita dengan pandangan yang berbeda, dan kita memiliki pandangan yang berbeda tentangnya. Aku membencinya bukan tanpa alasan, dan pasti begitupun Uruha”

Reita menyangga dagunya dengan kedua punggung tangannya menatap lurus adik kelas mungil yang agak tertunduk memainkan sedotan dalam gelas jusnya, “jadi kau benar-benar membenci Uruha?”

“sudah ku bilang kan senpai”, Ruki mengangkat wajahnya sedikit tertawa hambar.

“aku tanya sekali lagi…… kau benci Uruha?”

Ruki merapatkan mulutnya menatap Reita yang dengan serius menatapnya, “kau marah padaku?”

“tidak, aku hanya ingin kau yakin dengan perasaanmu sendiri”

“aku yakin!”, tegas Ruki. “siapa orang yang akan bertahan setelah beberapa kali disakiti perasaannya! Beberapa kali direndahkan! Beberapa kali diabaikan! Dan selalu dianggap salah! aku sudah bosan berurusan dengannya! Aku hanya tidak mau menerima lagi semua sifat keterlaluannya!”, Ruki mengeratkan pegangan kedua tangannya yang melingkari gelas jusnya, ”aku menyerah”

Reita masih menatap lurus adik kelasnya itu, perlahan satu tangannya terulur menyentuh ujung pangkal kepala Ruki.

~Flashback : ON ~ XD

“hei !”, Reita berlari kecil mengejar Uruha yang telah berjalan cepat meninggalkannya di kantin, “apa kau tidak keterlaluan mengatai Ruki seperti itu?”, tanya Reita yang mulai berjalan seperti biasa dan melangkah mengikuti langkah Uruha. “dia kelihatan seperti akan menangis lho!”

Uruha menghentikan langkahnya mendadak yang kemudian di iikuti Reita di belakangnya.

“bukankah seharusnya kau senang, itu berarti dia mengidolakanmu! Sudah lazim seorang fans memiliki foto idolanya di ponselnya kan? hahaha”

“dia itu maniak!!”

“iya, dia Uru’s maniac haha”, ucap Reita iseng.

“berisik!!”, Uruha mendengus lalu sang brunette itu kembali melanjutkan langkahnya yang kemudian diikuti kembali oleh Reita di belakangnya sambil mengerutkan dahi, bukan karena kata-kata Uruha tapi karena Reita sadar cara berjalan teman baiknya itu tampak tidak seperti biasanya, apa Uruha sedang mencoba gaya berjalan baru? “hahahahahhahah…”, mendadak tawa Reita meledak membuat Uruha menoleh padanya.

“apa yang kau tertawakan?!”, protes Uruha tidak suka. Meski begitu ia sadar dengan kekonyolan refleksnya sendiri dan dia tahu itu yang membuat Reita mentertawakannya.

“kau kehabisan pelumas?”, sindir Reita lalu laki-laki bernoseband itu berjalan dengan tangan kanan dan kaki kanan bergerak maju barengan, kemudian diikuti kaki kiri dan tangan kirinya, memperagakan bagaimana Uruha tadi berjalan seperti robot yang sudah rusak.

Uruha mendorong tubuh laki-laki yang sedang menyindirnya itu jengkel, sementara Reita hanya tertawa meski hampir tersungkur karena dorongan kuat Uruha dan laki-laki cantik teman baiknya itu kembali berjalan cepat meninggalkannya dengan wajah masam. Reita masih tertawa kacil sembari mengikuti Uruha, meski sekilas Reita melihat wajah Uruha memerah samar. Ekspresi yang tidak pernah Reita temukan dari teman baiknya itu selain karena satu orang perempuan. ya, terakhir kali Reita melihatnya saat ia menggodanya dengan menyinggung perempuan bule kakak kelasnya itu.

~Flashback : OFF ~ XD

Reita tersenyum masih menyentuh kepala Ruki, sementara orang yang ia sentuh kepalanya mulai mengerutkan dahi tidak nyaman, bertanya-tanya sampai kapan kakak kelasnya itu akan berada dalam posisi seperti itu dan dengan senyuman anehnya itu.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Saga mengambil posisi duduk di sebuah bangku di dekat jendela kelasnya yang ia biarkan terbuka agar ia bisa menghirup udara siang di luar untuk menghilangkan rasa kantuknya . Beberapa saat yang lalu Ruki dijemput Reita untuk jajan di kantin, makhluk minis itu sempat mengajak Saga untuk ikut bersamanya namun laki-laki berambut hazel itu menolaknya mentah-mentah meski Reita ikut mengajaknya dan menawarkan traktiran. Saga lebih memilih berdiam di kelas, menyendiri lagi seperti yang biasa ia lakukan sebelum Ruki menjadi murid di kelas 2-3 itu. lagipula suasana hatinya saat ini masih belum benar-benar merasa nyaman. Kekecewaannya belum benar-benar sembuh.

Saga menjatuhkan pandangannya ke bawah gedung dimana terlihat sebagian anggota Osis yang sedang melakukan kegiatan? sebelumnya seorang guru di kelas mengumumkan tentang program penghijauan dalam rangka semakin meningkatkan keasrian dan  kesehatan lingkungan di sekolah mereka. dan murid-murid teladan itu tampak disibukan dengan acara tanam menanam pohon-pohon kecil dan tanaman-tanaman berbunga. Saga tidak tertarik dengan kegiatan membosankan yang baginya hanya membuang-buang tenaga itu.

Beberapa saat kemudian mata kecoklatan Saga melihat dua orang pendatang baru mengikut sertakan diri diantara para anggota Osis itu, tapi mereka terlihat lebih bossy dan hanya menyuruh-nyuruh saja daripada ikut serta, meski kadang mereka terlihat ikut turun tangan untuk membantu sebentar.

Orang dengan wibawa tinggi itu, kadang Saga tidak menyukainya saat dia sedang dalam tugasnya seperti itu.

“orang yang akan melakukan apa saja demi uang, bukan begitu?”

Sudut bibir Saga sedikit melengkung sinis. dia tidak bisa menghilangkan kata-kata terakhir laki-laki itu di café kemarin. Tidak! Saga tidak bisa menghilangkan semua kata-kata orang itu di kepalanya. Dan apakah yang Saga simpulkan dari semua itu sampai ia tidak bisa hanya untuk sekedar memejamkan matanya semalam?

Ketua Osisnya itu masih membencinya.

Itulah yang Saga takutkan selama ini. Tora belum benar-benar melupakan kesalahannya, kesalahannya menyingkirkan wanita itu dari-nya.

kakak kelasnya itu hanya membiarkannya melambung sesaat dan tanpa peringatan segera menariknya pada kenyataan. Semua perlakuannya, senyuman tipisnya…..kecupannya,  menyimpan kebencian. Semua hanya untuk membuat Saga semakin terpuruk karena fantasi sesaat yang diberikan-nya.

Saga menyesal melupakan ketakutannya selama ini hanya karena kakak kelasnya itu mulai melihatnya, menyapanya, menyentuhnya, tersenyum padanya, mengecupnya. Membuatnya merasa tinggi, namun ternyata dia hanyalah satu dari segelintir orang yang rendah di mata laki-laki dengan sorot mata tajam itu. Saga tidak lebih dari wanita-wanita murahan yang selalu mengikuti kemanapun dia pergi hanya dengan beberapa lembar uang baginya. Dan Saga sangat menyesalinya! Menyesali semua rasa tersanjungnya! Padahal seharusnya dia tahu sejak awal seperti apa pribadinya, kakak kelasnya itu hanya ingin mempermainkannya, kakak kelasnya itu tahu perasaannya, dan hanya ingin membalaskan rasa sakit hatinya karena wanita itu.

seharusnya Saga tahu itu!

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

“Yo!”

Tora menyempatkan diri menoleh ke belakangnya dimana seseorang tiba-tiba menepuk bahunya saat ia tengah memantau anggota-anggotanya bekerja. “hei, Rei”, ketua Osis BHS itu sedikit tersenyum melihat sahabat Uruha itu yang menyapanya.

“oi kenapa pipimu ini Kaichou?”, Reita menekan pipi Tora yang sedikit mengembung(?), Tora segera menyingkirkan tangan Reita.

“sedikit masalah”

“hmm…wah sibuk ya, apa perlu aku turun tangan juga?”, Reita merangkul ketua Osis BHS itu sambil melirik-lirik cewek-cewek anggota Osis itu yang sedang melakukan pekerjaan mereka.

“tidak usah, kau bukan anggotaku. Paling kau hanya bisa mengacaukan saja”, ujar Tora yang keliatannya serius dengan kata-katanya namun Reita tidak ambil hati, dia sudah biasa.

Tora terlihat menghampiri wakilnya yang sedang ikut membantu para anggotanya kemudian ia tampak mengatakan sesuatu pada wakilnya itu yang selanjutnya mendapatkan anggukan pemuda bermata candy-candy(?) itu. Tora kembali menghampiri Reita lalu merangkul teman bernosebandnya itu untuk mencari tempat duduk, dan akhirnya mereka memutuskan untuk duduk sebuah tangga yang tidak jauh dari para anggota Osis itu melakukan kegiatannya agar Tora masih bisa memantau mereka.

“aaa!”, Reita tiba-tiba melambai-lambaikan tangannya sambil tersenyum melihat ke sebuah jendela kelas gedung sekolah di lantai dua. Tora sedikit penasaran pada siapa temannya itu melambaikan tangan, lalu ketua Osis BHS itupun ikut melihat ke arah jendela kelas 2-3 itu dan ia mendapati Ruki duduk di sebuah meja di dekat jendela menghadap seseorang yang tengah duduk di bangku di samping jendela itu. Ruki tersenyum di sana sebagai balasan lambaian tangan Reita. Makhluk minis itu telah kembali ke kelasnya setelah mendapatkan traktiran kakak kelas bernosebandnya.

Namun beberapa saat kemudian seseorang yang duduk di bangku yang berhadapan dengan Ruki di sana berdiri dan pergi dari bangku itu hingga Ruki pun ikut menjauh dari dekat jendela mengikutinya kembali ke bangku mereka.

“ah! Anak itu….”, seru Reita

Tora menoleh pada laki-laki di sampingnya sambil membuka minuman kaleng yang di bawa teman bernosebandnya itu.

“dia anak yang mengambil fotomu bersama Haruka-sensei itu kan?”

“hn”, tanggap Tora sambil meneguk minuman kalengnya.

“kau tahu? dia berteman baik dengan Ruki bahkan sekarang Ruki tinggal satu rumah dengannya. Aku khawatir dia mengapa-apakan anak polos situ”

“sepertinya dia memang mengapa-apakannya”

“sepertinya memang begitu”, Reita mengusap-usap dagunya menatap ke jendela kelas 2-3 yang sudah tak terlihat siapapun di sana, Tora mengabaikan reaksi Reita mulai sibuk memberi isyarat pada Shou untuk menegur beberapa anggota mereka yang terlihat berleha-leha mengerjakan tugas mereka. “oh ya, dia masih menjalankan bisnis website-nya itu?”

“iya”

“aku sempat memergoki Ruki mengambil foto Aoi dengan ponselnya, mungkin dia memanfaatkan Ruki untuk itu?”

“bisa jadi”

“sepertinya foto Uruha yang waktu itu juga memang ulahnya”, Reita bergumam. “ck! kalau kita memberitahu Uruha tentang bisnis anak itu di websitenya, dia bisa diamuk Uruha hahahah, lalu kau? apa dia berani memasang foto-fotomu lagi di website-nya?”

“tidak. sepertinya sejak kejadian itu tidak pernah ada foto ataupun berita apapun lagi yang dibahasnya tentangku”

“ahaha baguslah sepertinya dia kapok berurusan denganmu, eh atau dia tahu kau menjadi member di website-nya?”

Tora tersenyum samar kembali meneguk sedikit minuman kalengnya, “entahlah”

“eh siapa nickmu itu? CoolMan? Wkakak”, Reita tertawa menepuk-nepuk punggung laki-laki raven di sampingnya.

Tora mendengus, “kau kan yang membuat nama itu!”

“ahah ya ya”, tiba-tiba ponsel di saku Reita bergetar membuat laki-laki bernoseband itu menunda pembicaraannya dengan Tora. Reita membuka pesan masuk yang masuk ke ponselnya, membaca sebaris kata di sana dan senyuman di bibirnya mengembang membuat Tora yang meliriknya penasaran.

“senyam-senyum, pesan dari siapa memangnya?”, Tora merebut ponsel Reita dari tangannya.

“eh, oi oi !!”

Tora menaikan sebelah alisnya melihat siapa si pengirim sekaligus isi pesan di ponsel Reita. Lalu menoleh ke arah teman bernosebandnya itu, “dia kembali ke Jepang?”

Reita mengambil kembali ponselnya dari tangan Tora sambil menganggukan kepalanya, “untuk liburan, hanya beberapa hari”

“Uruha tau?”

“tidak, dia menyuruhku merahasiakannya, jadi kau jangan katakan apapun padanya!”, ujar Reita sambil mengetik pesan balasan. “ah si Uru tumben gak masuk sekolah”, Reita bergumam, “oh, kemarin kau keluar dengan Uruha kan?”

“iya, sampai sore”

“dia tidak menjawab-jawab telepon maupun pesanku, sepertinya dia marah karena aku tidak bisa menemaninya kemarin. Kupikir dia masih bersamamu waktu itu?”, Reita kembali memasukan ponselnya ke saku celananya setelah mengirimkan pesan balasannya.

“jam berapa?”, Tora menoleh pada Reita.

“err.. sekitar jam 5 mungkin”

“tidak. Uruha pulang lebih dulu sebelum pukul 4”, Tora kembali meneguk minuman kalengnya. “aku mampir ke sebuah supermarket untuk membeli sesuatu dan dia menunggu di parkiran, tapi saat aku selesai dan kembali ke area parkir tahu-tahu mobilnya malah melaju meninggalkanku, dasar dia itu!”

“sepertinya dia sedang stress wkwk”, Reita tertawa garing.

“dan….oh ya! aku melihat seorang bapak-bapak yang berteriak-teriak mengaku sebagai ayahnya, aku lihat Uruha terburu-buru menjalankan mobilnya karena dia”

“eh?”, Reita cepat-cepat menoleh pada Tora. “ayahnya?”

Tora mengangguk sembari kembali meneguk minuman kalengnya, sepertinya ketua Osis BHS itu benar-benar haus.

“se-seperti apa ciri-cirinya?!”

Tora sedikit menaikan satu alisnya ,mendadak Reita terlihat antusias, “sepertinya laki-laki kisaran usia 40 tahunan dan seperti karyawan kantoran biasa”, Tora melihat laki-laki yang duduk di sampingnya itu memasang tampang lebih serius setelah ia mengatakan soal laki-laki yang mengaku ayah Uruha, tidak seperti saat ia baru datang tadi.

Reita mempertemukan kedua telapak tangannya, menautkan kesepuluh jari-jari tangannya sedikit menunduk menatap permukaan tangga yang di dudukinya. Sedikitnya ia merasa bersalah tidak bisa langsung datang saat Uruha memanggilnya kemarin. Mungkin Uruha ingin membicarakan itu dengannya, mungkin Uruha merasa takut melihat laki-laki yang telah membangunkan kenangan buruk untuknya itu kembali di depan matanya. Reita merasa bersalah ia tidak ada saat Uruha membutuhkannya.


ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

“Okaerinasai Tuan Muda Uruha”, seorang maid membungkukan tubuhnya menyambut kepulangan tuan mudanya.

“Tuan Muda, anda sudah pulang?”, Nimo menghampiri Uruha yang baru memasuki pintu utama rumah keluarga Yuuji. “syukurlah, saya khawatir terjadi sesuatu. Dimana anda tidur semalam?”

Uruha berjalan agak terburu-buru menaiki tangga tanpa menjawab kekhawatiran butler keluarga Yuuji itu.

“ah ano, tuan muda Uruha—“

Uruha tetap mengabaikan Nimo dan semakin mempercepat langkahnya sampai tiba di ruangan yang semenjak tadi ia harapkan untuk cepat sampai di sana. Uruha menutup pintu kamarnya, melemparkan kunci mobil dan jaketnya sembarang di atas tempat tidur lalu ia ikut menjatuhkan tubuhnya di sana.

Uruha menutupi wajahnya dengan kedua tangan masih penasaran dengan siapa orang yang membawanya ke hotel itu. Uruha sudah berusaha menanyakan pada petugas hotel tentang siapa orang yang menyewa kamarnya, namun hotel itu disewa atas identitas dirinya. Uruha juga sempat kembali ke bar dimana ia mabuk semalam untuk mengambil mobilnya dan sekalian untuk menanyakan pada bartender yang melayaninya siapa orang yang membawanya pulang semalam. Namun saat ia kembali ke sana, sepertinya sang bartender sedang gantian shift(?). lagipula belum tentu bartender itu mengenal orang itu. tapi Uruha tidak akan menyerah, dia akan kembali ke bar itu malam ini dan ia harus menemukan orang itu.

Baiklah, kenapa Uruha sampai mati-matian mencari siapa orang itu?
Dia tidak ingat apapun, sama sekali tidak ingat apapun kecuali terakhir yang ada diingatannya adalah dia yang terus meminta-minta bartender di bar itu menuangkan minuman ke dalam gelasnya. Namun ia ingat dengan jelas apa yang ada dalam mimpinya dan yang yang semakin menguatkan pikiran buruknya, saat terbangun ia menemukan dirinya dalam keadaan topless.

“brengsek!”, Uruha mengumpat kesal.

Pemuda brunette itu mengulingkan tubuhnya di atas kasur, setiap kali ia menutup matanya, ingatan akan mimpinya semalam terus mengganggu pikirannya. bagaimana orang itu menyentuhnya, menciumnya. Sungguh, mimpinya itu seakan nyata.
aroma tubuhnya, nafasnya, semua seakan benar-benar berada di bawah kulitnya. bahkan Uruha seakan masih bisa merasakan hawa tubuhnya sekarang.

“AAAAAAAAARGH!!!”

Ckrek.

Uruha menengok ke arah pintu kamarnya, dan refleks ia menutup mulutnya menemukan Kamijo berdiri di sana.

“Kakek?!”, Seru Uruha segera membangunkan tubuhnya, “k-kau sudah pulang?”

Kamijo sedikit menganggukan kepalanya namun matanya tetap menatap Uruha.

“k-kapan?”

“semalam”

Tepat sekali Kamijo memilih waktu kepulangannya, terakhir saat Uruha mengusir Ruki hingga ia menemukan kebejadan cucu satu-satunya itu, dan sekarang ia pulang saat Uruha tengah keluyuran sampai tidak pulang semalaman bahkan sampai bolos sekolah.

“ternyata seperti ini kelakuanmu selama ini saat kakek tak ada di rumah, dari mana saja kau semalam? Dan apa itu di bibirmu?”

Uruha berdiri dari tempat tidurnya, “tidak, ini…”, Uruha menyentuh sudut bibirnya yang sedikit sobek, “aa semalam aku…”, Uruha kesulitan mencari alasan.

“kakek tidak membesarkanmu untuk jadi anak yang suka keluyuran bahkan sampai tidak pulang dan membolos sekolah!”

Uruha memilih merapatkan mulutnya tak melawan. Percuma berdebat dengan kakeknya itu, dan  Uruha tidak bisa menemukan alasan untuk membela diri, lagipula setelah puas kakeknya itu akan kembali bersikap biasa lagi. Jadi Uruha membiarkan saja kakeknya itu mengomelinya selama hampir 20 menit sampai akhirnya ia kecapekan sendiri.

Kamijo memberi jeda beberapa menit setelah mengomeli Uruha untuk mulai berkata-kata lagi, “dimana Ruki?”

“eh?”, Uruha seakan kaget mendengar nama anak yang disebutkan kakeknya barusan.

“Nimo bilang dia menginap di rumah temannya dengan membawa banyak perbekalan pakaian, dan sudah lebih dari seminggu ini dia belum juga pulang. Apa kau melakukan sesuatu lagi padanya?”

“ti-tidak! aku tidak melakukan apa-apa”

“apa kakek harus percaya padamu?”

“tentu saja! aku memang tidak melakukan apa-apa! mungkin dia memang betah saja di rumah temannya itu!”

“suruh dia pulang!”

Uruha mendengus, “kenapa harus aku yang menyuruhnya pulang? Dia punya kaki, kalau mau dia pasti akan pulang sendiri. mungkin dia memang tidak mau saja tinggal di sini lagi!! Biarkan saja dia…”

“jaga bicaramu Uruha!”, tegas Kamijo.

“kenapa? Karena dia cucu kesayangan kakek sekarang?”

“URUHA!!!”, suara Kamijo meninggi membuat Uruha sedikit memejamkan sebelah matanya. “kau sama dengannya! Dia punya hak untuk mendapatkan kasih sayangku sepertimu! Bahkan Dia adalah cucu wanita yang pernah kucintai !”

Uruha menggigit bibir bawahnya, “benar! karena itulah aku takut! Aku bukan cucu orang yang pernah kau cintai! Aku bukan siapa-siapa! Aku hanya anak yang kau temukan di jalan dalam keadaan menyedihkan bahkan kau tidak tahu asal-usulku! Karena itu aku takut kau akan membuangku suatu hari nanti karena dia lebih pantas menjadi cucumu! Dia cucu wanita yang pernah menjadi orang berharga untukmu! Dan aku bukan siapa-siapa!!”

PLAK!!

Uruha memegangi pipinya yang terasa begitu panas. Ini pertama kalinya Kamijo menamparnya sejak pertama laki-laki itu memungutnya di jalan. Sejak pertama ia mengangkatnya sebagai cucunya.

Tiba-tiba Kamijo meraih tubuh pemuda brunette di hadapannya, memeluk anak laki-laki itu erat. “kau cucuku, tidak perduli asal-usulmu, tidak perduli seperti apa masa lalumu, aku menyayangimu Uruha!”

Uruha terdiam dengan kata-kata laki-laki tua yang kini tengah memeluknya. Bibirnya sedikit bergetar saat ia balas memeluk pelukan kakeknya itu, kakek angkatnya.

“jangan pernah berpikir aku akan membuangmu! Aku menyayangimu, aku menyayangi Ruki. Kalian adalah cucuku yang sama-sama berharga! Tolong terima dia Uruha, dia sudah tidak mempunyai satu keluargapun di dunia ini, dia membutuhkan kasih sayang sepertimu. Kau yang paling mengerti perasaannya bukan?”

Uruha menumpukan kepalanya ke bahu kakeknya sedikit terisak. “iya”


TBC  (◕‿◕✿)


BWEEEE!!! Lebeeee XDD *tabok Uru ama Kamijo yg incest* (ditajong)
Maaf, tapi sepertinya untuk ke depannya bakal banyak sekali yang lebe-lebe macem mini -_- *bows* tolong jangan kabuuuurrrr minna!!! DX *iket satu-satu*

Wednesday 27 February 2013

Natural Sense ★17



Author : Rukira Matsunori
Rated : T
Genre : AU/ gajeromance/ BL (MaleXMale)
Fandom(s) : the GazettE, alicenine, A(ACE), ViViD, ScReW, D=OUT, Versailles, dkk?
Pairing(s) : Uruha x Ruki? Ruki x Uruha?, Tora x Saga.
Chapter(s) : 17
Warning : bahasa sakarep, ancur! Jangan anggap serius FIC ANEH ini!!! DON’T LIKE DON’T READ!!
Length : 11 pages (3.205 words)
Note : akhirnya sampai juga ke sini Q_Q *bercucuran keringat Air mata*



Chap 17 : ~Diversion~

Natural Sense ~♪
ナチュラルセンス

Saga memegangi sudut bibirnya sambil melihatnya di cermin, entah sampai kapan lebam di sudut bibirnya itu akan menghilang. Saga merasa itu sangat mengganggu citra(?) kemulusan wajahnya.

“ugh!”, tidak sengaja jarinya menekan lebam itu terlalu kuat, membuat sebuah ingatan kecil melintas di otaknya. Ingatan kecil bagaimana ketua Osis BHS itu membuatnya mengerang karena tekanan kuat di sudut bibirnya yang lebam. Berani sekali tuan macan itu melakukan hal seperti itu dimana seorang guru tepat membelakangi mereka. kalau saja Saga tidak refleks menjauh darinya mungkin Rookie sensei akan menangkap basah ketidak senonohan yang dilakukan ketus Osis yang selalu menjadi kebanggaan sekolahnya itu.

“sudahlah, buang saja barang rongsokan begitu! kalau diperbaiki juga kau harus bayar mahal, lebih baik beli yang baru”, Saga melirik Ruki di sampingnya yang semenjak tadi masih mengotak-atik ponselnya yang ia tahu karena hasil bantingan Uruha. makhluk minis itu langsung melapor padanya ketika pulang tadi.

“kau mudah mengatakan itu!”, Ruki merengut.

Saga meletakan cermin kecilnya di atas meja. “oh ya, jadi kau sudah benar-benar mendapatkan pekerjaan sekarang?”,

“iya, besok aku akan mulai bekerja”, wajah Ruki tiba-tiba kembali cerah.

“memangnya di tempat apa kau bekerja?”

“tentu saja di tempat yang sehat! Di sebuah café yang cukup elit di daerah Shibuya, Tidak seperti tempat-tempat aneh yang sebelumnya kau tawarkan padaku”, Ruki mendengus.

“dapat informasi darimana?”

“Reita! Dia bilang itu café milik orang tua temannya, jadi aku langsung di terima hehe”

“waktu kerjanya?”

Ruki memutar bola matanya ke arah Saga dengan wajah datar, “kau itu banyak tanya! Kayak ibuku saja”

“kau tinggal di rumahku! Jadi aku harus tahu!”

Ruki mendengus, “karena mereka tahu aku masih sekolah jadi aku akan dapat shift sore terus menerus, sampai malam. aku dapat libur hari jum’at. ah! Kau harus rahasiakan ini dari siapapun! Cuma kau dan Reita yang tahu”

“hm…”

“aku tidak sabar ingin cepat mulai bekerja! Dan mendapatkan uang!!”

Saga melirik makhluk minis yang duduk di sofa, di sebelahnya itu. “sekarang kau bilang begitu, kalau sudah mulai bekerja pasti kau menyesal mengatakan itu”

“heee??? Darimana kau dapat keyakinan seperti itu!? lagipula bukannya menyemangatiku, ini juga keinginanmu kan?”

“aku Cuma bicara kenyataan”, Saga kembali meraih cerminnya dan kembali menilik-nilik lebam di sudut bibirnya. Entah kenapa Saga merasa sedikit kehilangan kalau Ruki harus langsung bekerja sepulang sekolah dan pulang malam. hal yang membuat Saga betah di rumah karena ada makhluk minis itu yang selalu melayaninya, dan bisa menjadi mainan untuk penghilang rasa bosan suatu waktu.

“aku bersyukur ada orang seperti Reita, kalau aku perempuan pasti aku sudah jatuh cinta padanya”, Ruki bergumam agak menerawang sambil membayangkan kebaikan kakak kelas bernosebandnya itu. kemudian ia sedikit menundukan kepalanya kembali mengotak-atik ponselnya.

“AKU BILANG KAU MANIAK MENJIJIKAN!!!”

Dahi Ruki mengerut mengingat kejadian paling menyebalkan baginya hari ini, “aku tidak mengerti…”, Ruki menyimpan ponsel rusaknya ke atas meja dengan agak nepsong. “orang itu mengataiku maniak menjijikan ketika menemukan fotonya di ponselku! Saat kuhapus dia malah lebih meneriakiku! Sebenarnya apa maunya?? Se-tidak layak itu kah aku mendapatkan penerimaan darinya?! Apa dia menganggap orang lain hanya kotoran kecil di matanya yang tidak layak berada di sekitar orang agung seperti dia? ”, Ruki menggerutu mengeluarkan unek-uneknya yang ia tahan semenjak tadi.
Ya, mungkin dia memang hanya kotoran kecil yang menghalangi pemandangan bagi Uruha, Yang namanya kotoran itu dimanapun terletak ia tetap menjadi kotoran, ia tidak akan menjadi sesuatu yang indah di mata orang sekalipun terletak di atas mahkota.
Seperti Ruki yang selalu salah di mata Uruha, sekalipun ia bertindak benar, Uruha tidak akan menerima itu sebagai sesuatu yang benar, karena Ruki hanya kotoran kecil baginya. Ia akan selalu salah dimata laki-laki itu.

“benar-benar orang sombong! Sok agung! Sok sempurna!”

Saga melirik makhluk minis yang asik menggerutu di sampingnya, ia kemudian kembali meletakan cermin kecilnya di atas meja, “hei, kau masih penasaran siapa orang yang melakukan ini padaku?”, Saga menunjuk sudut bibirnya.

Ruki menoleh pada Saga, masih tampak bermuka masam karena gerutuan-gerutuannya, “memangnya siapa?”

“Uruha”

Ruki mengernyitkan dahinya, “punya masalah apa kau dengan Uruha?”

“sudah kukatakan gara-gara kau!”

“aku?”

~Flashback : ON~ XD

Saga berdiri sambil memasukan kedua tangannya ke saku celana seragamnya memandang kakak kelas yang dengan cara special memanggilnya untuk berbicara empat mata di belakang gedung sekolah. Dan sejujurnya itu sedikit mengejutkan bagi Saga, dipanggil oleh seorang pangeran sekolah BHS nomor satu itu.

“kau memanggilku ya, Uruha-sama? Apa tidak salah?”, Saga tersenyum tipis. “ini suatu kehormatan untukku”

“kau….aku tidak mau basa-basi denganmu! Kau membiarkan dia tinggal di rumahmu bukan dengan Cuma-Cuma kan? mana mungkin ada orang semurah hati itu di jaman seperti ini”

Saga memegangi dagunya, sudah tahu betul apa topic pembicaraan yang hendak dibahas uruha, “benar. tidak ada yang gratis di dunia ini”

Uruha melangkah mendekati adik kelasnya itu, “jadi…apa imbalan yang kau dapat dari anak laki-laki melarat seperti itu? apa yang dia berikan padamu?”, Uruha memicingkan kedua matanya.

Saga pura-pura berpikir lalu menyeringai tipis membuat Uruha mengernyitkan dahinya, “kenapa kau ingin tahu Uruha-sama? Kau mengkhawatirkannya?”

“apa?! bukan begitu!! dia…. Kau harus tahu! Kakekku sudah menganggapnya cucunya sendiri, jadi kalau ada apa-apa dengannya, kakekku yang akan mendapatkan masalah!”

Saga menganggukan kepalanya, “baiklah, Ruki memang tidak membayar dengan uang untuk tinggal di rumahku karena kau tahu sendiri, dia miskin. Sedangkan tidak ada yang gratis di dunia ini, dan aku bukanlah orang sebaik itu sampai mau menampung anak orang di tempatku, Jadi dia…..”, Saga sengaja menggantungkan kata-katanya.

“dia?”, Uruha terlihat tidak sabaran mendengar kelanjutan kata-kata Saga.

“dia memakai tubuhnya sebagai bayaran”, Saga tersenyum tanpa dosa.

“Ap—“

BUAGH!!!

~Flashback : OFF~ XD

“BRENGSEEEKKK!!! SAGA!!! KUBUNUH KAU!!”, Ruki mencekik Saga tanpa ampun.

“Ohekk!! Ohoookk!!”, Saga berhasil melepaskan lehernya dari cekikan Ruki yang sepertinya tidak main-main ingin membunuhnya. “memang benar kan? apa yang salah dari kata-kataku? Kau kujadikan babu, kupekerjakan badanmu itu sebagai bayarannya. Pikiran Uruha-mu itu saja yang tidak jernih”, ucap Saga tanpa dosa.

“KAU YANG TIDAK PUNYA OTAK! Siapapun yang mendengar kata-katamu itu pasti akan berpikiran sama dengannya!!”, Ruki kelewat jengkel. Tangannya benar-benar gatal ingin kembali mencekik leher laki-laki kerempeng itu. ternyata itu yang dimaksud Uruha dengan menjual diri demi mendapatkan tempat tinggal. Ruki pikir Uruha hanya mengambil kesimpulannya sendiri karena didasari  rasa bencinya.“kenapa kau setega itu padakuuuu?!”, Ruki kembali meraih leher Saga dan mencekiknya.

“mungkin memang sebaiknya aku menerima tawaran Reita untuk tinggal di tempatnya!”, gerutu Ruki setelah puas membuat Saga hampir pucat karena cekikan mautnya.

Baiklah, Ruki akui Saga menjadi penyebab Uruha mengatainya macam-macam tadi. Tapi hanya sekian persennya! tentang bagaimana Uruha mengatainya soal Reita, itu pastilah seratus persen karena kesimpulan Uruha sendiri dengan dasaran rasa benci Uruha terhadapanya.  Dan itu yang paling tidak bisa Ruki maafkan dari perkataannya, apa hak laki-laki itu mengatainya maniak menjijikan? Dan yang penting, Uruha sudah merusak ponsel berharganya satu-satunya. Kenyataan kecil yang ia tahu dari Saga tidak akan menggoyahkan hatinya yang sudah bertekad untuk secara murni membenci Uruha. Laki-laki itu sudah keterlaluan dan Ruki tidak mau sekali-kali lagi menerima kata-kata pedas dari mulut berlidah tajam itu.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Saga keluar dari sebuah super market dengan sekantong belanjaan untuk keperluan makannya selama seminggu ke depan. Hari minggu ini Saga tidak bisa menyuruh Ruki untuk berbelanja karena makhluk kecil itu masih bermuka masam setiap bertatap muka dengannya. Saga juga sudah tidak bisa seenaknya lagi menyuruhnya melakukan ini itu di rumah sejak Ruki telah mendapatkan pekerjaan.

Saga menghela nafas cukup panjang. Sudah kena tinju Uruha, dia juga mendapatkan cekikan maut Ruki yang membuatnya hampir sekarat. Sial sekali nasibnya! Padahal sejak awal Saga tidak berniat mengatakan keisengannya itu pada Ruki karena tahu makhluk minis itu pasti akan ngamuk lagipula dia hanya ingin sedikit iseng saja mengatakan itu pada Uruha, dia tidak tahu kakak kelasnya itu darting.

Saga merogoh saku celananya untuk mengambil kunci motor ketika ia sampai di area parkir sampai tiba-tiba sebuah keributan sedikit menyita perhatiannya. Ada seseorang yang Saga kenal di sana.

Uruha.

Saga berdiam mengurungkan niatnya sebentar untuk menaiki motornya di area parkir, dia melihat seorang bapak-bapak terjatuh karena di dorong Uruha kemudian kakak kelasnya itu terlihat terburu-buru menaiki mobilnya seakan-akan dia tengah dikejar maling.

“Kouyou!”, laki-laki yang sudah tidak muda lagi itu bangun dari tanah dan menggedor-gedor pintu mobil Uruha, “Kouyou aku selalu mencarimu! Selama ini aku selalu mencarimu!!”, Uruha terlihat tidak menggubris perkataan seseorang yang terus menggedor pintu mobilnya, “Kouyou! Maafkan aku! maafkan ayah nak!”, dan mobil sport Uruha melaju keluar area parkir meninggalkan laki-laki yang menyebut dirinya sebagai ayahnya itu.

Saga masih belum menaiki motornya, memperhatikan bapak-bapak itu yang menutupi wajahnya selama beberapa lama setelah kepergian Uruha sampai akhirnya dia pergi dari sana.

seperti ada penyesalan.

Drrrt…

Saga tersadar dari pikiran-pikirannya tentang bapak-bapak asing itu saat tiba-tiba ponsel di saku celananya bergetar. Dia melihat nomor asing yang tidak dikenal memanggilnya, Saga menyempatkan diri dulu untuk mengernyitkan dahinya sebelum akhirnya ia angkat juga.

“moshi-moshi…”

‘kebetulan sekali’

Saga menaikan sebelah alisnya, “apa? siapa ini?”

‘bagaimana kalau mampir sebentar untuk minum kopi?’

“ha—“, tiba-tiba mata Saga melihat mobil sport hitam yang sangat ia kenal terparkir tepat di samping tempat kosong bekas mobil Uruha tadi. Sepertinya Saga terlalu focus memperhatikan Uruha dan bapak-bapak itu sampai tak menyadari mobil sport hitam itu terparkir di sana.

‘kenapa memandangi mobilku seperti itu? kebetulan aku sedang tidak membawa seorang wani…ah tante-tante sekarang’

Saga meliarkan pandangannya mencari sosok laki-laki yang bebicara dalam line teleponnya hingga akhirnya ia menemukan laki-laki raven itu berdiri di gerbang masuk area parkir sambil melihat ke arahnya dengan sebelah tangan memegangi ponsel di sebelah telinganya.

“darimana kau dapat nomor ponselku…..Kaichou-sama?”

‘aku memintanya pada Ruki ketika mengantarnya melihat-lihat tempat kerja waktu itu’

Tidak salah. Saga yakin pasti dari anak itu, karena tidak banyak teman sekolahnya yang mempunyai nomor ponselnya. “ck! berani sekali dia memberikan nomor ponselku tanpa seizinku”

‘jadi, bagaimana dengan tawaranku?’

“aku menolak!”

‘uang sisa ganti rugi kecelakaan itu’

“ha?”

‘aku berikan sekarang……bagaimana?’

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Reita menyetir mobilnya dengan earphone menyumpel kedua telinganya, sedikit menggerakan kepalanya mengikuti musik yang mengalun masuk ke gendang telinganya namun tetap tidak menghilangkan konsentrasinya menyetir. Ini adalah hari pertama Ruki memasuki kerja sambilan barunya, dan ini pertama kalinya adik kelas mungilnya itu bekerja. Reita hanya ingin memastikan dia tidak dikerjai para seniornya di tempat kerja, karena tubuhnya yang mungil itu seakan selalu mengundang hasrat orang untuk mengerjainya.

Mendadak jalanan yang dilalui laki-laki bernoseband itu macet, Reita sedikit mendengus. Saat Reita sedang asik menghilangkan rasa bosannya karena mobilnya tidak kunjung bergerak saking padatnya jalanan kota Tokyo, tiba-tiba musik di telinganya berhenti saat panggilan masuk ke ponselnya.

“ya, Uru?”

‘di tempat biasa’

“ha?”, Reita menekan nekan klakson mobilnya beberapa kali, dia tahu itu tak akan membuat mobil di depannya berjalan ataupun menyingkir dari depan mobilnya, tapi klakson mobil saling bersahutan di sekelilingnya, Reita hanya ikut meramaikan. “ah ya, maaf Uru aku tidak bisa menemanimu sekarang”

‘……..’

“gomen hhe, lain kali pasti aku temani deh, ya! aku sedang menuju tempat Ruk—“

Tut…tut…tut…

Dan musik di telinga Reita kembali menyala setelah Uruha memutuskan panggilannya tanpa aba-aba. Reita kembali asik menekan-nekan klakson mobilnya sambil menggerak-gerakan kepalanya kembali mengikuti irama musik dengan senyuman tipis terkembang di wajahnya.

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)

Saga memasang tampang jutek dan sinis dan tidak nyaman, semua ekspresinya bercampur dan tergambar jelas di wajahnya saat berhadapan dalam satu meja dengan kakak kelasnya yang semenjak masuk tadi hanya memandanginya di sebuah café di daerah Shibuya itu.

“cepat berikan uangnya!”

“kalau aku memberikannya sekarang, maka saat itu juga kau akan pulang”

“kau tidak salah, aku memang ingin segera pulang, karena itu cepat berikan!”, Saga menggerakan jari telunjuknya mengisyaratkan kakak kelasnya itu cepat-cepat mengeluarkan uang yang diinginkannya.

“bahkan kopi-nya belum datang”

“cis!”, Saga memalingkan wajahnya sedikit jengkel. Dan kedua orang itu kembali dalam kebisuan sampai beberapa saat kemudian seorang waiter mengantarkan kopi pesanan mereka, meletakannya di atas meja. “kopinya sudah datang, sekarang berikan!”

“percuma di pesan kalau tidak diminum”

Saga kembali mendengus lalu meneguk habis kopi dingin di atas meja di hadapannya, “sekarang apa lagi?!”

Tora tertawa kecil dengan kelakuan adik kelasnya yang satu itu, “aku minta kau diam saja di kursimu sampai kopiku habis”

“hah? jangan konyol!”

“aku hanya bercanda”, Tora sedikit melebarkan bibirnya lalu merogoh dompet di saku celananya, mengeluarkan selembar kertas cek dari sana, “500.000 yen”, Tora meletakan kertas itu di atas meja di tengah-tengah mereka. “sesuai keinginan awalmu”

Saga berpura-pura masih berwajah jutek, ia terlalu jaim untuk senyam-senyum padahal kertas kecil yang di sodorkan padanya itu bernilai 500.000 yen. “hn…oh”, Saga mengulurkan tangannya untuk mengambil cek itu dari atas meja namun tiba-tiba tangan Tora kembali menariknya bahkan sebelum tangan Saga sempat mencapai ujungnya.

“apa lagi?”, protes Saga tidak suka dengan tindakan kakak kelasnya itu.

“aku masih menganggap ini bayaran yang terlalu tinggi hanya untuk sebuah kecelakaan ringan yang membuat motormu sekedar lecet”, Tora mengetuk-ngetuk gagang cangkir kopinya dengan telunjuknya, namun tatapannya lurus menatap Saga. “aku bisa menghabiskan malamku dengan 3 atau 5 orang perempuan dalam satu malam dengan jumlah uang ini”

Saga meremas telapak tangannya di atas meja, “jadi kau akan memberikannya atau tidak?! jangan membuang-buang waktuku!”

Tora tersenyum tipis kembali meletakan kertas itu di atas meja. “aku berikan…”

“cis! jangan mengulur-ulur wak—“

“satu malam”

“ha?”, Saga mengernyitkan dahinya.

“berikan satu malammu untukku”

Kedua mata Saga melebar sempurna.

“kalau kau mau, aku bisa menambahkan jumlahnya berapapun yang kau minta”, Tora meminum kopinya.

Saga mengepal kuat satu tangannya di atas meja, “katakan kau sedang becanda!”

“aku tidak bercanda”

BUAGH!!

Beberapa orang pengunjung café di sana serempak mengalihkan perhatian mereka pada satu meja.

Tora meraih satu pipinya yang baru kena tinju laki-laki cantik di hadapannya.

“apa yang kau pikirkan tentangku?”, Saga telah berdiri dari duduknya, mengepal kedua tangannya kuat. Laki-laki raven di hadapannya mengusap-usap pipinya, meraih cangkir kopi di hadapannya kemudian sedikit meneguknya.

“orang yang akan melakukan apa saja demi uang, bukan begitu?”, Tora menatap adik kelasnya itu dengan mata tajamnya. Tidak ada keraguan di matanya mengatakan kata-kata itu.

Saga semakin mengepal kedua telapak tangannya, meraih kertas cek di atas meja dan menyobek-nyobeknya menjadi kepingan-kepingan kecil lalu melemparkan sobekan-sobekan itu ke wajah Tora. “ambil uang 500.000 yen berhargamu itu Kaichou-sama!”, Tubuh Saga sedikit bergetar, namun ia memaksakan untuk tersenyum. Senyuman sinis khasnya.

“permisi”, Saga segera beranjak dari meja mereka, menjinjing kantung belanjaannya dan berjalan ke arah kasir, membayar secangkir kopinya lalu segera keluar dari café itu dengan terburu-buru, mengabaikan para pengunjung café yang mulai ribut membicarakannya.

Tora mengurungkan niatnya untuk kembali meminum sisa kopinya karena ada sobekan kertas yang masuk ke sana. mengabaikan orang-orang yang mencuri pandang ke arahnya dan berbisik-bisik membicarakannya dan juga Saga.

Tora merogoh ponselnya memanggil satu nomor di kontak ponselnya, “Shou?”

‘Tora, ada apa?’

“wanita itu memang lebih baik, mereka lembut, saat mereka marahpun tamparannya hanya seperti gigitan kutu”

‘bicara apa kau ini?’

“besok kau akan melihat pipiku bengkak”

‘kau berkelahi?’

“kupikir dia tidak punya jurus tinju seperti itu, padahal sebelumnya tamparannya sama dengan wanita-wanita yang pernah menamparku”

‘aahh! mungkin kau terlalu meremehkan lawanmu kaichou’

Tora tersenyum kecil, “sepertinya begitu”

ナチュラルセンス  (◕‿◕✿)
Seorang bartender mulai ragu untuk menuangkan minumannya ke dalam gelas seorang pemuda yang bahkan sudah tak bisa mengangkat kepalanya. Namun pemuda itu terus menerus meminta agar gelasnya kembali terisi penuh dengan minuman dan dia akan segera meneguknya habis.

Seorang pemuda lain tiba-tiba duduk di samping pemuda mabuk itu, melirik laki-laki brunette yang terkulai lemah ke meja namun tangannya masih memegangi gelas kosong yang di sodorkannya ke arah sang bartender.

“ada apa dengannya?”, tanya pemuda lain itu pada sang bartender.

“dia telah menghabiskan beberapa botol minuman namun masih saja terus meminta lagi, padahal keadaannya sudah menyedihkan begitu. kalau sudah begini dia tidak akan bisa pulang dalam keadaan seperti itu”, jelas bartender itu sembari mengocok minuman dalam botol lalu menuangkannya ke dalam gelas laki-laki yang baru duduk di depan mejanya.

Laki-laki itu segera meneguk minuman yang baru dituangkan sang bartender pada gelasnya, “biar aku yang mengantarnya”, ujarnya tiba-tiba sambil menoleh ke arah pemuda mabuk di sampingnya. “Uruha!”, Pemuda itu menepuk-nepuk pipi pemuda mabuk yang ia panggil Uruha, namun tak ada tanda-tanda Uruha sadar dengan tepukan tengannya.

“ah, kau mengenalnya?”

“dia temanku”

“aah syukurlah kalau begitu, aku khawatir tidak bisa mengantarkannya haha”

Pemuda itu segera merangkul tubuh Uruha yang seakan sudah tak bertenaga, ia membawa sang brunette ke luar bar dan membawanya ke mobilnya. Setelah selesai memposisikan Uruha di kursinya, pemuda itu segera masuk ke mobil dan duduk di kursi kemudinya. Ia tidak segera menyalakan mesin mobilnya, melainkan hanya terdiam menoleh ke arah laki-laki tak berdaya di sampingnya yang sesekali terbatuk, menatap setiap inci wajah pemuda itu.

“kau sudah lihat siswa barunya? dia cantik seperti perempuan”

Pemuda itu mengalihkan tatapannya dari wajah Uruha, menyisir ke belakang rambut-rambut bagian depannya. Beberapa saat kemudian dia kembali menoleh ke sampingnya, mencondongkan tubuhnya ke arah pemuda cantik itu, memasangkan seatbelt di tubuhnya. Ia bisa merasakan bau menyengat minuman dari tubuh Uruha hingga ia sedikit menutup hidungnya dengan punggung tangan sebelum akhirnya ia memasang seatbelt pada tubuhnya sendiri dan menyalakan mesin mobil yang kemudian segera ia lajukan meninggalkan tempat parkir bar itu.

Sang pemuda menjatuhkan tubuh Uruha yang dirangkulnya ke atas tempat tidur berukuran king size. Dia menaikan kaki Uruha hingga pemuda brunette itu sepenuhnya terlentang di atas kasur. Pemuda itu mendudukan dirinya di bibir ranjang sedikit menundukan kepalanya menatap lantai beberapa saat. Kemudian ia berdiri menarik selimut menyelimuti tubuh Uruha dan berniat pergi setelahnya, namun tiba-tiba tangan Uruha menarik kerah kemejanya saat tubuhnya membungkuk untuk menyelimuti tubuh sang brunette.

“—tua…brengsek”

Laki-laki itu mendengar Uruha bicara dengan suara lemah dalam ketidak sadarannya.

“…. breng…sek….Rei…ta”

Pemuda itu menaikan sebelah alisnya.

“kau…brengse…kk MANIAK!!!”

Tiba-tiba suara Uruha meninggi dan cengkraman tangan di kerah pemuda itu semakin menguat.

“semua orang brengsek….”, Uruha menutupi kedua matanya dengan punggung tangan dalam beberapa saat seperti terisak. Kemudian ia seakan terlelap.

Sang pemuda masih enggan mengangkat tubuhnya dari membungkuk, rasanya dia ingin menatap wajah yang kini telah terlelap itu lebih lama. Dia menyingkirkan tangan Uruha yang menutupi kedua matanya hingga dia bisa menangkap seluruh wajah cantik itu tanpa terhalang apapun. Ada bau yang begitu menyengat dari tubuh Uruha menyusup ke hidungnya, namun ia seakan tak perduli lagi dengan itu.

“aku benci padamu!”

Pemuda itu tersenyum samar, mengusap pipi putih Uruha dengan perlahan. Ia juga sedikit menyentuh sudut bibir Uruha yang sobek yang semenjak tadi sedikit mengganjal di pikirannya. sedikitnya itu menodai wajah cantik Uruha.

Dan detik berikutnya bibir pemuda itu menyentuh bibir sang brunette yang tengah terlelap di bawah tubuhnya.

“tapi aku tidak membencimu”


TBC  (◕‿◕✿)

Sedikit-sedikit point-point penting yang saia garis bawahi dalam plotnya mulai tersampaikan, haaaaaaaaahh rasanya lega sekali ^0^a *Nguap*
Lalu bagaimana kelanjutan hubungan ToSa dan siapa laki-laki yang (kayaknya niat) ngerape Uruha? ada tokoh baru atau apa, saia beberkan di chapter berikut-berikuuutnyaaaa DXa
(maaf untuk chap-chap baru ini banyak BUAGH –nya *abaikan*)